Telaah

Tawakal pada Allah

×

Tawakal pada Allah

Sebarkan artikel ini
Apa arti tawakal? Dalam bentuk apa saja kata tawakal digunakan Al-Qur’an? Apa maksud kita bertawakal kepada Allah?
Ilustrasi AI

Apa arti tawakal? Dalam bentuk apa saja kata tawakal digunakan Al-Qur’an? Apa maksud kita bertawakal kepada Allah?

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM). 

Tagar.co – Tawakal berasal dari kata wakalah yang artinya menyerahkan. Kata Tawakal dalam bentuk kata kerja lampau (fiil madi) disebut tidak kurang dari 11 kali, di antaranya dalam Al-A’raf/7:89; Yunus/10:85; dan At-Taubah/9:129.

Baca juga: Perbedaan Lausyaallah dengan Insyaallah

Penggunaan Kata Tawakal dalam Al-Qur’an

a. Kata Perintah (Fiil Amar)

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepadaNya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepadaNya dari apa yang kamu kerjakan.” (Hud/11:123)

b. Kata Kerja Lampau (Fiil Madi)

“Demikianlah Kami telah mengutus kamu pada suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumnya supaya kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang Kami wahyukan kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: Dialah Tuhanku tidak ada tuhan selain Dia; hanya kepadaNya aku bertawakal dan hanya kepadaNya aku bertobat. ” (Ar-Ra’du/13:30)

c. Kata Kerja Sedang (Fiil Mudarik)

“Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang beriman dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal.” (Asy-Syura/42:36)

Baca Juga:  Sedekah Tidak Harus Berupa Harta

Sebuah Analogi

Analogi berikut ini mungkin bisa menjelaskan maksud tawakal kepada Allah: jika Ali menyerahkan urusannya kepada Ahmad, maka Ahmad disebut wakil sedangkan Ali disebut mutakil atau mutawakil.

Mutawakil berarti orang yang menyerahkan. Ali menyerahkan urusan ini dengan keyakinan bahwa Ahmad adalah orang yang tidak merugikannya; orang yang mengerti betul tentang urusan yang ditanganinya dan dia akan mampu menyelesaikan urusannya sampai tuntas. Ali merasa tenang, mantap dengan wakilnya yang dipilih.

Jika seseorang sudah mantap hatinya bahwa tidak ada seorang pun yang dapat berbuat melainkan dengan izin Allah; yakin bahwa Allah berkuasa untuk melindungi dan mencukupi kepentingan hamba-Nya; artinya Allah mengasihi (tidak akan merugikan) hamba-Nya; maka orang ini akan bertawakal kepada Allah.

Bahkan orang seperti ini hanya akan menghadapkan wajahnya kepada Allah saja. Ungkapan lahaula walaakuwata illabillah (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah) telah menyatu dengan kehidupan orang-orang yang bertawakal. Haula (daya) berarti sesuatu yang menyebabkan adanya gerakan quwata (kekuatan) menunjuk kepada kekuasaan.

Rasulullah Saw bila hendak keluar dari rumahnya biasa membaca: “Bismillahi tawakaltu alallah, allahumma inni auzubika ‘an adhillaaw udhalla aw azilla aw uzalla aw azhilma aw uzhlama aw ajhala aw yujhala ‘alayya” (dengan nama Allah aku tawakal kepada Allah. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menganiaya atau dianiaya, menjadi bodoh atau dibodohkan) [hadis riwayat Abu Daud].

Baca Juga:  Lukman, Mengapa Dijuluki Al-Hakim?

Semoga pemahaman (keyakinan) kita tentang Allah akan mengantarkan kita menjadi orang yang bertawakal. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni