
Melalui kajian bertema “Syukur sebagai Kunci Bertambahnya Nikmat”, SD Muhammadiyah 1 Krian mengajak keluarga besar sekolah merenungkan pentingnya syukur sebagai fondasi spiritual di bulan Ramadan.
Tagar.co – Sore itu, Sabtu (22/3/2025), suasana di halaman dan Masjid Baiturrahman SD Muhammadiyah 1 Krian terasa berbeda. Para undangan yang datang bukan sekadar untuk berbuka puasa bersama, tetapi juga mengikuti sebuah kajian Ramadan yang menggugah hati.
Dengan balutan semangat kekeluargaan dan spiritualitas Ramadan, SD Muhammadiyah 1 Krian (SD Sakri) Sidoarjo, Jawa Timur, menggelar acara rutin tahunannya: kajian menjelang berbuka yang dirangkai dengan buka puasa bersama dan pembagian donasi kepada anak-anak yatim dan duafa. Kegiatan ini menjadi ruang silaturahmi sekaligus refleksi keagamaan bagi seluruh warga sekolah.
Baca juga: Ramadan Menyatukan: Bukber SD Sakri Jadi Momen Istimewa
Acara dibuka khidmat dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an dari Surah Ali Imran 102–105. Empat siswa pilihan tampil bergiliran: Hilma Mumtazah Shofwan Fillah (kelas 3 Abu Bakar), Nayla Imtiyaz Hurin’in Binti Zakariya (kelas 2 Abu Bakar), Zakiyyah Risakti Queenina, dan Zahra Ratifa Rahmani (keduanya dari kelas 6 Khalid bin Walid). Suara mereka mengalun tenang, menyejukkan suasana dan menjadi pembuka yang menyentuh hati.
Setelah sambutan dari Kepala SD Muhammadiyah 1 Krian, Arum Ndalu, S.Pd., M.Pd., dan Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Krian, Emil Muktar Efendi, S.Kom., acara inti pun dimulai tepat pukul 16.30 WIB. Ustaz Sulthon Dedi Wijaya, M.Pd., yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua PCM Krian Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah, memimpin kajian bertema “Syukur sebagai Kunci Bertambahnya Nikmat.”

Dalam ceramahnya, Ustaz Sulthon menekankan pentingnya menjaga hati agar tidak lalai dari rasa syukur. “Siraman rohani dibutuhkan agar jiwa tidak kering dari asma Allah. Rasa syukur adalah kunci yang membuka pintu nikmat berikutnya,” ujarnya di hadapan para guru, karyawan, komite sekolah, wali murid, serta anak-anak yatim dan duafa dari panti asuhan sekitar.
Kajian selama 45 menit itu tak hanya menyentuh sisi religius, tetapi juga membangkitkan kesadaran kolektif akan makna Ramadan sebagai momen perenungan dan perbaikan diri.
Arum Ndalu menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah menjadi agenda tahunan. “Ini momen untuk mempererat silaturahmi antarguru dan karyawan. Harapannya, dengan suasana yang harmonis, gairah untuk mendidik dan berkarya juga semakin meningkat,” tuturnya.
Tidak hanya memberikan pencerahan rohani, kegiatan ini juga menyelipkan nilai kepedulian sosial. Donasi disalurkan kepada anak-anak yatim dan duafa, sebagai wujud nyata praktik syukur dan berbagi kebahagiaan di bulan suci.
Ramadan memang tak sekadar soal menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang mengasah rasa—terutama rasa syukur. Dan sore itu, di SD Muhammadiyah 1 Krian, syukur tak hanya diucapkan, tetapi juga dirayakan bersama. (#)
Jurnalis Yanuarti Pangestuningtyas Penyunting Mohammad Nurfatoni