Bagi Donny, Welly adalah wanita sempurna di matanya. Bukan hanya parasnya, motivasinya benar-benar merajakan semangatnya kembali untuk bisa lulus kuliah. Tapi, Allah Swt berkata lain.
Cerpen oleh Kamas Tontowi, Ketua Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani PDM Trenggalek dan guru bahasa Inggris MTsN 3 Trenggalek.
Tagar.co – Ahad pagi yang cerah, Donny menikmati kopi dan melihat tayangan televisi. Sesekali terdengar telepon rumah kontrakan berdering.
Terkadang penelepon gelap. Terkadang orang yang salah hubung. Kadang-kadang ada keluarga dan teman Donny, Tio, Bimo dan Tommy, para penghuni kontrakan. Pada tahun 90-an handphone masih barang eksklusif. Alat hubung masih telepon rumah.
Tiba tiba telepon berdering.
“Kriiinnnngggg.“
Donny segera mengangkat telepon.
“Hallo. Assalamualaikum,” tanyanya.
“Waalaikum salam,” terdengar suara perempuan.
“Cari siapa ya,” sela Donny
“Mas Tommy ada?” jawabnya.
“Sedang mandi,” balas Donny.
“Nanti aku ke kontrakan. Tolong Mas Tommy menunggu ya,” jawabnya
“Baik. Ada pesanan lain? Pisang goreng?” Donny mengajak bercanda.
“Hehehe. Makasih. Nggak,” balasnya.
Donny memberitahu Tommy perihal telepon.
“Ohhh. Adikku. Dia membawa temannya ke alun-alun. Ikut yuk,” ajak Tommy.
“Ikut. Aku sedang jenuh di kontrakan,” sahut Donny, pelan.
Beberapa waktu berlalu. Terlihat ada dua anak perempuan di depan rumah.
“Assalamualaikum,” suara lembut terdengar di depan pintu.
“Waalaikum salam. Monggo masuk,” semua menyahut.
Donny segera membuka pintu. kebetulan dia berada di dekat pintu. Dua perempuan seperti mahasiswa berdiri di depan pintu. Terlihat Tina, adiknya Tommy, berdiri di depan pintu.
Baca juga: Kidung Wahyu Kolosebo
Seorang anak perempuan lain melepaskan sepatunya. Wajahnya menunduk saat melepaskan sepatunya. Donny penasaran. Sekejap kemudian anak perempuan itu berdiri dan tersenyum sangat manis menatap tajam wajah Donny. Membuat wajah Donny berdebar-debar.
“Ya Allah. Cantik sekali. Berdebar kencang hatiku. Mati aku. Ada apakah gerangan?” gumam Donny. Dia segera masuk ke dalam rumah.
“Anaknya cantik. Matanya sangat tajam. Aku hampir pingsan,” kata Donny ke teman temannya.
“Wkkwkk wkwk. Namanya Welly, Don. Udah punya kekasih,” jawab Tommy.
“Silahkan masuk Well. Silahkan masuk,” ungkap Tommy.
Tommy, Donny, Dio, Bimo dan lain lain bercengkerama sembari mempersiapkan pergi ke alun-alun. Setelah dirasa cukup, mereka berangkat menuju alun-alun naik angkot. Dio dan Bimo tidak ikut karena harus latihan band.
Donny mencari duduk paling belakang di dalam angkot. Welly menyusul masuk. Tepat berhadap hadapan dengan Donny. Angkot memungkinkan penumpang untuk duduk berhadap hadapan.
Wajah Donny pucat. Karakternya yang pemalu membuatnya kikuk berhadap hadapan dengan Welly yang cantik. Welly tersenyum melihat gelagat Donny.
”Ohhh iya. Aku semester delapan, bulan depan wisuda, mas Tommy juga wisuda. Mas Donny sudah semester berapa?” tanya Welly, mengajak ngobrol.
”Alhamdulillah. Aku ikut senang. Semester empat belas. Sudah tujuh tahun belum juga lulus,” jawab Donny malu-malu.
“Lho kok lama? Kok belum lulus?” Welly penasaran.
“Maklum kampus swasta. Banyak dari kami yang belum lulus. Apalagi saya kuliah di jurusan mesin Fakultas Tehnik,” jawab Donny.
Baca Juga: Lurah Jadug
“Ohhh iya. Di kampus swasta banyak yang molor lulusya. Beda dengan kami,” ucap Welly.
Hari terus berganti. Donny gelisah, tidak tenang. Dia selalu teringat ingat wajah Welly. Rupanya Donny jatuh cinta. Tommy menyarankan Donny supaya memberikan seuntai bunga mawar merah saat Welly wisuda.
“Ayo Don. Nanti tak carikan anaknya. Aku juga wisuda kok. Waktunya tinggal satu pekan,” harap Tommy.
“Baiklah. Mudah mudahan lancer,” Donny menerima saran mereka.
Donny merasakan keresahan. Dia cemas menunggu agenda purnawiyata di kampusnya Welly dan Tommy. Tiba waktu purnawiyata, Donny mencari Welly keliling kampus. Akhirnya Donny menemukan Tommy.
“Selamat,Tom,“ kata Donny.
”Udah ketemu Welly. Udah membawa bunga?” kata Tommy
”Bunganya sudah kubeli. Tapi belum ketemu Welly. Akan kucari dulu,” kata Donny.
Dengan berbaju biru, celana jeans dan agak bolong di dengkul, Donny mencari Welly. Tiba-tiba dia melihat Welly di kejauhan. Dia berjalan bersama seorang anak laki-laki, dan orang tuanya.
“Masih cakepan aku daripada cowoknya,” bisiknya dalam hati sambil menunggu mereka mendekat.
Ketika Welly mendekat, Donny mendekat padanya.
“Selamat Wel. Selamat menempuh wisuda,” Ucap Donny lembut penuh ketulusan.
“Makasih Mas Donny, cepetan wisuda ya,” balas Welly lembut.
Baca juga: Ada Jenderal Mati di Pasar
Donny begitu bersemangat. Sejak itu dia mengurus skripsinya yang bertahun tahun mangkrak. Skripsinya dikerjakan hingga tuntas hanya dalam satu bulan.
“Lihat tuh. The power of love,” Kata teman-temannya mengutip lagu Celine Dion.
Tiga bulan berlalu. Donny lulus ujian skripsi dan wisuda. Bahagianya dia. Setelah wisuda, Donny pulang ke rumahnya. Membantu orang tua di rumah. Selama di rumah dia selalu mengingat Welly. Berbulan-bulan lamanya. Orang tua Donny melihat Donny hanya tersenyum.
“Berangkat saja sendiri ke Sulawesi Selatan sana jika mau melamar. Gak jelas,” hardik ayahnya.
Donny hanya tersenyum kecut.
Setelah berupaya keras akhirnya Donny menemukan nomor telepon Tommy. Tanpa menunggu waktu dia langsung meneleponnya.
“Hallo Tom, apa kabar?” tanya Donny melalui telepon.
Baca juga: Tarko
“Ini Donny ya. Aku hapal suaramu. Alhamdulillah baik baik saja. Welly sekarang sudah menikah. Dicarikan jodoh orang tuanya,” jawab Tommy.
“Dengan siapa? Imam pacarnya kemarin?” tanya Donny penasaran.
“Bukan. Anak teman ayahnya. Polisi,” jawab Tommy.
“Ohhhh. Makasih Tom. Jodoh, hidup dan mati, semuanya milik Yang Maha Kuasa,” pungkas Donny. (#)
Penyunting Ichwan Arif