Pelajaran PJOK ternyata paling disukai siswa dibandingkan lainnya. Namun ada tiga stigma negatif yang harus dihapus oleh gurunya.
Oleh Bening Satria Prawita Diharja, Guru Olahraga SMP Muhammadiyah 1 Gresik
Tagar.co – Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) ternyata pelajaran yang paling disuka oleh siswa. Menurut penelitian MarkPlus yang dilansir katadata.co.id, pelajaran itu disuka 31,4% responden.
Pelajaran Bahasa Inggris sebanyak 26% dan pelajaran Bahasa Indonesia 24,9%. Ini membuktikan, PJOK memiliki peran dalam pembentukan manusia seutuhnya yang tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, juga pada perkembangan mental, intelektual, emosional, dan sosial individu.
Meskipun menjadi pelajaran favorit di sekolah, di masyarakat ada stigma negatif tentang guru PJOK. Mulai dari indisipliner, mengajar asal-asalan tidak sesuai kurikulum, guru PJOK tidak bisa diajak kerja sama hingga ketika mengajar membiarkan siswa berolahraga sedangkan gurunya duduk-duduk di pinggir lapangan mengisap rokok sambil menyeruput secangkir kopi.
Stigma negatif ini dapat berdampak pada sejumlah aspek penting dalam pembelajaran PJOK. Pertama, ketika mata pelajaran ini tidak dianggap serius, dapat menurunkan motivasi siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran PJOK.
Kedua, stigma ini juga dapat memengaruhi persepsi siswa terhadap pentingnya gaya hidup sehat dan aktivitas fisik dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Ketiga, ketika PJOK dipandang sebelah mata oleh siswa, orang tua, rekan sejawat di sekolah, hal ini dapat menghambat upaya guru PJOK memberikan pembelajaran yang bermutu dan relevan bagi siswa.
Baca Juga Sportivitas Olahraga dan Kehidupan Nyata
Karena itu dibutuhkan usaha keras untuk mengikis stigma tersebut. Guru PJOK perlu meningkatkan kualitas pembelajaran PJOK di tengah semakin kompleksnya perkembangan teknologi dan perubahan gaya hidup siswa.
Hal ini menuntut profesionalisme guru yang tinggi agar mampu mengimplementasikan metode pengajaran yang holistik dan inklusif.
Etika
Pembelajaran pada pendidikan jasmani tidak bisa disamakan dengan pembelajaran di dalam kelas. Artinya, PJOK memerlukan keterampilan dan kemampuan khusus dalam aktivitasnya.
Salah satu faktor yang dapat memainkan peran kunci dalam mengatasi stigma ini adalah praktik profesional guru PJOK dan kualitas pembelajaran yang mereka tawarkan.
Baca Juga Bersepeda: Bukan Hanya Sehat, tapi Juga Filosofis
Praktik profesional guru tidak hanya mencakup kemampuan teknis dalam mengajar dan mendidik, tetapi juga melibatkan aspek etika, komunikasi, motivasi, dan pemberdayaan siswa.
Seperti diungkapkan oleh pakar pendidikan Swiss, Jean Piaget, guru merupakan aset utama dalam pendidikan yang memegang peran penting baik dalam sisi perencanaan, pelaksanaan, serta pengembangan kurikulum.
Sejak penerapan Kurikulum Merdeka pada tahun 2021 hingga sekarang, pelajaran PJOK telah bertransformasi dengan menyentuh aspek pembangunan karakter pada individu siswa.
TREE Principles
Pentingnya penerapan The TREE Principles. Meliputi Teaching style, Rules and regulations, Environment, dan Equipment. Prinsip ini menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PJOK.
Teaching style merupakan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yang meliputi prinsip umum pedoman pendidikan serta teknik manajemen. Gaya mengajar bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menerima materi, mengatasi kebosanan, dan meningkatkan minat belajar.
Fleksibilitas dalam gaya mengajar sangat penting dipraktikkan pada era sekarang. Tak berlakunya lagi gaya otoriter guru PJOK yang keras dan killer menunjukkan pendidikan semakin dinamis di setiap lini.
Untuk mengatasi permasalahan etika dan penanaman pendidikan karakter siswa, guru PJOK perlu modifikasi aturan dan beradaptasi terhadap lingkungan serta kreativitas dalam pengadaan peralatan merupakan strategi penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan bermakna bagi semua siswa.
Di masa sekarang guru PJOK dimudahkan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Tercatat beberapa guru PJOK yang bergerak berkreativitas dalam dunia pendidikan melalui jalur yang sesuai passion yang dimiliki.
Seperti guru PJOK menjadi konten kreator. Produksi konten merupakan pengetahuan baru ilmu olahraga mulai cara bergerak dan modifikasi kegiatan pembelajaran yang menarik minat siswa mengikuti olahraga.
Kemudian guru PJOK yang juga pelatih olahraga seperti sepakbola, futsal, basket, voli, badminton, tenis meja dan lainnya bisa menanamkan karakter positif ketika melatih siswa.
Baca Juga Kabinet Jumbo dan Harga Kemubaziran
Guru PJOK yang menjadi wasit olahraga apa pun bisa mencerminkan sikap terpuji untuk menunjukkan bahwa kredibilitas dan personal branding yang positif.
Ada juga guru PJOK yang berkecimpung di dunia literasi mencurahkan segala ide dan pemikiran tentang pembelajaran olahraga melalui buku pelajaran PJOK. Dalam buku pelajaran tersebut memuat ilmu pengetahuan baru tentang olahraga.
Semoga kebijakan baru kementerian pendidikan Kabinet Presiden Prabowo Subianto membawa angin segar dan keberpihakan bagi guru terutama guru PJOK.
Peningkatan profesionalitas guru seyogyanya diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa, namun apa jadinya bangsa Indonesia tanpa jasa seorang guru.
Penyunting Sugeng Purwanto