
Tidak ada suatu agama kecuali mengajarkan kepasrahan kepada Allah lalu menjalankan ibadah, tanpa kepentingan apapun seperti jejak keikhlasan Nabi Ibrahim.
Tagar.co – Empat teladan Nabi Ibrahim menjadi pesan khotbah Iduladha yang berlangsung di halaman MI Muhammadiyah 28 Jln. Raya Bangkingan, Surabaya, Jumat (6/6/2025).
Khotbah Iduladha disampaikan oleh Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya, Drs M. Zayin Chudlori MAg.
Mengawali khotbahnya M. Zayin Chudlori mengatakan, Nabi Ibrahim disebut abul anbiya karena dari anaknya, Ismail dan Ishak, menurunkan banyak nabi.
”Kisah Nabi Ibrahim adalah menunjukkan keikhlasan beragama, ikhlas menjalankan semua perintah Allah sehingga mampu menjalani ujian hidup, menghadapi cobaan, dan kuat beribadah,” katanya.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji. (Al-Mumtahanah: 6)
Kemudian dia menguraikan empat teladan Nabi Ibrahim dalam perjuangan beribadah kepada Allah.
Pertama, Nabi Ibrahim ikhlas beragama, sambung dia, tidak ada kepentingan lain dalam beribadah semata-semat kepada Allah.
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.(Al-Bayyinah: 5)
Ustaz Zayin menyampaikan, tidak ada suatu agama kecuali mengajarkan kepasrahan kepada Allah lalu menjalankan ibadah, dan mengikuti jejak para nabi seperti jejak keikhlasan Nabi Ibrahim.
Kedua, mencari tuhan yang hak.
Nabi Ibrahim sejak kecil hidup di lingkungan musyrik. Masyarakat penyembah bulan, bintang, matahari, dan patung berhala. Bahkan bapaknya seorang pembuat berhala bernama Azar. Namun pikiran kritisnya menolak sesembahan itu.
Dalam Al-Quran surah Al-An’am ayat 76-79 menceritakan Ibrahim heran melihat bintang, bulan, matahari disembah manusia. Akhirnya dia menemukan tuhan maha kuasa yang patut disembah yaitu Allah.
Itulah agama Nabi Ibrahim yang lurus dan mengabdikan hidupnya untuk menyembah kepada Allah dan mengikuti perintahnya.
إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَا۠ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُونِ
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al-Anbiya: 92)
Lalu dengan ekstrem dia menghancurkan berhala-berhala. Akibat tindakan itu dia mendapat hukuman mati dibakar hidup-hidup. Tapi api menjadi dingin sehingga Nabi Ibrahim lolos. (Surah Al-Anbiya: 69)
Ketiga, Allah meminta apa yang dicintai Ibrahim diserahkan kepadanya.
Nabi Ibrahim yang lama mengharapkan kehadiran anak, akhirnya mendapat seorang putra dari istrinya, Hajar. Kemudian Hajar dan anaknya, Ismail, dibawa ke padang tandus Makkah.
Dalam surah Shaffat: 100-107 diceritakan, ketika anak itu sudah besar, lalu memerintahkan untuk dikurbankan kepadanya. Wahyu lewat mimpi yang diterimanya itu semula membuat Ibrahim ragu. Namun setelah berkali-kali mimpi itu muncul, lalu diceritakan kepada Ismail.
Ternyata anaknya itu percaya kepadanya dan menyilakan ayahnya mengurbankan dirinya seperti kehendak Allah. Karena kepasrahan bapak anak ini kepada Allah lalu Allah membatalkan pengurbanan itu dan diganti dengan domba.
Dari peristiwa itu lalu menjadi tradisi kurban hingga sekarang.
Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.(Al-Haj: 37)
Keempat, Nabi Ibrahim dan Ismail merenovasi ka’bah. Dijelaskan dalat surat Al-Baqarah: 127
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui
Setelah renovasi ka’bah itu lalu ada ibadah haji yang diajarkan Nabi Ibrahim hingga sekarang. (Al-Baqarah: 128). Dan Ka’bah juga menjadi kiblat salat umat Islam (Al-Baqarah: 144).
Itulah empat teladan Nabi Ibrahim yang terpelihara menjadi tradisi umat Islam. (#)
Penyunting Sugeng Purwanto












