
Ketua PDM Lamongan, H. Shodikin, M.Pd. berpesan kepada kader Nasyiatul Aisyiyah di Lamongan agar tetap istikamah menjadi aktivis. Ia kisahkan deretan perempuan istri nabi yang sejatinya semua adalah aktivis. Harapannya, aktivis Nasyiah bisa mengelola rumah tangganya tetap baik-baik saja, dan anak-anak juga terurus dengan sebaik-baiknya.
Tagar.co – Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Drs. H. Shodikin, M.Pd. menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Musykerda Nasyiatul Aisyiyah Lamongan yang berlangsung di Umla, Ahad (25/5/2025).
Di hadapan 300 lebih kader Nasyiah Lamongan, ia mengawali sambutan dengan menyanyikan mars Nasyiatul Aisyiyah. “Saya juga hafal lho mars Nasyiatul Aisyiyah,” akunya sembari tersenyum dan menyanyikan beberapa lirik lagu.
Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Lamongan itu merasa bersyukur berada di tengah-tengah aktivis perempuan —Nasyiatul Aisyiyah.
“Bahwa perempuan itu bukan makhluk nomor dua. Bukan tiang wingking. Sekarang perempuan ditempatkan sejajar dengan laki-laki, bahkan diistimewakan. Ada pemberdayaan perempuan, ada kuota untuk perempuan, dikasih karpet merah dan ruang khusus yang itu memang ditempati oleh perempuan,” ujarnya.
Dia menyatakan, zaman dulu ketika para nabi sedang berdakwah, sesungguhnya istri-istrinya adalah aktivis. Dia mencontohkan istri Nabi Ibrahim (Sarah dan Hajar) serta istri Nabi Muhammad SAW (Siti Khadijah —yang bukan hanya aktivis tapi juga saudagar, dan Aisyah).
“Jadi maksud saya, hendaknya nanti di kalangan Nasyiah dan Aisyiyah itu muncul Khadijah-Khadijah masa kini. Misalnya NA Lamongan studi banding ke perusahaan kosmetik Wardah. Tidak papa. Itu punya siapa? Bu Nur Hayati yang juga aktivis Aisyiyah. Beliau adalah Khadijah masa kini dan termasuk perempuan terkaya di Indonesia,” ungkapnya.
Selain para istri nabi, Shodikin juga menyebutkan deretan perempuan yang sangat menginspirasi. Termasuk perempuan ahli tasawuf yakni Rabiah Al Adawiyah. Kemudian perempuan-perempuan Indonesia ada RA Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Nyai Walidah, dan lain-lain.
“Itulah sederet perempuan yang memberi warna pada zamannya. Bahwa setiap orang ada ruangnya, dan setiap ruang ada orangnya. Maka kepada para wanita aktivis, kami sampaikan tetaplah istikamah. Bagaimana agar bisa mengelola rumah tangga tetap baik-baik saja, kemudian anak-anaknya juga terurus dengan baik. Ini menjadi komitmen dari kader Nasyiatul Aisyiyah untuk dilaksanakan,” tandasnya.

Musykerda dan Pemberdayaan SDM
Ketua PDM Lamongan dua periode itu juga menyampaikan pesan, hendaknya Musyawarah Kerja Daerah (Musykerda) ini bisa menjadi momentum untuk menyusun program peningkatan sumber daya manusia.
“Kalau kita ingin jadi aktivis sekarang dan masa yang akan datang, maka yang perlu ditekankan dalam Musykerda adalah program peningkatan sumber daya manusia. Hal itu terkait pengetahuan, keilmuan, maupun yang terkait dengan skill dan keterampilan. Karena sumber daya itu yang akan memastikan kita bisa keluar menjadi pemenang dalam kompetisi,” ucapnya.
Kedua, dia berharap Nasyiatul Aisyiyah Lamongan melakukan penjajakan untuk bekerjasama dan berkolaborasi dengan aktivis di luar Nasyiatul Aisyiyah.
“Di sini ada Ibu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Kepala Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Jadi ke depan, kita itu bisa sukses kalau punya jaringan yang lebih banyak, punya mitra kerjasama yang lebih luas. Kalau kita sendiri, pasti hanya akan berdiri sendiri. Jadi kita perlu berkolaborasi. Ngopi kudu sing adoh,” tegasnya.
Shodikin juga berharap, Nasyiatul Aisyiyah Lamongan bisa menyusun program-program lain yang relevan untuk menjawab tantangan zaman di era ketidakpastian saat ini.
“Bahwa ini perlu dipersiapkan betul. Insya Allah jika seperti itu, tentu di mana saja Nasyiatul Aisyiyah akan eksis dan akan melampaui target yang sudah direncanakan,” paparnya.
Terakhir, dia menyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada Nasyiatul Aisyiyah Lamongan dalam melaksanakan Musykerda. “Mudah-mudahan Allah senantiasa membersamai, memberikan kekuatan dan kesabaran,” tutupnya. (#)
Jurnalis Nely Izzatul Penyunting Mohammad Nurfatoni