
Tak perlu kotak amal keliling. Gen Z cukup scan barcode di sekolah, lalu infak digital pun tersalurkan. Lazismu Sidoarjo menjawab perubahan gaya hidup ini lewat Giswa Muda—sebuah gerakan sederhana, tapi penuh makna.
Oleh Yekti Pitoyo
Tagar.co – Generasi Z (Gen Z) dikenal sebagai generasi yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan dunia digital. Dalam keseharian mereka, aktivitas belanja, belajar, hingga berdonasi dapat dilakukan cukup lewat layar ponsel. Maka tak heran, gaya sedekah mereka pun mengalami pergeseran: dari yang dulu serba tunai, kini berubah menjadi nontunai dan digital, cukup dengan memindai barcode.
Perubahan ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi lembaga filantropi, termasuk Lazismu Sidoarjo, untuk menyesuaikan pendekatan. Lazismu Sidoarjo tidak hanya fokus pada penghimpunan zakat, infak, dan sedekah, tetapi juga aktif melakukan edukasi filantropi kepada generasi muda, terutama pelajar Muhammadiyah.
Baca juga: Amil Lazismu: Cahaya di Antara Dua Dunia
Sebagai respons terhadap perubahan gaya sedekah di kalangan Gen Z, Lazismu Sidoarjo akan segera meluncurkan program Giswa Muda (Gerakan Infak Siswa Muhammadiyah Sidoarjo). Program ini dirancang khusus untuk menjangkau pelajar Muhammadiyah dengan cara yang sederhana, relevan, dan efisien: cukup dengan memindai barcode di lingkungan sekolah, siswa sudah bisa berinfak secara digital melalui dompet digital atau aplikasi pembayaran daring lainnya.
Inovasi ini tidak hanya mempermudah proses infak, tetapi juga menjadi bagian dari edukasi karakter. Melalui Giswa Muda, para siswa diajak untuk menjadikan sedekah sebagai kebiasaan positif—bagian dari gaya hidup Islami yang tidak mengganggu aktivitas harian mereka.
Lazismu Sidoarjo juga aktif menghadirkan narasi kebaikan dalam bentuk konten kreatif: infografik, video singkat, dan kisah nyata penerima manfaat. Semua dikemas dengan gaya yang dekat dengan dunia Gen Z—ringan, visual, dan menyentuh sisi emosional.
Dengan Gizwa Muda dan metode scan barcode, sedekah bukan lagi sesuatu yang rumit atau jauh dari kehidupan anak muda. Justru menjadi bagian dari identitas mereka: generasi yang peduli, peka terhadap isu sosial, dan mampu bergerak cepat memberi solusi—meski hanya dari genggaman tangan.
Semoga program ini menjadi gerbang menuju lahirnya generasi filantropis Muhammadiyah yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga kuat dalam empati dan semangat berbagi. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni