Telaah

Bersedekah selagi Muda

164
×

Bersedekah selagi Muda

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi AI

Di usia muda, godaan dunia begitu kuat. Namun justru di situlah nilai sedekah menjadi luar biasa. Mari maksimalkan Ramadan dengan iktikaf dan memberi sebelum waktu tak lagi berpihak.

Oleh Muhammad Damanhuri alias Ustaz Dayak, Ketua Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia dan Ketua Umum Lembaga Majelis Taklim Mualaf Kalimantan Barat. Bersama Mualaf, Kita Mampu

Tagar.co – Masyaallah, malam ke-21 di bulan suci Ramadan ini terasa begitu istimewa. Sepuluh malam terakhir telah tiba—malam-malam penuh berkah, malam yang dirindukan oleh para pencari Lailatulqadar.

Di berbagai masjid, suasana ibadah begitu terasa. Banyak yang menghidupkan malam dengan iktikaf, mengisi waktu dengan tilawah, zikir, dan doa. Meski ada juga sebagian masjid yang belum menyelenggarakan iktikaf, semangat umat Islam tetap menyala.

Baca juga: Menyembunyikan Sedekah: Keutamaan dan Hikmahnya

Malam ini, hujan rintik-rintik turun sejak selesai tarawih hingga menjelang sepertiga malam. Suasana terasa tenang dan syahdu. Hujan bukan penghalang, justru menjadi saksi bisu ketulusan mereka yang mengambil air wudu lalu bersujud memohon ampunan dan pertolongan kepada Allah Swt.

Baca Juga:  Belajar Santun dari Meja Makan Abu Al-Haitsam

Inilah waktu-waktu emas. Saat dunia sunyi, langit terbuka, dan hati pun terbawa dalam keheningan penuh harap.

Tanpa berpanjang kata, mari kita lanjutkan pelajaran dari Kitab Syajaratul Ma’arif, Bab 10, yang membahas tentang:

Bersedekah selagi Muda

Bersedekah bukan hanya tentang melepaskan sebagian harta, tetapi juga tentang melawan ego, mengalahkan keinginan duniawi, dan melatih hati untuk lebih peduli. Dan justru di usia muda, semua tantangan itu hadir bersamaan: semangat memiliki yang kuat, mimpi duniawi yang masih membentang, serta rasa takut kekurangan yang tak jarang membayangi.

Namun di situlah letak keutamaannya. Bersedekah selagi muda dan sehat menandakan ketulusan dan pengorbanan yang lebih besar. Karena saat itu, seseorang belum terdesak oleh waktu, belum dihantui ajal, dan masih berada di puncak gairah hidup.

Allah Swt. berfirman:

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu akan memperolehnya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.”
(Al-Muzzammil: 20)

Ayat ini adalah janji Allah yang menentramkan: setiap kebaikan tidak akan pernah hilang, bahkan akan diganti dengan balasan yang lebih besar dan lebih mulia.

Baca Juga:  Keutamaan Berbagi: Hikmah Nuzululquran

Rasulullah Saw. juga bersabda: “Sedekah yang paling utama adalah ketika engkau segera bersedekah saat dalam keadaan sehat dan pelit terhadap harta, khawatir akan miskin, dan masih berharap hidup panjang.” (H.R. Bukhari No. 660 dan Muslim No. 1031 dari Abu Hurairah secara marfuk)

Bandingkanlah dengan seseorang yang baru ingin bersedekah di saat ajal mulai terasa dekat. Di saat itu, hatinya mulai melepas dunia, harta tak lagi sekuat daya tariknya, dan sedekah yang ia lakukan cenderung bersifat terpaksa.

Bahkan seakan ia hanya mengalihkan harta kepada orang lain, bukan lagi sebagai bentuk ibadah yang utuh. Maka dari itu, sedekah di masa muda jauh lebih bernilai dibanding sedekah menjelang wafat, meskipun wasiat tetap dianjurkan sebagai bentuk kebaikan terakhir. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni