Tagar.co

Home » Injil dan Lahirnya Konsep Trinitas
Apakah isi Kitab Suci Injil? Bagaimana pandangan Injil atas kedatangan Rasul sesudah Nabi Isa? Apa dan bagaimana terjadinya penyimpangan Injil? Mengapa tauhid berubah trinitas? 
Apakah isi Kitab Suci Injil? Bagaimana pandangan Injil atas kedatangan Rasul sesudah Nabi Isa? Apa dan bagaimana terjadinya penyimpangan Injil? Mengapa tauhid berubah trinitas? 
]Ilustrasi freepik.com premium

Apakah isi Kitab Suci Injil? Bagaimana pandangan Injil atas kedatangan Rasul sesudah Nabi Isa? Apa dan bagaimana terjadinya penyimpangan Injil? Mengapa tauhid berubah trinitas?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Kata Injil digunakan sebanyak 12 kali dalam Al-Qur’an. Yaitu dalam Al-Imran/3:3,48,65: Al-Maidah/5:46,47,66,58,110; Al-A’raf/7:157; At-Taubah/9:111, Al-Fath/48:29 dan Al-Hadiid/57:27. Injil adalah nama Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Isa alaihissalam (Al-Maidah/5:110). 

Injil datang membenarkan kitab sebelumnya (Al-Maidah/5:46), sebagai petunjuk hidup (Al-Imran/3:3) yang diajarkan kepada Bani Israil (Al-Imran/3:48).Kitab Injil juga memuat berita gembira tentang akan datangnya seorang nabi yang bernama Ahmad/Muhammad (As-Shaf/61:6) lengkap beserta ciri-cirinya (Al-A’raf/7:157). 

Sebagaimana Rasul yang lainnya, Nabi Isa menyeru umatnya agar hanya mengabdi kepada Allah Swt (Al-Maidah/5:117) “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang engkau perintahkan kepadaku yaitu mengabdilah kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian …” 

Baca juga: Qur’an, Penutup dan Penyempurna Kitab Suci

Dalam upayanya menegakkan kalimat tauhid, Nabi Isa tidak sendirian. Dia mempunyai pengikut-pengikut setia yang rela menjadi penolong-penolong agama Allah Swt. Al Qur’an menyebut mereka Hawariyin (As-Shaff/61:14). Dan sudah menjadi janji Allah Swt bahwa harta dan jiwa para pendukung kebenaran itu—mereka yang berjuang di jalan Allah, membunuh dan terbunuh—telah dibeli oleh Allah Swt dengan surga (Al-Maidah/5:15-16). 

Sementara mereka yang tidak menegakkan Injil pada saat itu tidak bisa dikatakan beragama (Al-Maidah/5:68), bahkan secara eksplisit dikatakan bahwa siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum Allah Swt, mereka termasuk orang-orang fasik. 

Injil Sekarang

Injil yang sekarang beredar, sayangnya, sudah tidak murni lagi, karena sebagian kebenaran yang ada di dalamnya disembunyikan dan ditelantarkan (Al-Maidah/5:15-16). Salah satu bukti fundamental tentang itu adalah perubahan konsep tauhid menjadi trinitas atau tritunggal.

Menurut catatan sejarah, konsep itu lahir dari beberapa pertemuan yang diadakan. Di antaranya Konsili di Nicea tahun 325 Masehi, yang menghasilkan keputusan bahwa Yesus sewujud dengan Tuhan Bapa. Sedangkan pada tahun 381 bertempat di Konstantinopel diputuskan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Roh Kudus adalah salah satu oknum Tuhan. 

Baca jugaBerbagai Arti Kitab dalam Al-Quran

Walaupun dalam Bibel (Kisah Rasul 9:20) dikatakan “… Yesus adalah anak Allah,” tetapi konsep tritunggaI masih menjadi pertentangan yang cukup tajam. Van Nifrik dan B.J. Bolland dalam bukunya Dogmatika Masa Kini (h:114) menulis, “Pertanyaan yang pertama dan menentukan ialah siapakah Yesus Kristus itu? Untuk menjawab pertanyaan itu dan menentang pelbagai ajaran sesat di sekitar pertanyaan itu, akhirnya gereja Kristen terpaksa memutuskan dogma tentang tritunggal.”

Konsep tritunggal, sama sekali bertentangan dengan seruan tauhid seluruh rasul, termasuk Nabi Isa sendiri. Nabi Isa tidak pernah mengatakan bahwa dia dan ibunya (Maryam) adalah dua Tuhan selain Allah (Al-Maidah/5:116).

Dia hanyalah seorang rasul (Az-Zuhruf/ 43:59) yang biasa memakan makanan (Al-Maidah/5:75). Secara tegas Al-Qur’an mengatakan bahwa siapa yang mengatakan “Allah Al-Masih putra Maryam”; “Allah salah satu dari yang tiga”; atau “Al Masih itu putra Allah”, mereka itu adalah orang kafir (Al-Maidah/5: 17,72,73; At-Taubah/9:30). 

Mengingat perubahan yang terjadi di dalam Al-Kitab—yang memuat Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru—cukup prinsip, maka lebih tepatnya tidak kita sebut sebagai Al-Kitab, melainkan Bibel. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *