Kali Pertama Ikut Lomba, Langsung Raih Dua Penghargaan

0
Najwa Fauzus Sa’aadah tak pernah menyangka, even lomba pertamanya dalam Sendangagung Batik Fashion 2024 berbuah manis. Gaun rancangan ibu satu anak alumnus Ponpes Al Ishlah itu berhasil menyabet juara. Tagar.co – Sendangagung Batik Fashion (SBF) yang digelar Pemdes Sendangagung, Paciran, Lamongan, itu masih menyisakan kesan mendalam bagi Najwa Fauzus Sa’aadah. Dua gaun hasil rancangan alumnus Ponpes Al Ishlah tahun 2014 tersebut berhasil meraih juara. Ibu satu anak asli Sendangagung itu tak menyangka, SBF yang dihadiri Camat Paciran H. Sami’an MM, anggota DPRD Lamongan, dan juga Bupati Dr H Yuhronur Efendi, itu menjadi even pertamanya yang berbuah manis. Gaun-gaun hasil rancangan Faza—panggilan Najwa Fauzus Sa’aadah—berhasil menjadi juara II dan harapan II pada ajang yang berlangsung di Watungkal Edupark Sendangagung (WES) Kamis-Sabtu (18-20/7/2024). Para penonton yang hadir tidak hanya dari Sendangagung, juga dari tetangga desa  seperti Kecamatan Paciran dan Solokuro. Lomba Fashion SBF tingkat SMA berlangsung pada Jumat (19/7/24) malam. Untuk kategori umum sekaligus launching motif batik baru berlangsung pada Sabtu (20/7/24). Partisipan acara tersebut beragam, mulai dari Lamongan, Bojonegoro, hingga Surabaya. Bagi Faza, even SBF menjadi pengalaman lomba pertamanya mendesain baju. Dia bersyukur dapat meraih dua gelar, yakni juara kedua dan harapan II. Baginya, hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. “Karena saingannya berasal dari berbagai daerah,” tutur lulusan D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut. Baca juga: Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM Utusan Desa Pada lomba Fashion Show tingkat SMA, gaun rancangan Faza dibawakan Yuk Lamongan Stephaney Dewantari berhasil meraih juara II se-Kabupaten Lamongan. Busana pertama yang dibuatnya itu atas nama utusan desa untuk mengikuti acara launching motif batik baru Sendangagung. Ada tiga motif yang  di-launching seperti motif batik Rahayuning, Rontal, hingga Sego Langgi. “Busana yang saya buat ini menggunakan kain batik motif Rontal,” ungkapnya. Menurut filosofinya, Rontal diambil dari bahasa jawa  “ron” yang berati daun, dan “tal” dari kata ental atau siwalan, sesuai dengan kegunaan daun ental yang multifungsi. “Harapannya, batik tidak hanya difungsikan sebagai sarung atau jarik (kain dengan motif aneka batik), tapi bisa dimodifikasi menjadi gamis, mukena, aksesoris, gaun pengantin, serta aneka macam kerajinan tangan dan lain lain,” paparnya. Pada dasarnya daun siwalan berbentuk seperti kipas. “Selain daun siwalan, juga mengusung ikon Lamongan lainnya seperti ikan bandeng dan lele dengan inovasi terbaru,” jelas putri pasangan Sukaryudi (almarhum) dan Linsiana tersebut. Gaun rancangan Faza ditampilkan dengan siluet mermaid dengan dominasi kain batik, duches, dan tulle bridal. Busana juga dihiasi rangkaian payet secara menyeluruh. Pada bagain dada dihiasi payet rantai secara menjalar sampai belakang sebagai center of interest. “Sehingga busana yang saya buat ini tampak kelihatan mewah dan elegan,” jelasnya. Menurut desain batiknya, Rontal memberi pesan tersirat agar generasi muda dapat menjaga alam, budaya, dan melestarikan batik. “Untuk durasi pengerjaan membuat busana ini membutuhkan waktu sekitar 6 hari,” paparnya. Bermanfaat bagi Sesama Faza kemudian menceritakan gaun rancangannya kedua, yang dikenakan model Hamidatul Istiqomah Mustahad. Busana tersebut menggunakan kain motif Batik Khas Lamongan (BKL)—motif ini biasa digunakan untuk jarit pada busana wanita. “Tapi untuk kali ini saya bikin dalam bentuk gaun,” ujarnya. Durasi pengerjaan busana yang sangat singkat, yakni hanya dalam waktu tiga hari sebelum hari H, sehingga membuatnya harus memutar otak. “Saya berpikir, bagaimana caranya agar busana ini pengerjaanya tidak menghabiskan waktu yang lama, tapi nanti hasilnya tetap menarik,” terangnya. Dia kemudian menemukan inspirasi desain yang sesuai, tapi membutuhkan bahan yang tidak sedikit. Busana tersebut dibuat menggunakan siluet mermaid yang didominasi kain batik dan kain maxmara silk. Pada bagian badan depan busana dihiasi sedikit rangkaian payet agar menambah nilai glamour. Sedangkan pada lengannya dibuat dalam desain ruffle sebagai center of interest. “Sehingga desain busana yang saya buat tampak simpel, tapi tetap terlihat menarik dan glamour,” kata ibu dari Shezan Syazwina Eleanor tersebut. Faza yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit ini  merasa bersyukur diterima di Jurusan Tata Busana Unesa Surabaya, karena pasca lulus kuliah langsung bisa mengamalkan ilmu dan bisa cari uang sendiri. Menjadi penjahit bisa menciptakan lapangan kerja, walau sekarang baru punya dua asisten,” jelas istri Afkarul Azka yang juga asli Sendangagung itu. Faza juga berharap dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan desa Sendangagung, yang menurutnya tiap hari semakin bersinar. “Tidak hanya di tingkat  Kabupaten Lamongan tapi juga tingkat provinsi,” kata perempuan dengan prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama tersebut. (#) Jurnalis Sri Asian Penyunting Darul Setiawan.

Najwa Fauzus Sa'adah diapit kedua model yang mengenakan gaun rancangannya, yaitu Stepaney Dewantari dan Hamidatul Istiqomah. (Tagar.co/Istimewa)

Najwa Fauzus Sa’aadah tak pernah menyangka, even lomba pertamanya dalam Sendangagung Batik Fashion 2024 berbuah manis. Gaun rancangan ibu satu anak alumnus Ponpes Al Ishlah itu berhasil menyabet juara. Tagar.co – Sendangagung Batik Fashion (SBF) yang digelar Pemdes Sendangagung, Paciran, Lamongan, itu masih menyisakan kesan mendalam bagi Najwa Fauzus Sa’aadah. Dua gaun hasil rancangan alumnus Ponpes Al Ishlah tahun 2014 tersebut berhasil meraih juara. Ibu satu anak asli Sendangagung itu tak menyangka, SBF yang dihadiri Camat Paciran H. Sami’an MM, anggota DPRD Lamongan, dan juga Bupati Dr H Yuhronur Efendi, itu menjadi even pertamanya yang berbuah manis. Gaun-gaun hasil rancangan Faza—panggilan Najwa Fauzus Sa’aadah—berhasil menjadi juara II dan harapan II pada ajang yang berlangsung di Watungkal Edupark Sendangagung (WES) Kamis-Sabtu (18-20/7/2024). Para penonton yang hadir tidak hanya dari Sendangagung, juga dari tetangga desa  seperti Kecamatan Paciran dan Solokuro. Lomba Fashion SBF tingkat SMA berlangsung pada Jumat (19/7/24) malam. Untuk kategori umum sekaligus launching motif batik baru berlangsung pada Sabtu (20/7/24). Partisipan acara tersebut beragam, mulai dari Lamongan, Bojonegoro, hingga Surabaya. Bagi Faza, even SBF menjadi pengalaman lomba pertamanya mendesain baju. Dia bersyukur dapat meraih dua gelar, yakni juara kedua dan harapan II. Baginya, hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. “Karena saingannya berasal dari berbagai daerah,” tutur lulusan D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut. Baca juga: Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM Utusan Desa Pada lomba Fashion Show tingkat SMA, gaun rancangan Faza dibawakan Yuk Lamongan Stephaney Dewantari berhasil meraih juara II se-Kabupaten Lamongan. Busana pertama yang dibuatnya itu atas nama utusan desa untuk mengikuti acara launching motif batik baru Sendangagung. Ada tiga motif yang  di-launching seperti motif batik Rahayuning, Rontal, hingga Sego Langgi. “Busana yang saya buat ini menggunakan kain batik motif Rontal,” ungkapnya. Menurut filosofinya, Rontal diambil dari bahasa jawa  “ron” yang berati daun, dan “tal” dari kata ental atau siwalan, sesuai dengan kegunaan daun ental yang multifungsi. “Harapannya, batik tidak hanya difungsikan sebagai sarung atau jarik (kain dengan motif aneka batik), tapi bisa dimodifikasi menjadi gamis, mukena, aksesoris, gaun pengantin, serta aneka macam kerajinan tangan dan lain lain,” paparnya. Pada dasarnya daun siwalan berbentuk seperti kipas. “Selain daun siwalan, juga mengusung ikon Lamongan lainnya seperti ikan bandeng dan lele dengan inovasi terbaru,” jelas putri pasangan Sukaryudi (almarhum) dan Linsiana tersebut. Gaun rancangan Faza ditampilkan dengan siluet mermaid dengan dominasi kain batik, duches, dan tulle bridal. Busana juga dihiasi rangkaian payet secara menyeluruh. Pada bagain dada dihiasi payet rantai secara menjalar sampai belakang sebagai center of interest. “Sehingga busana yang saya buat ini tampak kelihatan mewah dan elegan,” jelasnya. Menurut desain batiknya, Rontal memberi pesan tersirat agar generasi muda dapat menjaga alam, budaya, dan melestarikan batik. “Untuk durasi pengerjaan membuat busana ini membutuhkan waktu sekitar 6 hari,” paparnya. Bermanfaat bagi Sesama Faza kemudian menceritakan gaun rancangannya kedua, yang dikenakan model Hamidatul Istiqomah Mustahad. Busana tersebut menggunakan kain motif Batik Khas Lamongan (BKL)—motif ini biasa digunakan untuk jarit pada busana wanita. “Tapi untuk kali ini saya bikin dalam bentuk gaun,” ujarnya. Durasi pengerjaan busana yang sangat singkat, yakni hanya dalam waktu tiga hari sebelum hari H, sehingga membuatnya harus memutar otak. “Saya berpikir, bagaimana caranya agar busana ini pengerjaanya tidak menghabiskan waktu yang lama, tapi nanti hasilnya tetap menarik,” terangnya. Dia kemudian menemukan inspirasi desain yang sesuai, tapi membutuhkan bahan yang tidak sedikit. Busana tersebut dibuat menggunakan siluet mermaid yang didominasi kain batik dan kain maxmara silk. Pada bagian badan depan busana dihiasi sedikit rangkaian payet agar menambah nilai glamour. Sedangkan pada lengannya dibuat dalam desain ruffle sebagai center of interest. “Sehingga desain busana yang saya buat tampak simpel, tapi tetap terlihat menarik dan glamour,” kata ibu dari Shezan Syazwina Eleanor tersebut. Faza yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit ini  merasa bersyukur diterima di Jurusan Tata Busana Unesa Surabaya, karena pasca lulus kuliah langsung bisa mengamalkan ilmu dan bisa cari uang sendiri. Menjadi penjahit bisa menciptakan lapangan kerja, walau sekarang baru punya dua asisten,” jelas istri Afkarul Azka yang juga asli Sendangagung itu. Faza juga berharap dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan desa Sendangagung, yang menurutnya tiap hari semakin bersinar. “Tidak hanya di tingkat  Kabupaten Lamongan tapi juga tingkat provinsi,” kata perempuan dengan prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama tersebut. (#) Jurnalis Sri Asian Penyunting Darul Setiawan.
Najwa Fauzus Sa’adah diapit kedua model yang mengenakan gaun rancangannya, yaitu Stepaney Dewantari dan Hamidatul Istiqomah di Sendangagung Batik Fashion 2024. (Tagar.co/Istimewa)

Najwa Fauzus Sa’aadah tak pernah menyangka, even lomba pertamanya dalam Sendangagung Batik Fashion 2024 berbuah manis. Gaun rancangan ibu satu anak alumnus Ponpes Al-Ishlah itu berhasil menyabet juara.

Tagar.co – Sendangagung Batik Fashion (SBF) yang digelar Pemdes Sendangagung, Paciran, Lamongan, itu masih menyisakan kesan mendalam bagi Najwa Fauzus Sa’aadah. Dua gaun hasil rancangan alumnus Ponpes Al-Ishlah tahun 2014 tersebut berhasil meraih juara.

Ibu satu anak asli Sendangagung itu tak menyangka, SBF yang dihadiri Camat Paciran H. Sami’an MM, anggota DPRD Lamongan, dan juga Bupati Dr H Yuhronur Efendi, itu menjadi even pertamanya yang berbuah manis.

Gaun-gaun hasil rancangan Faza—panggilan Najwa Fauzus Sa’aadah—berhasil menjadi juara II dan harapan II pada ajang yang berlangsung di Watungkal Edupark Sendangagung (WES) Kamis-Sabtu (18-20/7/2024).

Para penonton yang hadir tidak hanya dari Sendangagung, juga dari tetangga desa  seperti Kecamatan Paciran dan Solokuro. Lomba Fashion SBF tingkat SMA berlangsung pada Jumat (19/7/24) malam. Untuk kategori umum sekaligus launching motif batik baru berlangsung pada Sabtu (20/7/24). Partisipan acara tersebut beragam, mulai dari Lamongan, Bojonegoro, hingga Surabaya.

Bagi Faza, even SBF menjadi pengalaman lomba pertamanya mendesain baju. Dia bersyukur dapat meraih dua gelar, yakni juara kedua dan harapan II. Baginya, hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. “Karena saingannya berasal dari berbagai daerah,” tutur lulusan D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut.

Baca juga: Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM

Najwa Fauzus Sa’aadah tak pernah menyangka, even lomba pertamanya dalam Sendangagung Batik Fashion 2024 berbuah manis. Gaun rancangan ibu satu anak alumnus Ponpes Al-Ishlah itu berhasil menyabet juara.

Tagar.co – Sendangagung Batik Fashion (SBF) yang digelar Pemdes Sendangagung, Paciran, Lamongan, itu masih menyisakan kesan mendalam bagi Najwa Fauzus Sa’aadah. Dua gaun hasil rancangan alumnus Ponpes Al-Ishlah tahun 2014 tersebut berhasil meraih juara.

Ibu satu anak asli Sendangagung itu tak menyangka, SBF yang dihadiri Camat Paciran H. Sami’an MM, anggota DPRD Lamongan, dan juga Bupati Dr H Yuhronur Efendi, itu menjadi even pertamanya yang berbuah manis.

Gaun-gaun hasil rancangan Faza—panggilan Najwa Fauzus Sa’aadah—berhasil menjadi juara II dan harapan II pada ajang yang berlangsung di Watungkal Edupark Sendangagung (WES) Kamis-Sabtu (18-20/7/2024).

Para penonton yang hadir tidak hanya dari Sendangagung, juga dari tetangga desa  seperti Kecamatan Paciran dan Solokuro. Lomba Fashion SBF tingkat SMA berlangsung pada Jumat (19/7/24) malam. Untuk kategori umum sekaligus launching motif batik baru berlangsung pada Sabtu (20/7/24). Partisipan acara tersebut beragam, mulai dari Lamongan, Bojonegoro, hingga Surabaya.

Bagi Faza, even SBF menjadi pengalaman lomba pertamanya mendesain baju. Dia bersyukur dapat meraih dua gelar, yakni juara kedua dan harapan II. Baginya, hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. “Karena saingannya berasal dari berbagai daerah,” tutur lulusan D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut.

Baca juga: Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM

Gaun dengan batik motif Batik Khas Lamongan (BKL) karya Najwa Fauzus Sa’aadah di  Sendangagung Batik Fashion  2024. (Tagar.co/Sri Asian)

Utusan Desa

Pada lomba Fashion Show tingkat SMA, gaun rancangan Faza dibawakan Yuk Lamongan Stephaney Dewantari berhasil meraih juara II se-Kabupaten Lamongan. Busana pertama yang dibuatnya itu atas nama utusan desa untuk mengikuti acara launching motif batik baru Sendangagung.

Ada tiga motif yang  di-launching seperti motif batik Rahayuning, Rontal, hingga Sego Langgi. “Busana yang saya buat ini menggunakan kain batik motif Rontal,” ungkapnya.

Menurut filosofinya, Rontal diambil dari bahasa jawa  “ron” yang berati daun, dan “tal” dari kata ental atau siwalan, sesuai dengan kegunaan daun ental yang multifungsi. “Harapannya, batik tidak hanya difungsikan sebagai sarung atau jarik (kain dengan motif aneka batik), tapi bisa dimodifikasi menjadi gamis, mukena, aksesoris, gaun pengantin, serta aneka macam kerajinan tangan dan lain lain,” paparnya.

Pada dasarnya daun siwalan berbentuk seperti kipas. “Selain daun siwalan, juga mengusung ikon Lamongan lainnya seperti ikan bandeng dan lele dengan inovasi terbaru,” jelas putri pasangan Sukaryudi (almarhum) dan Linsiana tersebut.

Gaun rancangan Faza ditampilkan dengan siluet mermaid dengan dominasi kain batik, duches, dan tulle bridal. Busana juga dihiasi rangkaian payet secara menyeluruh. Pada bagain dada dihiasi payet rantai secara menjalar sampai belakang sebagai center of interest. “Sehingga busana yang saya buat ini tampak kelihatan mewah dan elegan,” jelasnya.

Menurut desain batiknya, Rontal memberi pesan tersirat agar generasi muda dapat menjaga alam, budaya, dan melestarikan batik. “Untuk durasi pengerjaan membuat busana ini membutuhkan waktu sekitar 6 hari,” paparnya.

Gaun dari batik motif Rontal rancangan Najwa Fauzus Sa’aadah di  Sendangagung Batik Fashion 2024. (Tagar.co/Sri Asian)

Bermanfaat bagi Sesama

Faza kemudian menceritakan gaun rancangannya kedua, yang dikenakan model Hamidatul Istiqomah Mustahad. Busana tersebut menggunakan kain motif Batik Khas Lamongan (BKL)—motif ini biasa digunakan untuk jarit pada busana wanita. “Tapi untuk kali ini saya bikin dalam bentuk gaun,” ujarnya.

Durasi pengerjaan busana yang sangat singkat, yakni hanya dalam waktu tiga hari sebelum hari H, sehingga membuatnya harus memutar otak. “Saya berpikir, bagaimana caranya agar busana ini pengerjaanya tidak menghabiskan waktu yang lama, tapi nanti hasilnya tetap menarik,” terangnya.

Dia kemudian menemukan inspirasi desain yang sesuai, tapi membutuhkan bahan yang tidak sedikit. Busana tersebut dibuat menggunakan siluet mermaid yang didominasi kain batik dan kain maxmara silk.

Pada bagian badan depan busana dihiasi sedikit rangkaian payet agar menambah nilai glamour. Sedangkan pada lengannya dibuat dalam desain ruffle sebagai center of interest. “Sehingga desain busana yang saya buat tampak simpel, tapi tetap terlihat menarik dan glamour,” kata ibu dari Shezan Syazwina Eleanor tersebut.

Faza yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit ini  merasa bersyukur diterima di Jurusan Tata Busana Unesa Surabaya, karena pasca lulus kuliah langsung bisa mengamalkan ilmu dan bisa cari uang sendiri. Menjadi penjahit bisa menciptakan lapangan kerja, walau sekarang baru punya dua asisten,” jelas istri Afkarul Azka yang juga asli Sendangagung itu.

Faza juga berharap dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan desa Sendangagung, yang menurutnya tiap hari semakin bersinar. “Tidak hanya di tingkat  Kabupaten Lamongan tapi juga tingkat provinsi,” kata perempuan dengan prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama tersebut. (#)

Jurnalis Sri Asian Penyunting Darul Setiawan.
Gaun dengan batik motif Batik Khas Lamongan (BKL) karya Najwa Fauzus Sa’aadah di Sendangagung Batik Fashion 2024. (Tagar.co/Sri Asian)

Utusan Desa

Pada lomba Fashion Show tingkat SMA ini, gaun rancangan Faza dibawakan Yuk Lamongan Stephaney Dewantari berhasil meraih juara II se-Kabupaten Lamongan. Busana pertama yang dibuatnya itu atas nama utusan desa untuk mengikuti acara launching motif batik baru Sendangagung.

Ada tiga motif yang  di-launching seperti motif batik Rahayuning, Rontal, hingga Sego Langgi. “Busana yang saya buat ini menggunakan kain batik motif Rontal,” ungkapnya.

Menurut filosofinya, Rontal diambil dari bahasa jawa  “ron” yang berati daun, dan “tal” dari kata ental atau siwalan, sesuai dengan kegunaan daun ental yang multifungsi. “Harapannya, batik tidak hanya difungsikan sebagai sarung atau jarik (kain dengan motif aneka batik), tapi bisa dimodifikasi menjadi gamis, mukena, aksesoris, gaun pengantin, serta aneka macam kerajinan tangan dan lain lain,” paparnya.

Pada dasarnya daun siwalan berbentuk seperti kipas. “Selain daun siwalan, juga mengusung ikon Lamongan lainnya seperti ikan bandeng dan lele dengan inovasi terbaru,” jelas putri pasangan Sukaryudi (almarhum) dan Linsiana tersebut.

Gaun rancangan Faza ditampilkan dengan siluet mermaid dengan dominasi kain batik, duches, dan tulle bridal. Busana juga dihiasi rangkaian payet secara menyeluruh. Pada bagain dada dihiasi payet rantai secara menjalar sampai belakang sebagai center of interest. “Sehingga busana yang saya buat ini tampak kelihatan mewah dan elegan,” jelasnya.

Menurut desain batiknya, Rontal memberi pesan tersirat agar generasi muda dapat menjaga alam, budaya, dan melestarikan batik. “Untuk durasi pengerjaan membuat busana ini membutuhkan waktu sekitar 6 hari,” paparnya.

Baca juga: Berlatih Disiplin di Sekolah Dimulai dari Rumah

Najwa Fauzus Sa’aadah tak pernah menyangka, even lomba pertamanya dalam Sendangagung Batik Fashion 2024 berbuah manis. Gaun rancangan ibu satu anak alumnus Ponpes Al-Ishlah itu berhasil menyabet juara.

Tagar.co – Sendangagung Batik Fashion (SBF) yang digelar Pemdes Sendangagung, Paciran, Lamongan, itu masih menyisakan kesan mendalam bagi Najwa Fauzus Sa’aadah. Dua gaun hasil rancangan alumnus Ponpes Al-Ishlah tahun 2014 tersebut berhasil meraih juara.

Ibu satu anak asli Sendangagung itu tak menyangka, SBF yang dihadiri Camat Paciran H. Sami’an MM, anggota DPRD Lamongan, dan juga Bupati Dr H Yuhronur Efendi, itu menjadi even pertamanya yang berbuah manis.

Gaun-gaun hasil rancangan Faza—panggilan Najwa Fauzus Sa’aadah—berhasil menjadi juara II dan harapan II pada ajang yang berlangsung di Watungkal Edupark Sendangagung (WES) Kamis-Sabtu (18-20/7/2024).

Para penonton yang hadir tidak hanya dari Sendangagung, juga dari tetangga desa  seperti Kecamatan Paciran dan Solokuro. Lomba Fashion SBF tingkat SMA berlangsung pada Jumat (19/7/24) malam. Untuk kategori umum sekaligus launching motif batik baru berlangsung pada Sabtu (20/7/24). Partisipan acara tersebut beragam, mulai dari Lamongan, Bojonegoro, hingga Surabaya.

Bagi Faza, even SBF menjadi pengalaman lomba pertamanya mendesain baju. Dia bersyukur dapat meraih dua gelar, yakni juara kedua dan harapan II. Baginya, hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. “Karena saingannya berasal dari berbagai daerah,” tutur lulusan D3 Tata Busana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut.

Baca juga: Pembantu Warung Soto Itu Bisa Kuliahkan Anaknya di UGM

Gaun dengan batik motif Batik Khas Lamongan (BKL) karya Najwa Fauzus Sa’aadah di  Sendangagung Batik Fashion  2024. (Tagar.co/Sri Asian)

Utusan Desa

Pada lomba Fashion Show tingkat SMA, gaun rancangan Faza dibawakan Yuk Lamongan Stephaney Dewantari berhasil meraih juara II se-Kabupaten Lamongan. Busana pertama yang dibuatnya itu atas nama utusan desa untuk mengikuti acara launching motif batik baru Sendangagung.

Ada tiga motif yang  di-launching seperti motif batik Rahayuning, Rontal, hingga Sego Langgi. “Busana yang saya buat ini menggunakan kain batik motif Rontal,” ungkapnya.

Menurut filosofinya, Rontal diambil dari bahasa jawa  “ron” yang berati daun, dan “tal” dari kata ental atau siwalan, sesuai dengan kegunaan daun ental yang multifungsi. “Harapannya, batik tidak hanya difungsikan sebagai sarung atau jarik (kain dengan motif aneka batik), tapi bisa dimodifikasi menjadi gamis, mukena, aksesoris, gaun pengantin, serta aneka macam kerajinan tangan dan lain lain,” paparnya.

Pada dasarnya daun siwalan berbentuk seperti kipas. “Selain daun siwalan, juga mengusung ikon Lamongan lainnya seperti ikan bandeng dan lele dengan inovasi terbaru,” jelas putri pasangan Sukaryudi (almarhum) dan Linsiana tersebut.

Gaun rancangan Faza ditampilkan dengan siluet mermaid dengan dominasi kain batik, duches, dan tulle bridal. Busana juga dihiasi rangkaian payet secara menyeluruh. Pada bagain dada dihiasi payet rantai secara menjalar sampai belakang sebagai center of interest. “Sehingga busana yang saya buat ini tampak kelihatan mewah dan elegan,” jelasnya.

Menurut desain batiknya, Rontal memberi pesan tersirat agar generasi muda dapat menjaga alam, budaya, dan melestarikan batik. “Untuk durasi pengerjaan membuat busana ini membutuhkan waktu sekitar 6 hari,” paparnya.

Gaun dari batik motif Rontal rancangan Najwa Fauzus Sa’aadah di  Sendangagung Batik Fashion 2024. (Tagar.co/Sri Asian)

Bermanfaat bagi Sesama

Faza kemudian menceritakan gaun rancangannya kedua, yang dikenakan model Hamidatul Istiqomah Mustahad. Busana tersebut menggunakan kain motif Batik Khas Lamongan (BKL)—motif ini biasa digunakan untuk jarit pada busana wanita. “Tapi untuk kali ini saya bikin dalam bentuk gaun,” ujarnya.

Durasi pengerjaan busana yang sangat singkat, yakni hanya dalam waktu tiga hari sebelum hari H, sehingga membuatnya harus memutar otak. “Saya berpikir, bagaimana caranya agar busana ini pengerjaanya tidak menghabiskan waktu yang lama, tapi nanti hasilnya tetap menarik,” terangnya.

Dia kemudian menemukan inspirasi desain yang sesuai, tapi membutuhkan bahan yang tidak sedikit. Busana tersebut dibuat menggunakan siluet mermaid yang didominasi kain batik dan kain maxmara silk.

Pada bagian badan depan busana dihiasi sedikit rangkaian payet agar menambah nilai glamour. Sedangkan pada lengannya dibuat dalam desain ruffle sebagai center of interest. “Sehingga desain busana yang saya buat tampak simpel, tapi tetap terlihat menarik dan glamour,” kata ibu dari Shezan Syazwina Eleanor tersebut.

Faza yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit ini  merasa bersyukur diterima di Jurusan Tata Busana Unesa Surabaya, karena pasca lulus kuliah langsung bisa mengamalkan ilmu dan bisa cari uang sendiri. Menjadi penjahit bisa menciptakan lapangan kerja, walau sekarang baru punya dua asisten,” jelas istri Afkarul Azka yang juga asli Sendangagung itu.

Faza juga berharap dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan desa Sendangagung, yang menurutnya tiap hari semakin bersinar. “Tidak hanya di tingkat  Kabupaten Lamongan tapi juga tingkat provinsi,” kata perempuan dengan prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama tersebut. (#)

Jurnalis Sri Asian Penyunting Darul Setiawan.
Gaun dari batik motif Rontal rancangan Najwa Fauzus Sa’aadah di Sendangagung Batik Fashion 2024. (Tagar.co/Sri Asian)

Bermanfaat bagi Sesama

Faza kemudian menceritakan gaun rancangannya kedua, yang dikenakan model Hamidatul Istiqomah Mustahad. Busana tersebut menggunakan kain motif Batik Khas Lamongan (BKL)—motif ini biasa digunakan untuk jarit pada busana wanita. “Tapi untuk kali ini saya bikin dalam bentuk gaun,” ujarnya.

Durasi pengerjaan busana yang sangat singkat, yakni hanya dalam waktu tiga hari sebelum hari H, sehingga membuatnya harus memutar otak. “Saya berpikir, bagaimana caranya agar busana ini pengerjaanya tidak menghabiskan waktu yang lama, tapi nanti hasilnya tetap menarik,” terangnya.

Dia kemudian menemukan inspirasi desain yang sesuai, tapi membutuhkan bahan yang tidak sedikit. Busana tersebut dibuat menggunakan siluet mermaid yang didominasi kain batik dan kain maxmara silk.

Pada bagian badan depan busana dihiasi sedikit rangkaian payet agar menambah nilai glamour. Sedangkan pada lengannya dibuat dalam desain ruffle sebagai center of interest. “Sehingga desain busana yang saya buat tampak simpel, tapi tetap terlihat menarik dan glamour,” kata ibu dari Shezan Syazwina Eleanor tersebut.

Faza yang kesehariannya berprofesi sebagai penjahit ini  merasa bersyukur diterima di Jurusan Tata Busana Unesa Surabaya, karena pasca lulus kuliah langsung bisa mengamalkan ilmu dan bisa cari uang sendiri. Menjadi penjahit bisa menciptakan lapangan kerja, walau sekarang baru punya dua asisten,” jelas istri Afkarul Azka yang juga asli Sendangagung itu.

Faza juga berharap dapat memberi kontribusi positif terhadap kemajuan desa Sendangagung, yang menurutnya tiap hari semakin bersinar. “Tidak hanya di tingkat  Kabupaten Lamongan tapi juga tingkat provinsi,” kata perempuan dengan prinsip sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk sesama tersebut. (#)

Jurnalis Sri Asian Penyunting Darul Setiawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *