OpiniUtama

Rawon Jakarta Diborong 12 Parpol, Anies Kehabisan Jatah

×

Rawon Jakarta Diborong 12 Parpol, Anies Kehabisan Jatah

Sebarkan artikel ini
Para elite 12 parpol pengusung Ridwan Kamil-Suswono dalam deklarasi di Hotel Sultan Jakarta, Senin (19/8/2024) sore. (Foto Kompas.com)

Rawon Jakarta menjadi trending topic pertama Indonesia di X, Senin (19/8/2024) sore, saat pasangan Ridwan Kamil-Suswono alias Rawon dideklarasikan oleh 12 parpol. Anies Baswedan pun kehabisan tiket. 

Tagar.co – Kompak memakai kemeja warna putih dan celana warna krem, Ridwan Kamil dan Suswono diapit oleh para petinggi partai. Ada Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Sekjen PKS Habib Aboe Bakar Al-Habsyi, Sekjen Nasdem Hermawi Taslim, dan Sekjen PKB Hasanuddin Wahid. 

Tampak pula Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, Sekjen Golkar Lodewijk F Paulus, Sekjen Demokrat Teuku Riefky Harsya, Sekjen PAN Eddy Soeparno, Sekjen PPP Arwani Thomafi, anggota Dewan Pembina PSI Isyana Bagoes Oka, Waketum Perindo Michael Sianipar, dan Waketum Gelora Fahri Hamzah.

Di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (19/8/2024) sore 12 partai politik (parpol) sedang mendeklarasikan Ridwan Kamil (kader Golkar, mantan Gubernur Jawa Barat) dan Suswono (kader PKS dan mantan Menteri Pertanian), sebagai pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2024-2029.

Baca juga: Jelang Lengser Presiden Jokowi Rombak Kabinet yang Ke-13 Kali

Partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM)—yang pada Pemilu Presiden 14 Februari 2024 lalu mengusung Prabowo Subianto dan Gribran Rakabuming Raka—kali ini bersatu mengusung Rawon—akronim Ridwan-Suswono yang beredar—untuk Pilkada Jakarta 2024. 

Mereka adalah Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, PSI, dan Gelora. Koalisi ini berubah menjadi KIM plus karena ikut bergabung kemudian Nasdem, PKB, PKS, PPP, Perindo, dan Garuda. Dengan 12 anggota koalisi ini bisa disebut jika tiket Pilkada Jakarta 2024 tekah diborong habis oleh KIM plus. Hanya tersisa PDI Perjuangan yang tidak ikut bergabung. Jika tanpa kawan koalisi maka PDI Perjuangan tak berdaya mengajukan calon.

Walhasil, bergabungnya PKS, Nasdem, dan PKB, ke dalam KIM plus membuat Anies Baswedan kehabisan tiket alias karcis. Padahal sejak awal, ketiga partai tersebut berniat mengusung Anies. Bahkan PKS telah gembar-gembor untuk memasangkan kadernya Mohamad Sohibul Iman dengan Anies sehingga lahir akronim Aman, berasal dari Anis-Iman.

Parpol ibarat Misteri Tuhan

Tapi, seperti sebuah misteri Tuhan, peta jalan parpol di Indonesia sulit ditebak. Orang bilang esuk dele sore tempe. Pagi kedelai sore jadi tempe. Arah dan dukungan parpol tidak bisa dipegang atau dipercaya.

Maka muncul kekhawatiran para aktivis demokrasi akan terjadinya pilkada dengan ‘kontestan’ kotak kosong melawan Ridwan Kamil. Namun, tiba-tiba terdengar berita bahwa KPUD DKI Jakarta mengabarkan bila pasangan Dharma Pongrekun dan Kun Wardana memenuhi syarat dukungan dan bisa mendaftar di Pilkada Jakarta lewat jalur independen.

Baca juga: Istana Merdeka Tidak Bau Kolonial

Maka logika masyarakat langsung mengatakan bila Dharma-Kun ini pasangan ‘boneka’ yang sengaja dimuluskan oleh ‘pihak-pihak tertentu‘ untuk menjadi ‘lawan tanding’ Ridwan Kamil dan pasangannya. Sebab ada asumsi yang mengatakan bila melawan kotak kosong, Ridwan bisa kalah.

Dugaan itu menemukan alasannya karena banyak warga Jakarta yang mengaku namanya dicatut sebagai tambahan syarat dukungan calon independen. 

Mengintakan Mayoritas Tunggal Zaman Soeharto

Yang perlu dicatat, dalam deklarasi Rawon sore itu, Fahri Hamzah mengatakan sebenarnya Jakarta tidak memerlukan pilkada. “Harusnya kita bisa aklamasi untuk memilih pasangan Pak RK (Ridwan Kamil) dan Pak Suswono dalam Pilkada yang akan datang,” katanya.

Ini lucu bin ajaib, karena mengingatkan kembali pada sistem politik mayoritas tunggal Orde Baru yang dulu dia tentang. Selucu Gelora yang bisa sekapal dengan PKS (lagi).

Lebih lucu lagi, baru kali ini kandidat yang punya elektabilitas tertinggi tidak laku di mata parpol. Litbang Kompas, pada survei pada 15-20 Juni 2024, peringkat elektabilitas tertinggi jatuh kepada Anies dengan raihan 39 persen.

Baca jugaJika Ingin Husnul Khatimah Presiden Jokowi Harus Batalkan PP No. 28/2024

Sedangkan tempat kedua diduduki Ahok dengan persentase elektabilitas 34,5 persen. Adapun Ridwan berada di posisi ketiga dengan mendapatkan persentase elektabilitas 24 persen.

Apa artinya? Artinya aspirasi rakyat berhasil dikangkangi oleh para elite politik. Bagi logika ‘politik mayoritas tunggal’ apa artinya elektabilitas tinggi bila tidak bisa nyalon. Maka mengusung Rawon sebagai calon ‘tunggal’, setidaknya hanya melawan boneka, adalah pilihan paling aman. Tak perlu lagi bicara cita-cita dan idealisme demokrasi. Sebab bagi-bagi kue kekuasaan sudah nyata di depan mata.

Eh … tapi jangan salah, rawon adalah makanan khas Jawa Timur, jadi bukan konsumsi untuk Jakarta. Hati-hati bila sudah serakah atau rakus! Bisa jadi sang boneka malah jadi pelampiasan warga Jakarta. (#)

Mohammad Nurfatoni


Baca Juga:  Ismail Haniyeh, Hamas Tak Pernah Mati walau Pemimpinnya Mati