FeatureTelaah

Makna Tersembunyi di Balik Istirja: Saat Duka Menjadi Doa

242
×

Makna Tersembunyi di Balik Istirja: Saat Duka Menjadi Doa

Sebarkan artikel ini
Ridwan Ma’ruf

Setiap air mata yang jatuh membawa pesan Ilahi: kembalilah kepada-Nya. Istirjak mengajarkan bahwa kehilangan bukan akhir, tetapi awal dari perjalanan hati menuju ridanya.

Oleh Ridwan Ma’ruf; Anggota Majelis Pemberdayaan Wakaf Pimpinan Daerah Muhammadiyah(PDM) Kabupaten Sidoarjo, Pendiri Tahfiz Quran Islamic School Al-Fatih Sidoarjo, dan Praktisi Spiritual Parenting Sidoarjo.

Tagar.co – Hidup, kata orang bijak, adalah serangkaian kehilangan yang mengajari manusia arti kembali. Di saat air mata jatuh, di situlah istirja menemukan maknanya: kalimat sederhana yang menjembatani duka dan keikhlasan, bumi dan langit, manusia dan Tuhannya.

Berdasarkan perspektif spiritual Islam, kalimat istirja, yaitu “Innalillahi wainnailaihi rajiun”, memiliki makna yang mendalam—jauh melampaui sekadar ungkapan kesedihan saat tertimpa musibah.

Baca juga: Berjalan Bersama untuk Bumi: Festival SHE 2025 Satukan Iman dan Alam

Allah Swt. menetapkan bahwa kehidupan seseorang tidak akan pernah sepi dari cobaan. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan, “Hidup adalah serentetan masalah yang datang silih berganti; hidup tanpa problematika berarti mati.”

Artinya, setiap di antara kita dalam meniti kehidupan di dunia tidak akan pernah lepas dari konsekuensi hidup yang akan diterimanya. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 155–156:

Baca Juga:  Potensi Istimewa di Balik Keterbatasan Anak Berkebutuhan Khusus

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ۞ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: Innalillahi wainnailaihi rajiun (sesungguhnya kami ini milik Allah dan sungguh kami akan kembali kepada-Nya).”

Ayat ini mengandung makna bahwa kalimat istirja adalah tempat pertolongan bagi orang yang terkena musibah dan perlindungan bagi orang yang mendapat cobaan. Di dalamnya terkandung pengakuan penghambaan kepada Allah semata, keyakinan akan kehidupan setelah kematian, dan kesadaran bahwa dunia bukanlah akhir dari segalanya.

Ada beberapa pesan moral dari kalimat istirja, yaitu:

1. Menguatkan Motivasi

Lawan dari motivasi adalah demotivasi, yaitu putus asa. Ucapan istirja adalah doa yang di dalamnya terkandung penawar bagi hati yang mengalami kesedihan mendalam.

Ketika seseorang tertimpa musibah—misalnya kematian, sakit yang tak kunjung sembuh, atau perdagangan yang terus merugi—kemudian mengucapkan istirja, maka seolah-olah Allah Swt. datang menghibur dan meneguhkan hati yang diliputi kesedihan itu dengan firman-Nya dalam Surah Fushilat ayat 30:

Baca Juga:  Egoisme: Penghalang Kearifan Hati

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah,’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’”

Ayat di atas mengandung makna bahwa Allah akan mengisi hati orang mukmin yang sabar dengan ketenangan dan semangat untuk bangkit dari kegagalan hidup.

2. Allah Mempersiapkan Pengganti yang Lebih Baik

Kalimat istirja jika diucapkan dengan penuh keikhlasan, maka musibah yang menimpa seorang mukmin—misalnya kehilangan atau kematian—akan diganti dengan yang lebih baik. Nabi Saw. bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ } اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia membaca sebagaimana yang diperintahkan Allah: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah ini dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya’, melainkan Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik.” (H.R. Muslim)

Baca Juga:  Salat sebagai Terapi Detoks Fisik dan Mental

3. Ucapan Istirjak sebagai Pengakuan Nikmat

Umumnya, ucapan istirja diucapkan seseorang ketika menghadapi kegetiran hidup. Padahal istirja juga bisa diucapkan ketika seseorang mendapatkan kenikmatan atau kesuksesan hidup dari Allah Swt. Tujuannya agar seseorang tidak sombong dan tidak menganggap remeh nikmat yang Allah berikan kepadanya.

Hal ini sebagaimana kisah Umar bin Abdul Aziz yang mengucapkan istirja saat diangkat menjadi khalifah. Beliau melakukannya sebagai ungkapan kesedihan dan rasa berat atas tanggung jawab kepemimpinan yang besar.

Ucapan istirja seyogianya diucapkan ketika tertimpa musibah agar seseorang mendapatkan pahala, pengganti yang lebih baik, sekaligus agar tidak sombong dan lupa kepada Allah ketika mendapat nikmat-nikmat-Nya. Wallahua‘lambisawab. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni