Opini

Pulang dari PBB, Prabowo Disodori Masalah MBG

938
×

Pulang dari PBB, Prabowo Disodori Masalah MBG

Sebarkan artikel ini
Pulang ke rumah alangkah senangnya tanpa masalah. Presiden Prabowo Subianto selesai pidato di PBB kembali ke tanah air diminta segera evaluasi kasus MBG yang menimbulkan keracuanan siswa.
Menu MBG

Pulang ke rumah alangkah senangnya tanpa masalah. Presiden Prabowo Subianto selesai pidato di PBB kembali ke tanah air diminta segera evaluasi kasus MBG yang menimbulkan keracuanan siswa.

Oleh‎ M. Rohanudin, Praktisi Penyiaran

Tagar.co – Pulang dari forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Presiden Prabowo Subianto dihadapkan dengan pekerjaan rumah dalam negeri yang segera dicarikan jalan keluar.

‎Peristiwa darurat. Sejak Januari sampai sekarang sejumlah siswa keracunan menu MBG (Makanan Bergizi Gratis). Sebanyak 5000 anak.

‎Sementara dari sisi ekonomi, sejak ada MBG ada UMKM, kantin sekolah, dan penjaja makanan di sekolah gulung tikar, karena anak-anak tidak jajan.

Guru juga protes. Tetiba menjadi pekerja dadakan membagikan makanan, hingga bertanggung jawab kalau tray tempat makan hilang. Padahal tidak ada fee untuk guru.

‎Di Jawa Tengah ada sekolah yang membuat surat pernyataan wajib ditandatangani wali murid, jika anaknya keracunan tidak boleh menuntut sekolah dan katering penyedia MBG. Kalau omprengan hilang, wali murid mengganti Rp 38 ribu.

‎Peristiwa semacam ini bukan hal yang biasa-biasa saja, melainkan kejadian luar biasa. Maka memerlukan tindakan perubahan strategi layanan baru yang lebih bermanfaat sekaligus tidak punya pengaruh terhadap bangkrutnya UMKM di sekitar sekolah.

‎Artinya, ada uang, tidaklah semuanya beres. Di kasus MBG malah menimbulkan masalah. Maksud hati memberi makanan bergizi supaya anak tumbuh sehat, yang terjadi malah keracunan.

Baca Juga:  Din Syamsuddin: Solusi Dua Negara Prabowo di PBB ibarat Teriakan di Samudera

Inginnya perputaran uang di dapur MBG menghidupi koperasi dan UMKM untuk memasok sembako dan sayur, ternyata ada penjaja makanan dan kantin sekolah sepi pembeli.

Program MBG waktunya dievaluasi dengan masalah yang muncul itu. Apalagi menurut Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa serapan anggaran MBG sangat rendah. Dari anggaran Rp 71 triliun tahun 2025 baru terserap Rp10,3 triliun.

Kerja 24 Jam

Biaya makanan MBG per porsi Rp15 ribu. Dari uang itu Rp 2.000 untuk keuntungan investor dan pengelola, Rp3.000 untuk biaya operasional. Rp10.000 produk makanan.

Orang bertanya, uang sebesar itu apa cukup untuk membuat makanan bergizi? Cukup. Apalagi kalau tukang masaknya kreatif. Asal jangan super kreatif dengan mengiris semangka setipis kartu ATM demi menekan harga lagi.  ‎

Dapur MBG disebut Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Membangun dapur ini ada syaratnya. Melayani 3.000 porsi, luas lahan minimal 800 m² (20×20 meter). Melayani 1.000 porsi luas lahan minimal 300 m² (10×15 meter).

Satu dapur MBG melayani 1.000-4.000 porsi makanan untuk murid sekolah di sekitarnya. Ini pekerjaan yang besar. Ibaratnya seperti melayani katering hajatan manten dengan jumlah tamu ribuan setiap hari.

Baca Juga:  Recognize Palestine Now: Pesan Prabowo di Panggung Dunia

Untuk mengoperasikan dapur, pengelola merekrut sukarelawan maksimal 45 orang dibagi tiga shift untuk kerja 24 jam. Honornya diambilkan dari Rp3.000 biaya operasional.

Sukarelawan ini dipandu oleh kepala SPPG yang diambilkan dari Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI). Mereka sudah mengikuti Diklat oleh TNI untuk kepemimpinan, disiplin, dan jujur.

Ada ahli gizi untuk pengawasan produksi dan akuntan untuk pengawasan keuangan. Tiga orang ini gajinya dibayar oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Kalau ahli gizi menjalankan tugas dengan benar semestinya makanan yang dihasilkan aman.

‎Jam kerja dimulai tim siang dengan menyiapkan semua bahan makanan. Ganti shift malam bagian masak. Sukarelawan shift pagi bertugas membagikan makanan ke sekolah sebelum pukul 11.00 untuk makan siang.

‎Melihat jam kerja dan personal yang menangani dapur MBG jika bekerja sesuai prosedur maka produksi makanan mestinya aman. Munculnya kasus keracunan berarti ada prosedur yang dilanggar.

Harus diperiksa mulai proses memasak pada malam hari. Lalu saat membagi makanan ke tray. Pukul 9 pagi sudah beres. Dimasukkan ke mobil. Lalu diantar ke sekolah.

Jadi makanan disajikan untuk murid sudah harus siap lebih dari 6 jam sebelum dimakan. Inilah waktu krusial untuk melihat makanan itu terkontaminasi atau aman.

Baca Juga:  Pajak dan Pemberontakan Rakyat

Makanan basah harus disajikan kurang dari enam jam. Lebih dari durasi tersebut makanan wajib dihangatkan kembali, Jika bisa dihangatkan.

‎Ganti Beras

Melihat MBG menimbulkan masalah kesehatan, Menteri Keuangan Purbaya mengusulkan diganti beras 10 kilogram kepada wali murid.

Usulan ini terkesan gurauan karena MBG bakal berubah menjadi baksos zaman Jokowi. Padahal ini program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

‎Pilihan lain dalam pengadaan bahan makanan hingga memasak menggunakan cara dan teknologi dapur moderen. ‎Biaya memang mahal.

Misal, bahan makanan mengambil dari pemasok. Begitu juga sayuran dan bumbunya. Proses memasak tinggal mengeluarkan bahan itu. Bumbu tinggal memilih menu hari itu. Dengan cara ini sangat cepat proses memasak dan higienis.

‎Mencuci bahan makanan dan tray menggunakan mesin yang lebih cepat. Proses cuci otomatis dijamin kebersihannya. ‎Sesi pertama mesin menyemprotkan air dingin. Sesi kedua mencuci dengan semprotan air panas untuk membasmi kotoran dan racun. Semua bahan bebas kuman.

Cara digital ini ideal untuk pekerjaan massal. Lebih aman, cepat, tepat waktu. Seandainya terwujud, pulang dari PBB Presiden Prabowo lega di dalam negeri gak ada masalah.(#)

Penyunting Sugeng Purwanto