
Gerimis sore dan sepeda baru yang tiba-tiba mogok menjadi ujian kecil bagi saya. Diduga karena BBM kotor, mesin berhenti total. Namun di balik aroma bensin dan jalanan basah itu, saya belajar satu hal penting: kendaraan boleh macet, tapi niat melayani umat tak boleh ikut berhenti.
Oleh Yekti Pitoyo; Amil Fundraising Lazismu Kabupaten Sidoarjo
Tagar.co – Gerimis Rabu sore (29/10/12) itu turun pelan, seperti ingin menemani langkah saya yang tengah menunaikan amanah. Di antara lalu lintas yang padat dan suara klakson bersahutan, sepeda motor Beat keluaran Juni 2025 yang saya kendarai tiba-tiba terdengar aneh—greg-greg, lalu disusul aroma sangit yang tak biasa.
Baca juga: Motor Brebet, Menteri Umbar Janji
Awalnya saya tak panik. Motor ini selalu saya rawat dengan baik. Baru sebulan lalu, tepatnya 25 September, saya servis ke dua di bengkel resmi. Kilometer pun baru menyentuh angka 5.231—masih tergolong muda. Tapi di tengah perjalanan sore itu, mesin tiba-tiba mati total.
Saya menepi di pinggir jalan, menarik napas panjang, mencoba menyalakan kembali. Kadang hidup, lalu mati lagi. Di bawah rintik hujan yang kian rapat, saya hanya bisa berucap lirih, “Ya Allah, ini ujian kecil. Asal aman, saya siap dorong sekalipun.”
Bengkel dan Dugaan
Keesokan harinya, motor saya bawa ke bengkel. Petugas di sana menjelaskan, kasus serupa sedang banyak terjadi, bahkan pada motor-motor baru. “Kemungkinan besar dari bahan bakarnya,” katanya. Solusinya sederhana—kuras tangki, ganti bensin dengan Pertamax, dan pasang busi baru.
Sayangnya, stok busi sedang kosong. Akhirnya saya hanya ganti oli dan mengisi Pertamax di perjalanan pulang. Tapi motor belum juga pulih. Kadang tersendat, kadang berhenti mendadak di tengah jalan.
Saya sempat bertanya-tanya: siapa yang bertanggung jawab atas semua ini? Motor masih baru, servis rutin, bahan bakar pun dari SPBU resmi. Tapi jawaban itu tak juga jelas.
Amanah yang Tak Boleh Mogok
Meski begitu, saya tak ingin larut dalam kesal. Tugas tetap menunggu: menjemput zakat, infak, dan sedekah; menyapa para donatur; menyerahkan laporan ke kantor Lazismu. Kendaraan bisa rusak kapan saja, tapi semangat melayani umat tak boleh ikut mogok.
Dalam setiap langkah, saya teringat pesan sederhana dari para senior: menjadi amil bukan sekadar bekerja, tapi berjuang di jalan kebaikan. Dan di jalan itu, ujian bisa datang dari mana saja—bahkan dari sepeda yang mogok di tengah gerimis.
Pelajaran dari Jalan Basah
Dari peristiwa kecil ini saya belajar, kadang Allah mengajarkan kesabaran lewat hal-hal sepele. Tak perlu bencana besar untuk menguji keteguhan. Cukup satu motor yang mogok, satu rintik gerimis yang membuat kita berhenti sejenak, merenung, lalu melangkah lagi.
Selama niatnya lurus dan langkahnya ikhlas, InsyaAllah selalu ada jalan—meski harus ditempuh perlahan, sambil mendorong sepeda di tengah hujan. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni












