Feature

Gelar Jaran Bodhag, Cara TK Aisyiyah Lestarikan Budaya Lokal

×

Gelar Jaran Bodhag, Cara TK Aisyiyah Lestarikan Budaya Lokal

Sebarkan artikel ini
Siswa TK Aisyiyah 1 Kota Probolinggo sedang menari Jaran Bodhag (Tagar.co/Nurman Ramadhan)

Jaran Bodhag adalah warisan budaya lokal Kota Probolinggo. Siswa TK Aisyiyah 1 berusaha melestarikannya dalam gelar kreasi dan karya P5 bertema tema ‘Probolinggo Tempo Doeloe’.

Tagar.co – Di Kota Probolinggo, pada Kamis yang cerah, 19 September 2024, sebuah acara yang sangat dinanti-nantikan oleh anak-anak TK Aisyiyah I alias Aisyiyah Bustanul Athfal 1, akhirnya tiba. Hari itu, sekolah menggelar gelar kreasi dan karya dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Mengusung tema ‘Probolinggo Tempo Doeloe’, perayaan ini mengangkat kekayaan budaya lokal.

Matahari belum lama menyapa, namun antusiasme sudah menguar dari gerbang sekolah. Anak-anak datang satu per satu, mengenakan pakaian serba hitam, siap untuk menjelma menjadi bagian dari sejarah budaya mereka. Kemudian mereka bergegas ke kelas, menghias diri dengan aksesoris Jaran Bodhag, kuda tiruan yang menjadi simbol dari kesenian tradisional Probolinggo.

Tari Jaran Bodhag adalah warisan budaya lokal Kota Probolinggo. Siswa TK Aisyiyah 1 berusaha melestarikannya dalam gelar kreasi dan karya P5 bertema tema 'Probolinggo Tempo Doeloe'.
Foto bersama gelar kreasi dan karya P5, Kamis (19/9/2024) (Tagar.co/Nurman Ramadhan)

Acara Seremonial

Pukul 07.30 pagi, suasana menjadi lebih meriah. Amalia Nofri Budiarjo, S.Pd, membuka acara di hadapan tamu undangan yang terhormat, termasuk komite TK, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Probolinggo, Majelis PAUD Dasmen Kota Probolinggo, Pengawas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo, beserta wali murid.

Surat Al-Humazah dibacakan dengan khidmat oleh Radeya Almathor Eka Wibowo, diikuti terjemahannya oleh Keanna Trisha Adhisty, menambah suasana spiritual di pagi itu.

Baca juga: Rihlah Penuh Makna di Kota Legenda Muhammadiyah

Dra. Endang Dewi Fathimah, Ketua PDA Kota Probolinggo, menyampaikan pesan pentingnya memupuk cinta Tanah Air sejak usia dini melalui pelestarian budaya. Kolaborasi yang harmonis antara wali murid, guru, dan tenaga kependidikan mendapatkan apresiasi tinggi, menunjukkan kekompakan dan komitmen mereka dalam mendidik generasi.

Adapun Sukarmi, S.Pd., Pengawas PAUD Kecamatan Mayangan, mengungkapkan rasa kebanggaan  terhadap anak-anak karena telah  menghasilkan karya yang bagus serta ditampilkan melalui pegelaran. ”Teruslah berkarya untuk generasi bangsa,’ katanya.

Parade menyusuri Jalan K.H. Mansyur Kota Probolinggo (Tagar.co/Nurman Ramadhan)

Tari Jaran Bodhag, Menari dengan Jiwa

Tari Jaran Bodhag menjadi puncak kegembiraan. Jaran Bodhag biasanya ditampilkan jika ada acara pernikahan, hajatan atau acara pemerintah kota. Tarian ini diiringi dengan musik tradisional gamelan yang terdiri dari kenong telo, gong, kendang, tambur, saron, dan sronen.

Kesenian pertunjukan tradisional asli Probolinggo ini merupakan turunan dari Jaran Kencak. Biasanya menggunakan kuda tiruan dari bahan rotan, kayu, tudung nasi, dan kayu yang menyerupai kuda. 

Namun, peserta didik TK Aisyiyah I membuat Jaran Bodhag menggunakan bahan kardus. Hal ini sebagai pemanfaatan bahan bekas menjadi karya yang indah dan bernilai. 

Baca jugaMengobarkan Semangat Kepahlawanan dari Tari Glipang

Anak-anak, setelah berlatih selama tiga pekan, dengan penuh semangat memamerkan kebolehan mereka. Parade pertama menyusuri Jalan K.H. Mansyur, membuat jalanan kota berwarna dengan kuda-kuda buatan dari kardus, mengundang decak kagum dan senyum dari warga yang menonton.

Dalam acara inti, setelah upacara, tarian kembali dipentaskan. Ada tiga guru sebagai pemandu tari, yakni Wike Widiawati, S.Pd.; Titien Handayani, S.Pd.; dan Dwi Febria Wulandari, S.Pd.

Diiringi gamelan, anak-anak bergerak lincah. Tepuk tangan riuh dari para tamu menambah semangat mereka. Acara ini bahkan disiarkan langsung via Instagram, memungkinkan semua orang tua untuk ikut menikmati kebanggaan atas prestasi anak-anak mereka.

Stan bazar traditional (Tagar.co/Nurman Ramadhan)

Bazar Tradisional, Merawat Jiwa Wirausaha

Kemeriahan tidak berhenti di situ. Sebuah bazar tradisional digelar, menawarkan berbagai makanan dan minuman khas. Seperti onde-onde, cenil, hingga dawet. Anak-anak, dengan antusias, belajar bertransaksi, memilih jajanan favorit mereka, menumbuhkan jiwa kewirausahaan sejak dini.

Hari itu menjadi kenangan indah, bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga bagi seluruh komunitas TK Aisyiyah I. Konsep yang berbeda dan menarik ini berhasil menangkap esensi dari budaya Probolinggo, menjadikannya sebuah pengalaman yang tak hanya mendidik tetapi juga menginspirasi. (#)

Jurnalis Wike Widiawati Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Lewat TikTok, Mahasiswa KKN Kenalkan Abon Ikan Tongkol Warga Desa