
Di tengah peringatan HUT Ke-80 RI, saya berkesempatan melaksanakan tour dakwah di Brunei Darussalam. Perjalanan ini menjadi momentum meneguhkan ketaatan, kesetiaan, dan persatuan sebagai fondasi kebangsaan dan kehidupan beragama.
Oleh Muhammad Damanhuri alias Ustaz Dayak; Ketua Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia dan Ketua Umum Lembaga Majelis Taklim Mualaf Kalimantan Barat. Bersama Mualaf, Kita Mampu!
Tagar.co – Acara Tour Dakwah yang saya laksanakan bersama Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia (YKMI) berlangsung pada 15–19 Agustus 2025. Sebagai ketua yayasan sekaligus penyuluh agama Islam di Kementerian Agama Kota Pontianak, saya merasakan perjalanan ini bukan sekadar safari dakwah biasa, melainkan juga bentuk nyata kecintaan pada tanah air.
Perjalanan ke Brunei Darussalam ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang Islam di kalangan masyarakat Brunei, sekaligus mempererat persaudaraan dengan warga Indonesia yang ada di sana.
Baca juga: Ustaz Dayak Safari Syawal di Sarawak: Menguatkan Dakwah, Merajut Persaudaraan
Saya yang sering dipanggil “Ustaz Dayak” bersyukur karena bisa bertemu langsung dengan banyak saudara sebangsa, bahkan beberapa dosen dari Universitas Airlangga turut hadir dalam upacara bendera 17 Agustus di Kedutaan Besar Republik Indonesia, Bandar Seri Begawan.
Pesan Taat, Setia, dan Bersatu
Dalam berbagai ceramah, ada tiga hal pokok yang selalu saya tekankan: taat kepada pemimpin, menjaga persatuan, dan menumbuhkan kesetiaan. Saya mengaitkannya dengan firman Allah:
-
Taat kepada pemimpin, sebagaimana dalam Surah An-Nisa’ 59:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta ulil amri di antara kamu.” -
Persatuan dan kesatuan, sebagaimana dalam Surah Ali Imran 103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” -
Ketaatan dan kesetiaan, sebagaimana dalam Surah Al-Hujurat 10:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”
Bagi saya, ayat-ayat tersebut selaras dengan semangat kebangsaan Indonesia. Artinya, kita diajak untuk taat kepada pemerintah yang sah, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta membangun hubungan yang harmonis antarwarga.

Diplomasi Dakwah dan Kebangsaan
Selama di Brunei, saya bersama tim disambut hangat oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia. Kami tidak hanya mengikuti upacara bendera 17 Agustus, tetapi juga diundang untuk berdakwah di berbagai tempat: Pusat Dakwah Islamiah Kementerian Hal Ehwal Ugama, Muzium Alat Kebesaran Diraja, Muzium Energy Dermaga Diraja, hingga pusat penyimpanan kiswah dan kelambu makam Rasulullah Saw.
Bahkan, kami mendapat kesempatan menghadiri jamuan makan di rumah salah seorang pangeran Brunei Darussalam.
Sebagai Ketua YKMI, Majelis Taklim Mualaf Kalbar, sekaligus Persatuan Dayak Muslim Indonesia, saya menyampaikan bahwa Tour Dakwah ini bukan hanya misi agama, tetapi juga misi kebangsaan. Dakwah menjadi medium untuk memperkuat hubungan antara Indonesia dan Brunei, sekaligus sarana memperlihatkan wajah Islam yang damai dan menyejukkan.
Harapan yang Saya Bawa
Saya sendiri tengah menempuh studi doktoral di bidang Pendidikan Agama Islam Multikultural di Universitas Islam Malang. Dari latar belakang itu, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk mengajak semua lapisan masyarakat agar menjalankan kehidupan bermasyarakat sesuai ajaran Al-Qur’an.
Harapan saya dari kegiatan ini ada dua:
-
Memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Brunei, baik untuk warga Indonesia di sana maupun bagi masyarakat Brunei secara langsung.
-
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang Islam yang moderat, ramah, dan penuh hikmah.
Bagi saya, merayakan 80 tahun Indonesia merdeka di Brunei Darussalam adalah pengalaman yang sangat berkesan. Saya tidak hanya berdiri di bawah kibaran Sang Merah Putih, tetapi juga membawa pesan penting: ketaatan, kesetiaan, dan persatuan adalah kunci menjaga keutuhan bangsa. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni