Cerita anak adalah cerita sederhana, akan tetapi kompleks. Penulis harus mengalihkan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak. Selain tidak ruwet, isinya harus membantu daya kreativitas anak.
Oleh Ichwan Arif, Guru Bahasa Indonesia SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik.
Tagar.co – Seorang penulis, baik karya fiksi atau nonfiksi, harus bertanggung jawab akan tulisannya. Pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaannya harus bermanfaat bagi orang lain.
Cerita anak adalah cerita sederhana, akan tetapi kompleks. Kesederhanaan itu terlihat dalam wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga akan lebih enak dibaca dan komunikatif.
Selain untuk membantu daya imajinasi anak, cerita anak juga akan membantu daya kreativitas mereka. Penulis cerita anak harus mengalihkan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak.
Keberadaan jiwa dan sifat anak-anak yang tersirat dalam sebuah cerita nantinya menjadikan cerita anak tersebut digemari. Kedudukan penulis, dalam hal ini penulis cerita anak, sangatlah sentral. Hal ini disebabkan karena penulislah yang menulis, menerbitkan, menjual, memilih, membeli, dan menyampaikan kepada anak. Anak-anak hanya disuguhi dan yang bertanggung jawab adalah penulis.
Ternyata bakat saja tidaklah cukup. Kegiatan menulis harus diawali dari kesiapan diri kita untuk menulis.
Baca juga: Menjadi Guru Ngeri nan Gokil
Dalam buku Teknik Menulis Cerita Anak, Titik W.S. (2003: 26) menjelaskan penulis cerita anak harus memenuhi hal penting.
Hal penting itu yaitu bakat, kemauan atau niat, wawasan luas, kaya imajinasi, disiplin, kreatif, persepsi, tangguh, tidak mudah putus asa, menguasai teknik menulis, dan memahami bahasa, yang berkaitan dengan kemampuan bahasa dalam penguasaan idiom dan kosa kata.
Selain hal di atas, Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111-121) dalam buku Teknik Menulis Cerita Anak, mengatakan cerita anak haris memiliki aspek struktur yang menentukan sebuah bangun cerita, antara lain alur, tokoh, latar, tema, dan gaya.
Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak. Dan hal penting dari alur ini adalah konflik. Karena konfliklah yang menggerakkan sebuah cerita.
Baca juga: Bermain di Rumah Tetap Menyenangkan
Konflik pula yang bisa menyebabkan seseorang menangis, tertawa, marah, senang, jengkel ketika membaca sebuah cerita. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu.
Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun.
Tokoh adalah pemain dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka gandrungi.
Baca juga: Menjaga Mood Belajar Siswa Bukan kayak Bimsalabim
Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita.
Waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di mana cerita itu terjadi menunjukkan latar sebuah cerita. Misalnya dalam cerita kesejarahan, penciptaan waktu yang otentik ini sangatlah penting untuk memahami sebuah cerita.
Pesan Moral
Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup moral atau pesan atau amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Dia harus mampu menerjemahkan kebenaran.
Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar.
Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus terjahit dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.
Baca juga: Melihat Perselingkuhan dari Gedung Bioskop
Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata (diksi). Apakah panjang atau pendek, biasa atau tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata akan menimbulkan efek tertentu.
Hal lain adalah masalah kalimat. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin disampaikan.
Beberapa prinsip dalam menulis cerita anak yang diuraikan di atas kiranya semakin membantu Anda dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki untuk menulis sebuah cerita anak.
Sebuah cerita yang syarat pesan moral bagi anak tanpa harus menggurui mereka, dan mampu mengintegrasikan elemen di atas dalam jalinan cerita yang menyenangkan. Selamat berkreativitas lewat cerita anak. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni