Telaah

Sabar dalam Suka dan Duka

×

Sabar dalam Suka dan Duka

Sebarkan artikel ini
Sabar, maknanya apa? Terhadap apa kita harus bersabar? Apa maksudnya sabar dalam suka dan duka? Apa keistimewaan yang bakal diterima orang yang bersabar? Identikkah sabar dengan sikap nrimo? 
Ilustrasi freepik.com

Sabar, maknanya apa? Terhadap apa kita harus bersabar? Apa maksudnya sabar dalam suka dan duka? Apa keistimewaan yang bakal diterima orang yang bersabar? Identikkah sabar dengan sikap nrimo

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Sabar berarti menahan diri. Kata sabar disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 21 kali, beberapa di antaranya: Asy-Syuara/42:43; Al-Ahqaf/46:35; Ibrahim 14:21; dan lain-lain.

Sedangkan bentuk kata kerja-perintahnya (isbir/isbiru) sebanyak 25 kali, beberapa di antaranya: Yunus/10:109; Hud/11:49; An-Nah1/16:127; Ali Imran/3:200; dan lain-lain. 

Baca juga: Akhlak, Khalik, dan Makhluk

Allah mengaitkan kesabaran terhadap berbagai sisi kehidupan, baik yang disukai maupun yang tidak disukai manusia, sebagaimana ayat-ayat berikut ini: 

1. Sabar terhadap cobaan hidup. “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit katakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah/2:155) 

2. Sabar terhadap dorongan seksual. “(Dibolehkan mengawini budak) itu bagi orang-orang yang takut kepada kesulitan menjaga diri (dari perbuatan zina) diantaramu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nisa’/4:25) 

3. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. “Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, yang bersabar, dan bertawakkal kepadaNya.” (Al-Ankabut/25:58-59) 

Baca jugaJihad yang Relevan setelah Perang Melawan Penjajah

Baca Juga:  Firaun, Simbol Penguasa Sewenang-wenang

4. Sabar dalam berdakwah. “Dan sesungguhnya telah didustakan rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan kami kepada mereka” (Al-An’am/6:34) 

5. Sabar dalam peperangan. “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran/3:200; baca juga Al-Anfal/8:45-47, 65-66, Ali Imran/3:142-146; dan Al-Baqarah/2:249-251) 

Secara garis besar, Ibnu Abbas mengelompokkan sabar dalam tiga hal, yaitu: sabar dalam menunaikan kewajiban, sabar dalam menjauhi larangan Allah, dan sabar dalam menerima musibah (Said Hawwa, Induk Pensucian Diri, h.973). 

Keistimewaan Sabar

Keistimewaan orang-orang yang sabar di antaranya: Allah mencintai mereka (Ali Imran/3:146); Allah bersama mereka (Al-Baqarah/2:153); mendapat pahala yang lebih baik dari apa yang dilakukannya (An-Nahl/16:96); dijanjikan pertolongan (Ali Imran/3:125); dilindungi dari tipu daya musuh (Ali Imran/3:120); dan layak mendapatkan surga (Ali Imran/3:I2). 

Sabar adalah ketegaran jiwa seseorang dalam menghadapi kehidupan ini untuk senantiasa berada (sesuai) dengan syariat Allah. Setiap kejadian akan dihadapi dengan tenang dan penuh pertimbangan. Sikap sabar tersebut, tentu saja, tidak identik dengan sikap nrimo sebab dalam sikap nrimo terkandung unsur-unsur yang bisa menjatuhkan diri pada tindakan putus asa. 

Baca jugaUmat, Bukan Hanya untuk Menyebut Manusia dan Kaum Beriman

Peristiwa berikut mungkin bisa memperjelas pengertian sabar, kaitannya dengan tindak putus asa. Ketika Rasulullah Saw melihat seorang perempuan menangis (karena kematian putranya), Rasulullah Saw menasihati agar bertakwa kepada Allah dan bersabar.

Baca Juga:  Nisa, Wanita yang Bagaimana?

Perempuan tersebut menjawab: “Engkau tidak merasakan beratnya penderitaanku menghadapi musibah ini.” Setelah perempuan itu mengerti bahwa yang memberi nasihat itu Rasulullah Saw, dia datang menghadap Rasulullah Saw dan berkata: “Aku belum mengenalmu wahai Rasulullah.” 

Rasulullah Saw menjawab: “Sesungguhnya sabar itu pada penderitaan yang pertama, ‘nikmatilah’ tetapi jangan berputus asa, bersabarlah!” (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni