Feature

Dari Cerita Lisan ke Buku: Mahasiswa UMM Dokumentasikan Tradisi Kampung

149
×

Dari Cerita Lisan ke Buku: Mahasiswa UMM Dokumentasikan Tradisi Kampung

Sebarkan artikel ini
Ensiklopedia Tradisi-Tradisi Kampung karya mahasiswa UMM menjadi bukti bahwa tradisi bisa dirawat lewat literasi. Buku ini mendokumentasikan budaya kampung yang nyaris punah agar tetap hidup dan dikenang.
Prof. Dr. Joko Widodo dan Deftania Putri Anggraini bersama moderator

Ensiklopedia Tradisi-Tradisi Kampung karya mahasiswa UMM menjadi bukti bahwa tradisi bisa dirawat lewat literasi. Buku ini mendokumentasikan budaya kampung yang nyaris punah agar tetap hidup dan dikenang.

Tagar.co – Dari pematang sawah hingga sudut dapur rumah nenek, tradisi kampung yang dulu hanya hidup dalam ingatan dan cerita lisan kini menjelma menjadi lembaran-lembaran buku yang bisa dibaca siapa saja.

Buku Ensiklopedia Tradisi-Tradisi Kampung—karya kolaboratif mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)—resmi diluncurkan dalam sebuah acara bedah buku di Toko Buku Togamas Malang pada akhir Maret lalu.

Acara yang dikemas hangat ini menghadirkan dua pembicara: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Si., yang mengulas buku dari sisi pembaca dan pecinta sastra, serta Deftania Putri Anggraini, salah satu dari 15 penulis yang merepresentasikan suara para kreator muda di balik buku ini.

Baca juga: Cerita Tiga Mahasiswa UMM Membawa Budaya Indonesia ke Negeri Jiran

Karya ini lahir dari rahim Center of Excellence (CoE) Entrepreneur Perbukuan batch 4, yang menyatukan idealisme akademik dan semangat wirausaha. Bukan hanya sebagai tugas akhir mata kuliah Penyuntingan Substansif dan Mekanis, buku ini menjadi dokumentasi hidup dari berbagai tradisi lokal yang tumbuh di kampung-kampung Jawa.

Baca Juga:  Gas Pol! Mahasiswa Informatika UMM Juara Motocross

Inisiatif ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia mampu berkontribusi dalam dunia literasi dan pelestarian budaya melalui publikasi akademik yang berkualitas,” ujar Arif Setiawan, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia UMM, dalam sambutannya. Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan proyek ini agar tidak berhenti sebatas penerbitan semata.

Buku ini mengupas tuntas ritual-ritual adat, upacara tradisional, hingga kebiasaan sosial yang diwariskan secara turun-temurun. Dengan gaya penulisan yang ringan namun informatif, ensiklopedia ini menyasar pembaca muda dan para pendidik yang ingin memperkenalkan budaya lokal dalam konteks pendidikan formal.

Membaca buku ini seperti membuka kembali kenangan lama. Banyak tradisi yang dulu saya alami sendiri, dan kini terdokumentasikan dengan baik,” ungkap Prof. Joko Widodo. Baginya, buku ini bukan sekadar nostalgia, tetapi juga menjadi pengingat bahwa budaya lokal perlu terus dijaga di tengah arus modernisasi yang deras.

Ia bahkan menyarankan agar buku ini digunakan sebagai referensi penelitian akademik, termasuk menjadi bahan alternatif pengganti skripsi. “Tradisi bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga bagian dari identitas kolektif yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang,” tambahnya, dikutip dari siaran pers Humas UMM yang diterima Tagar.co, Selasa (15/4/25).

Baca Juga:  Meresmikan Pusat Sumber Belajar Berbasis Teknologi UMM, Mendikdasmen: Peran Aktif Guru Tak Tergantikan

Ensiklopedia Tradisi-Tradisi Kampung karya mahasiswa UMM menjadi bukti bahwa tradisi bisa dirawat lewat literasi. Buku ini mendokumentasikan budaya kampung yang nyaris punah agar tetap hidup dan dikenang.

Deftania Putri Anggraini, mewakili tim penulis, membagikan motivasi di balik proyek ini. “Kami ingin memperkenalkan kembali budaya tradisional melalui dunia pendidikan, terutama kepada anak-anak usia sekolah,” tuturnya. Ia berharap buku ini bisa menjadi bacaan yang menyenangkan sekaligus menambah wawasan budaya, serta membangkitkan semangat generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian tradisi di daerah masing-masing.

Peluncuran Ensiklopedia Tradisi-Tradisi Kampung bukan hanya menandai keberhasilan sebuah proyek literasi kampus, tapi juga menjadi teladan bagaimana pendidikan, budaya, dan kewirausahaan bisa berpadu dalam satu karya yang bernas dan membumi.

Dari kampung ke rak buku, dari nostalgia ke literasi—UMM sekali lagi menunjukkan bahwa perbukuan bukan hanya urusan teks, tetapi juga tentang menghidupkan kembali cerita-cerita yang nyaris terlupakan. (*)