Opini

Menata Lingkungan Pendidikan agar Bebas dari Fitnah dan Ancaman

170
×

Menata Lingkungan Pendidikan agar Bebas dari Fitnah dan Ancaman

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Mohammad Nurfatoni/AI

Dunia pendidikan bukan sekadar tempat bekerja, tetapi ladang ibadah. Saat fitnah, kebohongan, dan ancaman merasuki ruang kerja, keteladanan pun pudar. Islam mengajarkan cara membersihkannya: dengan kejujuran, musyawarah, dan kepemimpinan yang adil.

Oleh Rizka Silvia, M.Pd., Kepala SD Muhammadiyah 1 Kota Malang

Tagar.co – Dunia pendidikan idealnya menjadi ruang keteladanan, kejujuran, dan kasih sayang. Namun, faktanya masih ada praktik kebohongan, fitnah, dan ancaman di lingkungan kerja pendidikan.

Situasi seperti ini merusak hubungan profesional, menurunkan semangat, serta menciptakan suasana yang tidak nyaman. Lebih jauh, dampaknya juga terasa pada kualitas layanan pendidikan yang diterima peserta didik.

Baca juga: Mendidik Hati sebelum Mengajar Otak: Menghidupkan Kurikulum Berbasis Cinta

Kebohongan merusak kepercayaan, fitnah menimbulkan perpecahan, dan ancaman menciptakan rasa takut. Tiga hal ini ibarat racun dalam tubuh organisasi, membuat suasana kerja menjadi “toksik” dan jauh dari nilai-nilai pendidikan yang seharusnya diteladankan.

Larangan yang Tegas dalam Pandangan Islam

Islam menempatkan kejujuran, amanah, dan keadilan sebagai prinsip utama. Karena itu, kebohongan, fitnah, dan ancaman dipandang sebagai dosa besar.

  • Kebohongan: Rasulullah ﷺ bersabda, “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Dan jauhilah kebohongan, karena kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka.” (Bukhari-Muslim)

  • Fitnah: Allah Swt. menegaskan, “Fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan.” (Al-Baqarah: 191)

  • Ancaman dan kezaliman: Rasulullah ﷺ mengingatkan, “Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (Bukhari-Muslim)

Baca Juga:  Pemimpin Sekolah di Tengah Pusaran Kompleksitas

Pesan-pesan tersebut menunjukkan betapa seriusnya dampak tiga perbuatan ini—bukan hanya terhadap individu, tetapi juga terhadap keberkahan sebuah institusi pendidikan.

Solusi Islami untuk Lingkungan Kerja yang Sehat

Menghadapi masalah ini, Islam menawarkan sejumlah prinsip solutif yang dapat diterapkan dalam manajemen pendidikan.

Pertama, meneguhkan akhlak dan etika. Setiap tenaga pendidik dan karyawan perlu membiasakan diri dengan kejujuran (ṣidik), amanah, dan ikhlas. Membudayakan tabayun (klarifikasi) sebelum menerima atau menyebarkan informasi adalah kunci untuk memutus rantai kebohongan dan fitnah.

Kedua, mengelola konflik dengan musyawarah. Perselisihan tidak bisa dihindari, tetapi dapat diselesaikan melalui syura (musyawarah). Dialog terbuka mencegah masalah kecil membesar menjadi fitnah atau permusuhan.

Ketiga, kepemimpinan yang adil dan melindungi. Pemimpin pendidikan harus menjadi teladan, tidak berpihak, dan mampu melindungi staf dari ancaman. Kepemimpinan yang adil menciptakan rasa aman dan meningkatkan loyalitas.

Keempat, membangun ukhuah Islamiah. Semangat persaudaraan, saling menghormati, dan saling mendukung harus dihidupkan. Husnuzan (berprasangka baik) menjadi benteng dari prasangka buruk yang sering memicu fitnah.

Baca Juga:  Membongkar Miskonsepsi PJOK: Dari Lapangan Fisik ke Pendidikan Holistik

Kelima, penegakan aturan dan sanksi tegas. Perlu ada regulasi yang jelas untuk menindak tegas pelaku kebohongan, fitnah, atau ancaman. Penegakan hukum internal yang adil akan menjaga ketertiban dan menjadi pelajaran bagi yang lain.

Penutup: Ibadah dalam Profesi Pendidikan

Lingkungan kerja pendidikan bukan sekadar tempat mencari nafkah, melainkan juga ladang ibadah. Menjaga agar suasana kerja terbebas dari kebohongan, fitnah, dan ancaman adalah bentuk jihad akhlak yang akan membawa keberkahan.

Jika internal dunia pendidikan bersih dan kondusif, maka nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kasih sayang, dan amanah dapat diwariskan kepada generasi penerus. Inilah esensi Islam: menghadirkan ketenangan, keadilan, dan rahmat dalam setiap aspek kehidupan—termasuk di ruang kerja pendidikan. (#)

Teras Jiwa, 30 Oktober 2025

Penyunting Mohammad Nurfatoni