
Zulhijah bukan sekadar hitungan kalender; ini saat emas bagi Muslim untuk memperbanyak amal, memperbaiki diri, dan memperdalam makna kurban.
Oleh Muhammad Damanhuri alias Ustaz Dayak, Ketua Yayasan Kejayaan Mualaf Indonesia dan Ketua Umum Lembaga Majelis Taklim Mualaf Kalimantan Barat. Bersama Mualaf, Kita Mampu!
Tagar.co – Sudah beberapa pekan saya tidak sempat menulis. Bukan karena kehabisan ide, tetapi karena kaki dan waktu saya sedang sibuk berjalan. Seusai menjadi panitia manasik haji, saya langsung melanjutkan safari dakwah keliling Jawa Timur.
Jarak tempuh yang jauh, dari satu tempat ceramah ke tempat lain, membuat setiap perjalanan saya manfaatkan untuk beristirahat. Menulis? Rasanya tidak mungkin; pikiran perlu tenang dan hati perlu lapang untuk menuangkan kata-kata.
Baca juga: Ketika Hati Ikut Berhaji, Catatan Ustaz Dayak
Kini, alhamdulillah, saya mendapat jeda sejenak. Di saat hening ini, saya ingin berbagi secuil renungan di awal Zulhijah—bulan yang selalu punya makna istimewa dalam kalender Islam. Bukan hanya karena di dalamnya ada ibadah haji dan kurban, tetapi juga karena bulan ini membawa pesan-pesan spiritual yang dalam.
Awal Zulhijah adalah momentum emas untuk memupuk amal ibadah. Kita diajak memperbanyak puasa, salat, sedekah, dan amal saleh lain yang sering terlupakan di hari-hari biasa. Ini juga saat yang tepat untuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental menyambut ibadah kurban, bukan semata urusan menyembelih hewan, tetapi lebih dari itu: kesiapan hati untuk melepas sesuatu yang kita cintai demi rida Allah.
Lebih jauh lagi, bulan ini mengingatkan kita pada perjalanan agung Nabi Ibrahim As. Ibadah kurban bukan hanya ritual tahunan, melainkan simbol penguatan iman. Kita belajar bagaimana rela mengorbankan sebagian dari yang kita punya, bukan sibuk mengorbankan orang lain atau mencari-cari kesalahan mereka. Kita pun diingatkan untuk membersihkan hati dari prasangka buruk, memperhalus sikap, dan memperkuat syukur atas segala nikmat Allah.
Rasulullah Saw. pernah bersabda, seperti diriwayatkan Abu Hurairah:
“Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat salat kami.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)
Dalam hadis lain disebutkan: “Hai manusia, sesungguhnya atas tiap-tiap ahli rumah, pada tiap-tiap tahun disunahkan berkurban.” (H.R. Abu Dawud)
Bagi Rasulullah Saw. sendiri, ibadah kurban adalah kewajiban. Karena itulah, setiap tahun saya selalu berusaha melatih para mualaf untuk ikut berkurban, sekecil apa pun bentuknya.
Jika kita mampu memanfaatkan awal Zulhijah dengan sebaik-baiknya, insyaallah kita akan memetik banyak hikmah. Kita akan tumbuh sebagai manusia yang lebih sabar, lebih bersyukur, dan lebih dekat kepada Allah. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk melaksanakan amalan terbaik di bulan mulia ini. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni