Opini

Zamzam dan Tiga Magnet Kehidupan

349
×

Zamzam dan Tiga Magnet Kehidupan

Sebarkan artikel ini
Air Zamzam juga tersedia di dalam Masjid Nabawi (foto SPA)

Tiga doa saat meneguk zamzam bukan sekadar harapan spiritual. Ia adalah arah, energi, dan kestabilan hidup yang membentuk pribadi berilmu, dermawan, dan sehat jiwa-raga.

Catatan dari Tanah Suci (Seri 13); Oleh Firman Arifin, Dosen PENS, Jemaah Haji 2025 Nurul Hayat Surabaya

Tagar.co – Dalam artikel sebelumnya saya menulis tentang tiga doa utama saat meneguk air zamzam: memohon ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan kesehatan dari segala penyakit.

Tiga hal ini bukan sekadar permintaan spiritual, tetapi juga refleksi dari tiga kebutuhan inti dalam hidup manusia.

Baca juga: Rahasia Doa di Balik Seteguk Zamzam

Kali ini, saya ingin mengajak pembaca melihatnya sebagai tiga magnet kehidupan—daya tarik utama yang dapat mengarahkan, menggerakkan, dan menstabilkan perjalanan hidup kita. Sebab, hidup bukan hanya soal bertahan, tetapi juga tentang bagaimana kita menarik makna, kebaikan, dan keberkahan dalam setiap langkah.

Ilmu, Magnet Arah

Dalam dunia teknik, ilmu ibarat sistem navigasi. Sehebat apa pun kendaraan—cepat, canggih, mewah—jika tanpa arah, ia hanya akan berputar-putar, bahkan bisa tergelincir ke jurang.

Baca Juga:  Arab Saudi Utamakan Keselamatan Jemaah Haji, Siap Hadapi Panas Ekstrem dengan Teknologi Canggih

Ilmu yang bermanfaat bukan sekadar menambah pengetahuan, tetapi memberi arah. Ia seperti GPS kehidupan: membimbing kita agar tidak hanya tahu apa yang benar, melainkan juga bagaimana menyampaikannya dan melakukannya dengan benar.

Seperti sistem kelistrikan yang memerlukan grounding agar tidak membahayakan, ilmu pun membutuhkan akhlak dan kesadaran agar tidak menyesatkan. Ilmu yang tidak dibarengi adab bisa berubah menjadi kesombongan. Sebaliknya, ilmu yang dibarengi ketawadukan akan melahirkan keteladanan.

Ilmu yang benar menjadi magnet arah. Ia menarik keputusan-keputusan yang tepat, membentuk kebijaksanaan, dan menghindarkan kita dari kesalahan fatal dalam hidup.

Rezeki, Magnet Energi

Setelah arah ditentukan, kendaraan kehidupan ini memerlukan bahan bakar. Rezeki adalah energi yang menggerakkan. Tetapi, bukan hanya soal jumlahnya, melainkan juga keberkahan dan kelapangannya.

Rezeki yang luas tidak selalu identik dengan penghasilan tinggi. Kadang justru hadir dalam bentuk hidup yang cukup, hati yang lapang, dan tangan yang ringan berbagi. Seperti air zamzam yang terus mengalir dari sumber yang tidak terlihat, rezeki yang berkah pun terus hadir, bahkan dari arah yang tak terduga.

Baca Juga:  Makna Mendalam di Balik Gelar Tamu Allah

Orang yang bermanfaat bukanlah semata yang berharta banyak, melainkan yang memberi banyak manfaat dengan hartanya. Maka, rezeki yang luas menjadi magnet energi: mengalirkan semangat, memperluas daya gerak, dan menyambung kehidupan orang lain.

Kesehatan, Magnet Kestabilan

Namun, arah dan energi tidak akan bermakna jika sistemnya tidak stabil. Di sinilah pentingnya kesehatan—magnet yang menjaga kestabilan hidup, baik fisik, mental, maupun spiritual.

Dalam dunia teknik, sistem yang terus bekerja tanpa perawatan akan mengalami overheat. Demikian pula manusia. Beban fisik, tekanan psikis, luka batin, hingga kelelahan jiwa bisa membuat seseorang lumpuh dalam kebaikan.

Kesehatan bukan hanya tentang bebas dari penyakit, tetapi juga tentang kemampuan menjaga ritme hidup, mengolah emosi, dan bangkit dari keletihan batin. Orang yang sehat jiwanya akan lebih mampu berpikir jernih, bersikap tenang, dan memberi manfaat dengan sepenuh daya.

Tegukan yang Menarik Makna

Saat tangan menggenggam gelas zamzam, sejatinya kita tengah menggenggam peluang untuk mengatur ulang magnet kehidupan kita. Dengan niat yang tulus, tiga doa itu bukan sekadar harapan, tetapi fondasi dan pusat gravitasi kehidupan.

Baca Juga:  Prof. Imam Suprayogo: Berhaji, Perjalanan ke Rumah Rohani

Ilmu menjadi magnet arah.
Rezeki menjadi magnet energi.
Kesehatan menjadi magnet kestabilan.

Dan ketika ketiganya bersatu, lahirlah manusia yang tidak hanya mampu bertahan dalam hidup, tetapi juga menghidupkan sekitarnya dengan penuh makna dan keberkahan. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni