Utama

Maarif House Diskusikan Muhammadiyah Studies dalam Lintas Disiplin

×

Maarif House Diskusikan Muhammadiyah Studies dalam Lintas Disiplin

Sebarkan artikel ini
Narasumber dan moderator

Maarif House edisi keenam mendiskusikan Muhammadiyah Studies dalam Lintas Disiplin. Diskusi ini merupakan perayaan dari perjalanan panjang intelektualitas Muhammadiyah.

Tagar.co – Di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta, pada hari yang penuh makna Jumat 22 November 2024, Gedung Dakwah Muhammadiyah menjadi saksi dari sebuah perjumpaan intelektual yang menjanjikan.

Dengan tema Muhammadiyah Studies dalam Lintas Disiplin Maarif House edisi keenam ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi merupakan perayaan dari perjalanan panjang intelektualitas Muhammadiyah.

Dua Tokoh, Dua Cerita

Dalam ruangan yang penuh dengan antusiasme para aktivis muda Muhammadiyah, dua narasumber utama, Fajar Riza Ul Haq dan Ahmad Fuad Fanani, memulai narasi mereka.

Kedua cendekiawan ini membahas Muhammadiyah dalam lingkup studi akademik dari dua perspektif yang berbeda: perspektif mitigasi kebencanaan dan perspektif genealogi pemikiran progresif Muhammadiyah.

Pengangkatan dua perspektif tersebut terinspirasi dari topik disertasi doktoral yang berhasil dipertahankan oleh dua cendekiawan ini.

Fajar Riza Ul Haq dengan tema “Dinamika Followership dan Political Partisanship Muhammadiyah dalam Merespon Kebijakan Covid-19 di DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sumatera Barat”.

Sementara Ahmad Fuad Fanani dengan tema “Progressivism in a Conservative Milieu: The Rise of Progressives within Muhammadiyah, 1995-2020.”

Selain mendiskusikan dua perspektif ini, kedua narasumber juga mengemukakan pandangan masing-masing tentang kondisi, peta, aktivisme, dan masa depan para aktivis Muhammadiyah serta kiprah mereka di berbagai sektor kehidupan.

Baca Juga:  Kawal Semua Aktivitas Anak dengan Doa

Refleksi dan Visi Masa Depan

Direktur Eksekutif Maarif Institute Andar Nubowo, membuka acara dengan semangat yang menyala. Dia mengingatkan acara ini adalah tasyakuran atas kontribusi Maarif Institute dalam melahirkan kader-kader yang kini berperan penting di pemerintahan.

“Ini bukan hanya tentang teknik, tapi tentang dedikasi kepada umat dengan dasar ilmiah,” katanya dengan penuh semangat.

Rikard Bagun, anggota Dewan Pengawas Yayasan Ahmad Syafii Maarif, menambahkan dimensi lain dengan menekankan pentingnya Muhammadiyah Studies dalam era post-truth, di mana kebenaran sering kali dikaburkan oleh informasi yang tidak akurat.
“Pada era 60-70-an, Muhammadiyah menarik banyak perhatian peneliti internasional. Dengan adanya Maarif House, kita ingin membawa tradisi akademik itu kembali, tetapi dalam konteks yang lebih luas,” jelasnya.

Menyentuh Akar dan Cabang

Fajar tidak hanya berbicara tentang teori, ia juga menyentuh kenyataan di lapangan. Dia menceritakan bagaimana kebijakan organisasi ini terkadang terhambat oleh kesenjangan antara kebijakan tingkat atas dengan implementasi di akar rumput.

Fuad, di sisi lain, mengulik spektrum luas dalam Muhammadiyah, menegaskan bahwa organisasi ini bukan monolit, tetapi penuh dengan dinamika dan dialog.

Hari Ini dan Besok

Cerita dari Maarif House #6 tidak berhenti di situ. Yahya Fathur Rozy, Presidium Nasional Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) menutup acara dengan catatan bahwa Maarif House ini adalah bukti dari kesinambungan visi antara Maarif Institute dan JIMM, yang keduanya didirikan oleh almarhum Moeslim Abdurrahman.

Di antara hadirin yang begitu beragam, dari akademisi hingga praktisi, dari muda hingga yang sudah berpengalaman, terasa semangat untuk mempertahankan dan mengembangkan tradisi intelektual Muhammadiyah dalam konteks yang terus berubah.

Maarif House #6 bukan hanya sebuah acara, tetapi perjalanan panjang dari masa lalu ke masa depan, dari teori ke praktik, dari individu ke komunitas. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni