Telaah

Taurat, Firaun yang Menolak Kebenaran 

×

Taurat, Firaun yang Menolak Kebenaran 

Sebarkan artikel ini
Apakah isi Kitab Suci Taurat? Bagaimana perjuangan yang dilakukan pendukung Taurat? Bagaimana pula pola-pola yang dilakukan Fir'aun untuk menghadangnya?
Ailustrasi freak.com premium

Apakah isi Kitab Suci Taurat? Bagaimana perjuangan yang dilakukan pendukung Taurat? Bagaimana pula pola-pola yang dilakukan Fir’aun untuk menghadangnya? 

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Taurat digunakan dalam Al-Qur’an sehanyak 18 kali. Yaitu dalam Al-Imran/3:3,48,50,65,93; Al-Maidah/5:43,44,46,66,68; Al-A’raf/7:157; At-Taubah/9:111, Fath/48:29, As-Shaff/61:6 dan Al-Jumu’ah/62:5.

Secara istilahi Taurat berarti Kitab Suci yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Musa alaihissalam. 

Sebagai Kitab Suci, Taurat berisi hukum-hukum Allah Swt. “Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada) hukum Allah …” (Al-Maidah/5:43), yang merupakan petunjuk hidup “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-Nabi yang menyerah diri kepada Allah, …” (Al-Maidah/5:44, Al-An’am/6:91, dan Al-Anbiya/21: 48).

Taurat sekaligus menjadi rahmat bagi manusia “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (Al-Qashas/28:43). 

Ditentang Firaun

Namun hukum-hukum Allah Swt dalam Taurat tersebut—yang mestinya berlaku bagi kaum Musa karena diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui—tidak dijadikan oleh kaum saat itu sebagai pedoman hidup karena dihadang oleh tembok kekuasaan Firaun. 

Ketika Musa memperlihatkan ayat (mukjizat) sebagai tanda kerasulannya (Taha/20:20-21 dan An-Naml/27:10), Fir’aun menuduh Musa sebagai tukang sihir (Al-A’raf/7:109). Karena itulah Fir’aun mengajak Musa untuk bertanding sihir dengan para tukang sihirnya (Al-A’raf/7:110).

Baca Juga:  Akhlak, Khalik, dan Makhluk

Baca jugaQur’an, Penutup dan Penyempurna Kitab Suci

Ternyata para tukang sihir Firaun kalah oleh Musa dengan mukjizatnya. Namun kekalahan itu tidak menjadikan Firaun beriman, malah Firaun menyiksa pengikut dan ingin membunuh Nabi Musa alaihissalam

Adapun para pendukung setia Musa, yang berperang di jalan Allah Swt, membunuh dan dibunuh, Allah Swt telah menukar (membeli) diri dan harta mereka dengan Surga (At-Taubah/9:111). Sayangnya, Taurat yang telah diperjuangkan itu tidak berhasil dipertahankan keasliannya. Tangan-tangan jahil telah mengubahnya. “… padahal segolongan dari mereka telah mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya sedang mereka memahaminya, sedang mereka mengetahuinya.” (Al-Baqarah/2:75 ). 

Hikmah

Terdapat pelajaran yang cukup berharga bagi kita (para pendukung kebenaran) dari kisah penolakan Fir’aun terhadap Taurat. Pertama, bahwa setiap penyampai kebenaran akan selalu mendapat tantangan berat, baik secara fisik maupun non-fisik (psywar).

Secara fisik Musa akan dipermalukan dengan pertarungan sihir secara langsung, meskipun akhirnya Musa dengan mukjizat dari Allah Swt menang dan berbalik mempermalukan Fir’aun (Al-Araf/7:115-117).

Adapun psywar yang dilakukan Fir’aun terhadap Musa adalah dengan menghembuskan isu atau fitnah pada masyarakat luas bahwa Musa adalah tukang sihir, yang ingin berkuasa dengan berbuat kerusakan di muka bumi (Al-Araff/7:127). 

Baca juga: Injil dan Lahirnya Konsep Trinitas

Kedua, bahwa setangguh apapun kekuasaan tirani, tidak akan sanggup menyirnakan kebenaran. Lebih dari itu, kekuasaan tirani itu sendiri akan hancur (Al-Qashas/28:40; Al-Mukmin/40:45-46). Walaupun dengan kekuasaan itu Fir’aun punya keleluasaan untuk menghadang setiap perjuangan kebenaran. Misalnya menyiksa, memenjarakan (As-Syuara/26:29), bahkan membunuh para pendukung kebenaran. 

Baca Juga:  Syarat Dibolehkan Tayamum dan Tata Caranya sesuai Al-Quran dan As-Sunah

Ketiga, bahwa untuk menghantam kebenaran yang dibawa Musa, Fir’aun memakai prinsip-prinsip materialisme sehingga setiap sesuatu yang tidak bisa diindra oleh manusia dianggap tidak ada. Dan berkatalah Firaun: “Hai Haman, buatkalah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya sebagai pendusta …” (Al-Mukmin/40:36-37). (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni