
Keputusan Universitas Al-Azhar Kairo membuka Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia menandai babak baru diplomasi budaya. Program ini menjadi pengakuan internasional atas peran strategis bahasa Indonesia di kancah global.
Tagar.co – Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, mencatat sejarah baru bagi hubungan akademik Indonesia–Mesir. Melalui sidang Majelis Tinggi Al-Azhar pada 21 Juli 2025, kampus bergengsi di dunia Islam itu resmi menyetujui pendirian Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Bahasa dan Terjemah.
Program ini akan mulai berjalan pada tahun akademik 2025/2026 yang dimulai 20 September mendatang.
Keputusan yang tertuang dalam Sidang Majelis Tinggi Nomor 343 tersebut menjadi tonggak penting diplomasi budaya Indonesia di Timur Tengah. Bukan hanya menegaskan pengakuan internasional terhadap bahasa Indonesia, tetapi juga membuka jalan bagi peran strategisnya sebagai bahasa dunia.
Dari Kursus BIPA hingga Jadi Prodi Penuh
Pengajaran bahasa Indonesia di Al-Azhar sejatinya sudah berjalan sejak 2016 lewat kerja sama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikdasmen. Saat itu, bahasa Indonesia hanya hadir dalam bentuk kursus Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang diminati dosen, mahasiswa, dan staf Al-Azhar.
Baca juga: Sinergi Badan Bahasa dan LPMQ Perkuat Mutu Terjemahan dan Tafsir Al-Qur’an
Antusiasme tinggi dari pemelajar membuat BIPA berkembang pesat. Pada 2019, bahasa Indonesia bahkan ditetapkan sebagai bahasa pilihan kedua di Fakultas Bahasa dan Terjemah. Status inilah yang kemudian menjadi pijakan menuju lahirnya program studi penuh yang kini telah resmi disahkan.
Diplomasi Lunak lewat Bahasa
Kepala Badan Bahasa Kemendikdasmen, Hafidz Muksin, menilai langkah ini sebagai peluang emas memperkuat diplomasi lunak Indonesia.
“Pendirian program studi bahasa Indonesia ini tidak hanya menguntungkan dunia akademik, tetapi juga memperkuat posisi strategis Indonesia di dunia internasional, terutama dalam upaya meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional,” ujarnya, dikutop dari siaran pers Kemendikdasmen yang diterima Tagar.co, Jumat 29 Agustus 2025.
Menurut Hafidz, para alumni prodi ini nantinya diharapkan mampu menjembatani budaya, sekaligus berkontribusi dalam pusat kajian Islam internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Dukungan Konsorsium Perguruan Tinggi Indonesia
Pendirian prodi ini tak lepas dari dukungan konsorsium tiga kampus Indonesia: Universitas Gadjah Mada, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Konsorsium tersebut berperan dalam penyusunan kurikulum, penyediaan dosen, hingga pertukaran akademik.
Selain itu, KBRI Kairo bersama Badan Bahasa terus melakukan koordinasi intensif dengan pihak Al-Azhar sejak 2023 hingga 2025. Pertemuan dengan Rektor Universitas Al-Azhar dan Grand Syekh Al-Azhar menjadi bagian penting dari proses ini. S
ebagai bentuk komitmen, Indonesia akan mengirimkan empat dosen secara berkelanjutan untuk mendukung operasional program studi.
Peminat Terus Bertambah
Minat mahasiswa terhadap bahasa Indonesia terus meningkat. Pada tahun akademik 2024/2025, tercatat 51 mahasiswa memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua—28 orang di tingkat II dan 10 orang di tingkat I. Jumlah ini diperkirakan bertambah seiring pembukaan prodi resmi.
Dengan demikian, bahasa Indonesia kini sejajar dengan bahasa internasional lain yang diajarkan di Al-Azhar, seperti bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Arab.
Strategi Diplomasi Budaya
Pemerintah Indonesia menilai kehadiran prodi ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat diplomasi budaya sekaligus hubungan bilateral Indonesia–Mesir. Dari sisi akademik, program ini juga diharapkan memberi kontribusi penting dalam memperkuat pemahaman Islam moderat yang menjadi ciri khas Al-Azhar.
Ke depan, dengan dukungan konsisten dari perguruan tinggi Indonesia, prodi ini diharapkan menjadi simbol persahabatan sekaligus kerja sama timbal balik antara Indonesia dan Mesir. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni