
Hari Kiamat bukan sekadar akhir dunia, tapi awal pertanggungjawaban manusia. Siapa yang akan terlindungi? Siapa yang celaka? Simak ayat, hadis, dan renungannya di sini.’
Oleh Drs. Muhammad Nashihudin, M.Si.; Ketua Majelis Tablig Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jakarta Timur dan anggota Majelis Tabligh PWM DKI Jakarta
Tagar.co – Setiap perjalanan pasti memiliki akhir. Begitu pula dengan kehidupan dunia ini. Dalam Islam, akhir dari kehidupan dunia bukan sekadar penutupan, tetapi awal dari fase baru bernama Hari Kiamat—sebuah peristiwa dahsyat yang mengguncang alam semesta dan menjadi titik awal pertanggungjawaban manusia atas semua amal perbuatannya.
Seorang muslim wajib meyakini dengan sepenuh hati tentang datangnya Hari Kiamat. Keyakinan ini bukan sekadar dogma, melainkan panggilan untuk hidup secara bertanggung jawab, jujur, dan disiplin. Surga disediakan bagi mereka yang istiqamah dalam keimanan, sementara neraka menjadi tempat kembali bagi mereka yang kufur dan menyekutukan Allah.
Peringatan Ilahi tentang Dahsyatnya Hari Kiamat
Allah Swt. berfirman:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar.” (Al-Haj: 1)
يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ …
“(Ingatlah) pada hari ketika kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui akan lalai terhadap anak yang disusuinya, yang hamil akan keguguran, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk padahal tidak, karena dahsyatnya azab Allah.” (Al-Hajj: 2)
Ayat-ayat ini menjadi peringatan sekaligus bahan perenungan agar kita tidak lalai dalam menjalani hidup. Setiap detik adalah peluang untuk memperbaiki diri sebelum datangnya hari pembalasan.
Lima Hal tentang Hari Kiamat
1. Hanya Allah yang Mengetahui Waktu Kiamat
Pertanyaan tentang kapan Hari Kiamat terjadi adalah sesuatu yang hanya diketahui Allah. Dalam Al-Qur’an, dijelaskan:
“… Katakanlah, ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia…'” (Al-A’raf: 187)
Keyakinan ini mengajarkan kita untuk hidup dalam kesiapan, bukan sekadar penasaran pada waktu. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapinya.
2. Golongan yang Mendapat Naungan di Hari Kiamat
Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah Saw. menyebutkan tujuh golongan yang akan mendapat naungan dari Allah ketika tidak ada naungan lain:
- Pemimpin yang adil
- Pemuda yang tumbuh dalam ibadah
- Orang yang hatinya terpaut dengan masjid
- Dua orang yang saling mencintai karena Allah
- Orang yang menolak ajakan maksiat karena takut kepada Allah
- Orang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi
- Orang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga meneteskan air mata
Hadis ini memberi harapan, bahwa meskipun Hari Kiamat begitu menakutkan, Allah juga menyiapkan kasih sayang dan perlindungan bagi hamba-Nya yang tulus.
3. Doa Agar Istikamah di Jalan Islam
Agar tetap teguh dalam iman hingga hari akhir, kita diajarkan untuk terus berdoa:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا …
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk…” (Ali ‘Imran: 8–9)
Doa ini mencerminkan kerendahan hati kita di hadapan Allah, sekaligus harapan akan rida dan bimbingan-Nya sampai akhir hayat.
4. Nasib Orang Sombong di Akhirat
Rasulullah Saw. memperingatkan: “Kelak pada hari kiamat, orang-orang sombong akan digiring seperti semut bermuka manusia, diliputi kehinaan. Mereka diseret ke neraka yang bernama Bulas dan diberi minuman dari nanah penduduk neraka.” (H.R.Tirmizi)
Kesombongan bukan hanya membuat seseorang dibenci di dunia, tetapi juga menjadi penyebab kehinaan di akhirat. Mari tumbuhkan sikap rendah hati dan empati dalam kehidupan sehari-hari.
5. Tafsir Hari Kiamat dalam Surah An-Nazi’at
Dalam Surah An-Nazi’at ayat 34–46, Allah menggambarkan momen-momen menggetarkan pada hari pembalasan: manusia teringat akan amalnya, neraka diperlihatkan, dan orang-orang bertanya tentang waktu terjadinya.
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa “ṭāmmah al-kubrā” (malapetaka besar) adalah peristiwa paling dahsyat yang pernah terjadi. Hari itu menjadi penentu: siapa yang lebih mencintai dunia, nerakalah tempatnya. Siapa yang menahan hawa nafsu karena takut pada Allah, surgalah tempat kembali.
Penutup: Siapkah Kita?
Renungan tentang Hari Kiamat bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan dan menyiapkan diri. Iman kepada hari akhir akan membentuk karakter yang sadar akan tanggung jawab hidup, menjauhi maksiat, dan berlomba-lomba dalam amal saleh.
Semoga Allah menetapkan kita sebagai hamba yang istiqamah dan kelak bernaung di bawah kasih sayang-Nya saat tak ada naungan lain, kecuali dari-Nya. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni