Feature

Din Syamsuddin: Solusi Dua Negara Prabowo di PBB ibarat Teriakan di Samudera

393
×

Din Syamsuddin: Solusi Dua Negara Prabowo di PBB ibarat Teriakan di Samudera

Sebarkan artikel ini
Din Syamsuddin (Foto dokumentasi)

Presiden Prabowo menegaskan dukungan Indonesia terhadap solusi dua negara di forum PBB. Namun, Din Syamsuddin menilai jalan ke sana tertutup rapat oleh pendudukan Israel, pemukiman ilegal, dan genosida di Gaza.

Tagar.co – Pidato Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Selasa (23/9/2025), menjadi sorotan dunia.

Di hadapan para pemimpin negara, Prabowo kembali menegaskan dukungan Indonesia terhadap two state solution atau solusi dua negara sebagai jalan keluar dari konflik panjang Israel–Palestina.

Baca juga: Pidato Prabowo di PBB: Solusi Dua Negara Jalan Menuju Perdamaian

Namun, Guru Besar Politik Islam Global UIN Jakarta, Prof. M. Din Syamsuddin, mengingatkan bahwa seruan itu, meski ideal, menghadapi realitas pahit yang sejak lama menghambat implementasinya.

Solusi yang Terus Digantungkan

Din menilai, gagasan solusi dua negara bukanlah pemikiran baru. Negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), termasuk Indonesia, sejak lama menganut gagasan ini sebagai formula damai yang dianggap paling realistis.

Baca Juga:  Din Syamsuddin: Ada Pihak yang Ingin Jatuhkan Presiden Prabowo

Ide itu, pada mulanya, menyimpan optimisme: Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam kedaulatan yang diakui dunia. Namun, syarat-syarat pokok yang seharusnya mengantar pada lahirnya dua negara justru tidak pernah dijalankan Israel.

Din menyebutkan tiga hal mendasar yang menjadi batu sandungan. Pertama, Israel tak pernah bersedia mundur dari wilayah Arab yang mereka duduki sejak Perang 1967, termasuk Sinai dan Dataran Tinggi Golan.

Kedua, pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat justru semakin gencar. Ketiga, status Yerusalem—yang seharusnya dijaga sebagai kota suci bersama—telah sepihak dijadikan ibu kota Israel dengan dukungan Amerika Serikat.

Baca juga: Din Syamsuddin Menolak Ide Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia

“Dengan kenyataan ini, bagaimana mungkin kita berharap solusi dua negara bisa lahir? Apalagi Israel kini bukan hanya memperluas pemukiman, tetapi juga melakukan genosida atas Gaza dan menodai Masjidilaqsa,” ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan MUI Pusat itu.

Bagi Din, seruan Prabowo di forum dunia ibarat “teriakan di tengah samudera”: keras, penuh semangat, namun mudah hilang ditelan deburan ombak. Sebab, faktor-faktor fundamental seperti penghentian genosida di Gaza dan penarikan Israel dari wilayah pendudukan belum tersentuh.

Baca Juga:  Indonesia Tegaskan Solusi Dua Negara, Prabowo Ajak Dunia Akhiri Tragedi Gaza

“Tanpa itu, dan itu sulit diterima Israel, maka solusi dua negara menjadi hampa,” tegasnya, pada Tagar.co. Rabu 24 September 2025 sore.

Indonesia dan Ujian Nyali Diplomasi

Meski begitu, Din menekankan bahwa Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi perdamaian dan keadilan tidak boleh berhenti pada level retorika. Indonesia perlu bersuara lebih lantang untuk menuntut Israel mundur dari wilayah pendudukan, menghentikan genosida, dan segera memastikan bantuan kemanusiaan mengalir ke Gaza.

Lebih jauh, Din menilai Indonesia bahkan bisa mengambil langkah berani bila jalur diplomasi terus buntu. “Kalau jalan damai tidak digubris Israel, maka opsi militer melalui Peace Keeping Force (Pasukan Penjaga Perdamaian) atau bahkan War Preventing Force (Pasukan Pencegah Perang) bisa dipertimbangkan,” ujarnya.

Di ujung refleksinya, Din menantang keberanian kepemimpinan nasional untuk memimpin inisiatif itu. “Beranikah Indonesia mempelopori opsi ini? Itu sangat tergantung pada nyali dan kekuatan hati Kepala Negaranya,” tutur Ketua Komite Pengarah Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) tersebut. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni