
Kelas Tarbiyatul Mar’ah Aisyiyah (TMA) Ula yang diselenggarakan PWA Jatim selama lima hari di awal Ramadan telah berakhir. Apa langkah PWA Jawa Timur berikutnya?
Tagar.co – Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Dra. Rukmini Amar, M.AP resmi menutup kelas Tarbiyatul Mar’ah Aisyiyah (TMA) Ula, Kamis (6/3/2025).
Kelas yang berlangsung sejak Ahad (2/3/2025) ini berlangsung secara daring sepenuhnya. Yakni melalui platform Zoom Meeting.
Serangkaian kelas yang menyajikan beragam ilmu seputar fiqih keperempuanan ini ditutup dengan Stadium General. Rukmini memanfaatkan kesempatan ini untuk turut serta melengkapi materi yang telah dikupas tuntas sebelumnya.
Awalnya ia melengkapi penjelasan perihal taharah bagi perempuan. “Persentuhan antara perempuan dan laki-laki yang membatalkan wudu itu yang melibatkan madzi,” ujarnya.
Meski tidak bersentuhan kulit, lanjut Rukmini, kalau membaca buku atau melihat video yang menyebabkan keluarnya madzi itu bisa membatalkan wudu.
Kemudian, perihal membaca Al-Qur’an saat haid yang selama ini banyak perempuan mempertanyakannya juga Rukmini bahas di sini. Usai menjabarkan sejarah keluarnya hadist terkait ini, ia menegaskan hal ini diperbolehkan.
Mengganti Salat
Selanjutnya, ia menyinggung tentang mengganti (qodho) salat yang terlewat di masa lalu. Rukmini menceritakan kala Aisyah menjawab sesuai apa yang dikatakan Rasulullah, “Kami diperintahkan untuk menqodho puasa tapi tidak diperintahkan menqodho salat.”
Sebab, kata Rukmini, salat bagi orang beriman itu sudah ada ketentuan waktunya. “Kalau hari ini tidak salat, besok sudah beda tanggal,” terangnya.
Adapun mengganti salat bisa ketika lupa sampai ingat dan tidur sampai bangun.
Karena itulah, Rukmini menyarankan agar perempuan banyak melakukan salat sunnah. “Itu menutupi yang wajib!” ujarnya.
Begitupula dengan bersedekah yang bisa menutupi kekurangan dalam berzakat, misal si fulan lupa atau ada kekurangan dalam zakatnya.
Ia juga berpesan, “Jangan pakai obat penunda haid agar bisa puasa. Obat hanya boleh kita konsumsi untuk haji.”
Pun ketika perempuan mengganti puasa Ramadan karena haid, Rukmini mengimbau agar segera menggantinya. “Jangan molor, kecuali lagi sakit,” tuturnya.

Perempuan Berkemajuan
Rukmini lantas mengingatkan bagaimana kelas TMA ini berupaya mewujudkan perempuan berkemajuan. “Perempuan berkemajuan sama-sama berada di depan,” ujarnya.
Hal ini terwujud salah satunya dengan banyak salat di masjid. Rukmini meyakini, salat di rumah banyak tergoda setan. “Kalau di masjid kan malu kalau mau guyon. Kalau di rumah ada (godaan) tv dan laptop,” katanya memantik tawa peserta.
Karena perempuan sel otak kiri senang dengan yang keindahan, Rukmini menyadari, di bulan Ramadan ini banyak cobaan untuk perempuan. “Rajin-rajinlah berdiam diri ke masjid mumpung Allah memberi kesempatan di bulan Ramadhan. Apalagi di sepuluh hari Terakhir!” jelasnya.
Ia juga menyarankan, gunakan waktu luang di Ramadan ini untuk fokus di masjid. Harapannya, dapat menutupi kekurangan di masa lalu.
“Belajar terus karena perempuan akan jadi apapun, harus banyak bekal. Kalau perempuan baik, separuh agama ada di perempuan itu,” pesan Rukmini.
Ia juga memotivasi, “Perempuan tidak dipandang sebelah mata. Perempuan bisa melakukan perubahan. Perempuan bisa melahirkan generasi berdaya saing di zamannya!”
Kemudian, ia mengajak peserta untuk menjadi orang yang punya sejarah. “Jadilah perempuan yang mampu membuat sejarah untuk masa yang akan datang. Jangan membuat sejarah yang tidak bagus,” tambahnya.
Peluang Besar Perempuan
Selanjutnya, dalam sambutan penutupan, Rukmini bersyukur, bersama jajaran PWA Jatim dapat mendampingi kelas Ula (jenjang perdana) tersebut, meski tidak sepenuhnya.
“TMA memberikan gambaran bagaimana kita sebagai perempuan punya peluang besar untuk ikut andil menjadi perempuan yang R. A. Kartini sampai Nyai Walidah harapkan,” tegasnya.
Ia berharap, segala ilmu yang diberikan PWA Jatim melalui kelas ini menjadi tambahan pengetahuan bagi para peserta. “Mudah-mudahan ilmunya bermanfaat untuk diri, keluarga, dan agama,” imbuhnya.
Di akhir sambutannya, Rukmini menyatakan pihaknya siap menerima konsultasi bagi PDA se-Jatim. “Ketika di daerah akan melakukan (TMA) ini,” ujarnya.
Peserta kelas yang berlangsung tiap pukul 09.00-11.30 WIB ini terdiri dari perwakilan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) se-Jawa Timur dan remaja dan dewasa putri yang belum menikah dari Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Mulai dari IPM, IMM, sampai Nasyiatul Aisyiyah (NA). (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni