Opini

Generasi Z, Kenapa Banyak yang Tidak Bekerja?

×

Generasi Z, Kenapa Banyak yang Tidak Bekerja?

Sebarkan artikel ini
Generasi Z menjadi sorotan publik karena mendominasi data pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau pengangguran. 
Generasi Z (Illustrassi freepik.com)

Generasi Z menjadi sorotan publik karena mendominasi data pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau pengangguran. 

Tagar.co – Generasi Z atau seringkali dikenal dengan istilah “Gen Z” adalah sekelompok orang yang lahir antara kurun waktu 1997–2012. Saat ini mereka memasuki rentang usia 12–27 tahun. Usia yang dikatakan sebagai fase masa muda, sehingga mudah menerima pengaruh baru dari luar diri dan lingkungan.

Generasi Z merupakan generasi yang diprediksi sebagai aset masa depan bangsa dan akan mencapai puncak kesuksesan pada Indonesia Emas 2045. Mereka dikenal sebagai karakter yang lebih tidak fokus, lebih individual, lebih global, berpikiran terbuka, dan lebih ramah teknologi (generasi internet). 

Sebagai digital natives Gen Z paling cepat menyerap teknologi informasi dan digital, tetapi di sisi lain mereka belum cukup peka terhadap risiko-risiko penggunaan teknologi yang tidak seimbang.

Baru-baru ini, Gen Z menjadi sorotan publik karena mendominasi data pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada 2023 terdapat sekitar 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) tanpa kegiatan atau pengangguran. 

Baca juga: Makan Siang Gratis atau Pendidikan Gratis?

Tercatat 22,25 persen dari 44,7 juta anak muda golongan gen Z tidak bekerja, menjalani pendidikan dan mendapat pelatihan (not in employment, education, an training/NEET). Dengan jumlah angka sekitar 9,9 juta orang mereka seharusnya bisa berkontribusi dengan bekerja dan menghasilkan uang per bulan. 

Baca Juga:  Manusia jika Kaya Cenderung Jadi Tuhan

Bayangkan berapa uang yang dihasilkan dari 9,9 juta orang itu setiap bulan atau per tahun. Kemudian kita kalkulasikan berapa besar kontribusi mereka pada pertumbuhan ekonomi negara ini. Mereka yang tidak bekerja, tidak mengikuti pendidikan atau pelatihan , tidak berkontribusi, dampak negatifnya bukan hanya pada negara ini, tetapi lebih kepada diri mereka sendiri.

Bekerja adalah proses menambah pengalaman, menambah pengetahuan, menambah portofolio, dan yang terpenting melatih kedisiplinan. Semakin lama menganggur, maka semakin lama kita membuang kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri. Kualitas diri itu hasil tempaan bukan hal instan yang mudah diwujudkan.

Penyebab Gen Z Menganggur

Lantas apa yang menjadi penyebab Gen Z tidak bekerja? Sebenarnya bukan karena tidak ada pekerjaan, banyak lapangan pekerjaan yang bisa di mereka pilih dan kerjakan. Tetapi saat ini kita tahu bahwa Gen Z adalah generasi yang suka “pilih-pilih”.

Mereka melakukan apa yang mereka mau dan mereka suka. Jika tidak suka mereka lebih baik di rumah dan minta difasilitasi penuh oleh orang tua. Hidup nyaman seperti inilah yang mereka dapatkan sejak awal, sehingga mereka tidak perlu bekerja keras untuk mengubah nasibnya. 

Baca juga: Jadi Sekolah Produktif di Masa Liburan

Inilah beberapa alasan yang menjadi penyebab Gen Z tidak bekerja:

  • Salah Memilih Jurusan Kuliah

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah menyebutkan tingginya angka pengangguran akibat ketidaksesuaian antara pendidikan yang ditempuh dengan permintaan pasar tenaga kerja. 

  • Lulusan SMK Penyumbang Pengangguran
Baca Juga:  Sekolah Perlu Belajar dari Warung Bakso

Populasi pengangguran di dominasi oleh lulusan SMK karena terjadi miss-match antara pendidikan vokasi dengan dunia kerja. Pemerintah harus terus mendorong pendidikan dan pelatihan vokasi sehingga terbentuk link and match antara kebutuhan industri dengan pembelajaran di sekolah.

  • Fasilitas Nyaman yang Didapatkan di Rumah

Disadari atau tidak, orang tua juga menjadi salah satu penyebab Gen Z tidak bekerja. Mereka memberikan kehidupan yang luar biasa nyaman di rumah. Menyediakan pembantu rumah tangga, sopir, uang jajan tidak pernah kekurangan, dan semua kebutuhan terpenuhi. Orang tua harus mulai berbenah dan berubah, ajarkan Gen Z ini hidup mandiri, memiliki karakter pekerja keras dan tidak mudah menyerah.

Baca juga: Pedoman Menulis Opini supaya Menembus Media Bergengsi

Gen Z harus mulai menyadari bahwa dunia ini semakin kompetitif, dan satu-satunya cara agar berhasil adalah dengan kerja keras dan keluar dari zona nyaman. Jangan jadi pemalas serta menggantungkan hidup kepada orang tua. Bangun spirit kompetitif, berpikiran terbuka, dan memiliki semangat untuk terus belajar.

Mengutip Pambudi Sunarsihanto dalam Getting The BEST Out of Gen Z,  Gen Z memiliki kesempatan karier yang bagus ketika kerja di perusahaan. Untuk menjadi the “BEST” talent, maka Gen Z harus memiliki :

  • Brain

Mereka yang cerdas biasanya adalah lulusan terbaik universitas dalam dan luar negeri. Mereka biasanya memiliki IQ yang tinggi, memiliki kemampuan memecahkan masalah, pemahaman verbal, kemampuan matematika, pemikiran abstrak, dan berbagai aspek kecerdasan lainnya.

  • Emotional Intelligence
Baca Juga:  Data Terbaru BPS, Karyawan Pertambangan Gajinya Tertinggi

Mereka ini adalah manusia-manusia yang sangat cerdas, tetapi ketika di perusahaan mereka akan bekerja sama dengan manusia lain yang lebih cerdas dan berpengalaman, maka attitude yang baik dan keterbukaan pikiran untuk mengakui kelebihan orang lain dan belajar banyak dari orang lain juga di perlukan.

Baca juga: Menjaga Mood Belajar Siswa Bukan kayak Bimsalabim

  • Skill

Basic skill yang mereka pelajari ketika kuliah seperti : critical thinking, problem solving, decision making, data analytics, planning & organizing, dan strategic thinking akan langsung berguna ketika mereka di terjunkan ke project-project di client.

  • Teamwork

Tanpa memiliki kemampuan bekerja sama dalam tim akan sulit mencapai collective objective. Seseorang yang sangat cerdas dengan IP yang tinggi dari universitas terbaik, tetapi tidak mampu bekerja sama dalam sebuah tim, pasti akan dicoret dari daftar kandidat. Kemampuan untuk bekerja dalam tim melibatkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, mendengarkan dengan baik, dan memberikan kontribusi positif.

Semoga Gen Z bisa mempelajari hal-hal di atas, agar mendapatkan peluang untuk memperoleh pekerjaan yang baik. Mengurangi angka pengangguran, sehingga tagline menuju Indonesia Emas 2045 bisa terwujud, bukan sebaliknya menjadi Indonesia cemas. (#)

Penulis Fela Layyin, Guru SMK Muhammadiyah 8 Siliragung (SMK Models) Banyuwangi  Penyunting Mohammad Nurfatoni