Jumlah umat Islam dunia saat ini mencapai 2.03 jiwa atau 25 persen dari 8.13 miliar penduduk dunia. Sementara sekitar 2,38 miliar orang menganut agama Kristen. Tahun 2050 diproyeksikan setera.
Tagar.co – Menurut data Global Muslim Population yang dipublikasikan oleh Times Prayer, jumlah pemeluk Islam per Rabu (11/9/2024) pukul 12.00 WIB mencapai 2.033.231.45 jiwa atau 25 persen dari 8.132.925.823 total penduduk dunia.
Baca juga: Masihkah Indonesia sebagai Negara dengan Populasi Muslim Terbesar di Dunia?
Jumlah ini menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah Kristen. Menurut World Populatin Rewiev pada tahun 2024 ini ada sekitar 2,38 miliar orang yang menganut agama Kristen di seluruh dunia. Mereka meliputi pemeluk Katolik, Protestan, Ortodok, dan lainnya.
Prediksi Umat Islam Dunia 2050
Menurut proyeksi Pew Research, pada tahun 2050 akan ada kesetaraan antara umat Islam dan umat Kristen. Pada tahun itu diproyeksikan jumlah penduduk dunia mencapai 9.307.190.000. Diperkirakan umat Islam mencapai 2,8 miliar atau 30 persen dari populasi. Sedangkan umat Kristen masih terbesar dengan 2,9 miliar pemeluk atau 31 persen.
Terbesar ketiga yakni 1.230.340.000 ditempati apa yang dikategorikan unaffiliated (tak terafiliasi agama), termasuk ateis. Selanjutnya Hindu 1.348.360.000; Buddha 486.270.000; agama lokal (folk religions) 449.140.000; agama lain 61.450.000; dan Yahudi 16.090.000.
Fenomena itu akan terjadi, karena secara global, umat Islam memiliki tingkat kesuburan tertinggi. Rata-rata 3,1 anak per wanita. Jauh di atas tingkat penggantian 2,1 yakni jumlah minimum bayi yang harus dilahirkan untuk mempertahankan jumlah orang yang sama dalam populasi.
Umat Kristen berada di urutan kedua dengan 2,7 anak per wanita. Kesuburan umat Hindu 2,4 serupa dengan rata-rata global 2,5. Di seluruh dunia, kesuburan umat Yahudi 2,3 anak per wanita yang juga berada di atas tingkat penggantian.
Kelompok lainnya memiliki tingkat kesuburan yang terlalu rendah untuk mempertahankan populasi mereka. Agama lokal (1,8) anak per wanita; agama lain (1,7); yang tidak berafiliasi agama (1,7); dan penganut Buddha (1,6).
Faktor penting lainnya dari pertumbuhan adalah distribusi usia masing-masing kelompok agama saat ini—apakah penganutnya sebagian besar masih muda, dengan tahun-tahun utama untuk memiliki anak di masa yang akan datang, atau lebih tua dan sebagian besar sudah melewati tahun-tahun untuk memiliki anak.
Pada tahun 2010 misalnya, lebih dari seperempat dari total populasi dunia (27 persen) berusia di bawah 15 tahun. Namun, persentase umat Islam (34 persen) dan Hindu (30 persen) yang berusia di bawah 15 tahun bahkan lebih tinggi. Sementara persentase penganut Kristen yang berusia di bawah 15 tahun sama dengan rata-rata global (27 persen).
Populasi muda yang membengkak ini merupakan salah satu alasan mengapa Muslim diproyeksikan tumbuh lebih cepat daripada populasi dunia secara keseluruhan dan bahwa penganut Hindu dan Kristen diproyeksikan akan mengimbangi pertumbuhan populasi dunia.
Semua kelompok yang tersisa memiliki populasi pemuda yang lebih kecil dari rata-rata, dan banyak dari mereka memiliki jumlah penganut yang lebih besar secara tidak proporsional yang berusia di atas 59 tahun.
Misalnya, 11 persen dari populasi dunia berusia setidaknya 60 tahun pada tahun 2010. Namun, 20 persen dari orang Yahudi di seluruh dunia berusia 60 tahun atau lebih, demikian pula 15 persen penganut Buddha, 14 persen penganut Kristen, 14 persen penganut agama lain (diambil secara keseluruhan), 13 persen penganut yang tidak berafiliasi, dan 11 persen penganut agama lokal. Sebaliknya, hanya 7 persen Muslim dan 8 peresen Hindu yang berada dalam kategori usia tertua ini.
Selain tingkat kesuburan dan distribusi usia, perpindahan agama kemungkinan berperan dalam pertumbuhan kelompok agama. Namun, pola perpindahan agama itu rumit dan beragam. Di beberapa negara, cukup umum bagi orang dewasa untuk meninggalkan agama masa kecil mereka dan beralih ke agama lain. Di negara lain, perubahan identitas agama jarang terjadi, secara hukum merepotkan, atau bahkan ilegal.
Selama beberapa dekade mendatang, umat Kristen diperkirakan akan mengalami kerugian terbesar akibat perpindahan agama. Secara global, sekitar 40 juta orang diproyeksikan akan berpindah ke agama Kristen, sementara 106 juta diproyeksikan akan meninggalkan agama mereka, dengan sebagian besar bergabung dengan kelompok yang tidak berafiliasi dengan agama tertentu.
Migrasi internasional merupakan faktor lain yang akan memengaruhi proyeksi ukuran kelompok agama di berbagai wilayah dan negara.
Bagaimana setelah 2050?
Laporan Pew Research ini menguraikan bagaimana lanskap keagamaan global akan berubah jika tren demografi saat ini terus berlanjut. Namun, setiap tahun berlalu, ada kemungkinan bahwa peristiwa yang tak terduga—perang, kelaparan, penyakit, inovasi teknologi, pergolakan politik, dan lain-lain–akan mengubah ukuran satu kelompok agama atau yang lain. Karena sulitnya melihat lebih dari beberapa dekade ke depan, proyeksi berhenti pada tahun 2050.
Namun, mungkin ada yang bertanya-tanya, apa yang akan terjadi pada lintasan populasi yang disorot dalam laporan ini jika diproyeksikan hingga paruh kedua abad ini. Mengingat proyeksi peningkatan pesat dari tahun 2010 hingga 2050 dalam jumlah Muslim di populasi dunia, apakah jumlah Muslim pada akhirnya akan melebihi jumlah Kristen? Dan, jika demikian, kapan?
Jawabannya bergantung pada kelanjutan tren yang telah dijelaskan. Jika model proyeksi utama diperluas hingga setelah tahun 2050, jumlah Muslim dalam populasi dunia akan sama dengan jumlah Kristen, masing-masing sekitar 32 persen, sekitar tahun 2070.
Setelah itu, jumlah Muslim akan melebihi jumlah Kristen, tetapi kedua kelompok agama tersebut akan tumbuh, hampir bersamaan. Menjelang tahun 2100, sekitar 1 persen lebih banyak populasi dunia akan beragama Islam (35 persen) daripada Kristen (34 persen).
Pertumbuhan jumlah Muslim dan Kristen yang diproyeksikan akan didorong sebagian besar oleh perluasan populasi Afrika yang berkelanjutan. Karena konsentrasi besar umat Kristen dan Muslim di wilayah dengan tingkat kesuburan tinggi ini, kedua kelompok tersebut akan meningkat sebagai persentase populasi global.
Jika digabungkan, kedua kelompok agama terbesar di dunia tersebut akan mencakup lebih dari dua pertiga populasi global pada tahun 2100 (69 persen), naik dari 61 persen pada tahun 2050 dan 55 persen pada tahun 2010.
Namun, perlu diulangi bahwa banyak faktor yang dapat mengubah lintasan ini. Misalnya, jika sebagian besar penduduk Tiongkok beralih ke agama Kristen. Peralihan itu sendiri dapat memperkuat posisi agama Kristen saat ini sebagai agama dengan populasi terbanyak di dunia.
Atau jika disafiliasi atau perpindahan agama menjadi hal yang umum di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar–seperti yang terjadi sekarang di beberapa negara dengan populasi Kristen yang besar–tren itu dapat memperlambat atau membalikkan peningkatan jumlah Muslim. (#)
Mohammad Nurfatoni, dari berbagai sumber