Telaah

Sunah Allah

×

Sunah Allah

Sebarkan artikel ini
Apa yang dimaksud dengan sunah? Apa artinya sunah Allah? Bagaimana sunah Allah? Apa akibat dari pelaksanaan sunah Allah? Bagaimana pula akibat pelanggaran sunah Allah? 
Maksud Sunah Allah (ilustrasi freepik.com premium)

Apa yang dimaksud dengan sunah? Apa maksud sunah Allah? Bagaimana sunah Allah? Apa akibat dari pelaksanaan sunah Allah? Bagaimana pula akibat pelanggaran sunah Allah? 

Oleh Ustaz Ahmad Hariyadi, M.Si, Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam An-Najah Indonesia Mandiri (STAINIM).

Tagar.co – Maksud sunah berarti jalan, cara, atau aturan. Secara istilah berarti keseluruhan perilaku (ucapan, perbuatan, dan takrir) Nabi Muhammad Saw yang dipandang sebagai contoh pelaksanaan Al-Qur’an. Sedangkan dalam fikih Islam, sunah berarti suatu perkara yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. 

Kata sunah dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 14 kali beberapa di antaranya: Al-Isra’/17:77, Al-Ahzab/33:38, Al-Fath/48:23, dan lain-lain. Sedangkan sunan (bentuk jamak dari sunah) disebut sebanyak dua kali yaitu dalam surat Ali Imran/3:137 dan An-Nisa/4:26.

Baca juga: Syariat Universal

Penggunaan kata sunah dalam Al-Qur’an senantiasa dikaitkan dengan Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya: “Sebagai sunah Allah yang berlaku atas orang-orang terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapat perubahan pada sunah Allah.” (Al-Ahzab/33:62, baca juga Al-Mu’min/40:85, Al-Fath/48, dan lain-lain). 

Hukum Allah pada Alam Semesta

Dilihat dari konteks kalimat yang digunakan sunah berarti aturan atau ketetapan. Sunah Allah berarti aturan atau hukum-hukum yang berlaku terhadap alam semesta termasuk yang berada di dalamnya. Sunah al-awalin berarti ketetapan Allah yang telah berlaku terhadap orang-orang yang terdahulu. 

Sunah Allah memuat tentang hukum-hukum yang berlaku terhadap alam, hukum yang berkaitan dengan manusia sebagai pribadi (karakteristiknya), dan hukum-hukum sosial yang berlaku di masyarakat.

Baca Juga:  Syura, Samakah dengan Demokrasi?

Baca juga: Ijtihad dalam Hukum Islam

Sunah Allah bersifat objektif. Jika seseorang menanam padi, maka akan tumbuh padi, tanpa melihat siapa yang menanam dan apa agamanya. Jika seseorang mendirikan rumah bertingkat tanpa penangkal petir, sementara orang kafir membuat rumah dengan ketinggian yang sama maka rumah orang Muslim tersebut mempunyai peluang yang lebih besar untuk hancur terkena petir. 

Sunah Allah itu bersifat pasti. Artinya jika prasyarat terjadinya sesuatu terpenuhi, maka sesuatu itu akan terjadi. Air pada tekanan 1 atmosfer dan suhu 100°C, maka pasti mendidih.  

Baca jugaSyafaat Menurut Al-Qur’an

Semakin sering seseorang (ilmuwan) mengadakan pengamatan dan penelitian akan semakin banyak sunah-sunah Allah yang bisa dipahami. Semakin banyak sunah-sunah Allah yang dipahami oleh manusia, akan semakin baiklah manusia itu memerankan tugas kekhalifahan di muka bumi. 

Hikmah Sunah Allah

Dari sunah Allah yang telah berlaku bagi umat-umat terdahulu, kita bisa mengambil pelajaran ketidakadilan, kemalasan, kesewenang-wenangan, kesombongan—yang ditandai dengan penolakan berlakunya syariat Islam—merupakan awal kehancuran yang akan diderita kaum itu. Tugas kita bersama, mempelajari dan mencari sunah-sunah Allah yang bisa menghantarkan umat Islam menuju kejayaannya. 

Kemunduran peradaban umat Islam saat ini, karena mereka telah keluar dari sunah Allah yang akan mengantarkannya ke peradaban yang cemerlang. Dan selamanya akan seperti ini, kecuali jika umat Islam menginginkan perubahan. (#)

Baca Juga:  Raja', Berharap Hanya pada Allah

Penyunting Mohammad Nurfatoni