Israel artinya hamba Allah. Dia adalah gelar Nabi Ya’qub, anak Nabi Ishak, cucu Nabi Ibrahim. Bani Israel memiliki kelebihan akal dan skill dibanding kaum yang lain, namun memiliki perangai sulit diatur, sombong, dan semaunya sendiri.
Tagar.co – Di tengah masih berlangsungnya penjajahan Bani Israel terhadap bangsa Palestina penting bagi kita memahami perilaku mereka yang dengan bangga melakukan genosida padahal menyembah Tuhan yang sama.
Dalam Al-Quran ada Surat Al-Isra yang banyak menerangkan tentang sikap dan perilaku Bani Israel. Israel artinya hamba Allah. Dia adalah gelar Nabi Ya’qub, anak dari Nabi Ishak, cucu dari Nabi Ibrahim. Bani Israel memiliki kelebihan akal dan skill dibanding kaum yang lain, namun memiliki peringai sulit diatur, sombong, dan semaunya sendiri.
Penyakit umum orang yang pintar adalah sombong. Perilaku ini juga disebutkan dalam Al-Isra 4 dan 5: Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.”
Karena itulah mayoritas Rasul diutus untuk mendidik Bani Israel, meskipun setiap umat memiliki rasul atau utusan, sebagaimana disebutkan dalam Surat An-Nahl 36: “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setip umat (untuk menyerukan), Sembahlah Allah, dan jauhilah Thahgut, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunju oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
Baca juga: Mitsaqan Ghalizhan, Tiga Perjanjian yang Kokoh
Kitab suci Nabi Musa yang disebut Taurat yang berarti hukum, karena tema sentral ajaran Nabi Musa adalah hukum untuk mendidik Bani Israel. Ratusan tahun Bani Israel diperbudak oleh bangsa Mesir, yang menyebabkan mereka mengidap mentalitas budak, yaitu tidak bisa disiplin. Budak itu hanya mau bekerja kalau ada ancaman: dicambuk, diperintah, dan sebagainya. Padahal, disiplin itu menghendaki kemampuan untuk memerintah diri sendiri.
Umat seperti itulah yang dihadapi Nabi Musa. Maka dari itu, agama yang diturunkan oleh Allah kepada Musa yang relevan untuk kaumnya ialah agama hukum. Dimulai dengan diturunkannya The Ten Commandements yang merupakan perjanjian antara Allah dengan Bani Israil atau mîtsâq yang diturunkan di Gunung Sinai yang diisyaratkan dalam sumpah Allah dalam Surah At-Tîn.
Pohon Tin sebagaimana disebut dalam ayat pertama Surah Al-Tîn mengacu pada suatu sumber makanan utama zaman kuno di daerah pantai timur laut tengah yang seolah-olah merupakan acuan pada budaya kuno terutama budaya Romawi, Yunani, Kortago, Persia, dan sebagainya. Yaita budaya-budaya Aryano dan Semitik.
Kemudian ayat kedua Surah Al-Tin menyebut nama Zaitun yang mengacu pada Bukit Zaitun di Yerusalem. Dari atas bukit itu Nabi Isa pernah mengucapkan pidato yang merupakan prinsip-prinsip perikemanusiaan yang sangat tinggi, yang intinya ialah kasih antarsesama manusia.
Baca juga: Saladin Camp: Misi Membebaskan Baitulmaqdis Kembali Digelar
Ayat ketiga surat At-Tin menyebut gunung Sinai. Di situlah tempat diturunkannya The Ten Commandements yang menjadi inti dan permulaan dari Taurat yang menjadi dasar mendidik bani Israel. Ayat keempat menyebutkan sebuah negeri yang aman. Maksudnya ialah Makkah dengan kakbah didalamnya yang menjadi kiblat umat islam seluruh dunia.
Nabi Musa hanya sampai pada tugas mendidik Bani Israil untuk taat pada hukum dengan jalan sembahyang menghadap sebuah kota yang kota itu isinya ialah teks dari The Ten Commandements yang dalam Al-Quran disebut Tabut.
Selama 40 tahun Nabi Musa mendidik kaum seperti itu dengan korban yang luar biasa banyaknya. Ribuan orang dia bunuh karena tidak mau taat pada hukum. Tapi setelah 40 tahun, dibentuklah sebuah bangsa. Sebuah komunitas yang teratur dan tunduk pada hukum yang dalam bahasa Ibrani disebut Medinat (bahasa Arabnya Madinah), suatu pola kehidupan menetap yang tunduk pada hukum.
Kota Peradaban Palestina
Pada masa Nabi Daud sekitar 200-an tahun setelah Nabi Musa dibangunlah Masjidaqsa. Palestina menjadi kota yang berperadaban. Kota itu ditaruh dalam kemah besar yang oleh Bani Israel disebut Miskan atau Maskan, yaitu tempat tinggal. Maksudnya, tempat tinggal Allah Swt. Suatu ide yang sama dengan ide Baitullah (rumah Allah). Bahasa Ibraninya Badabaneitel Beit artinya rumah, el artinya Allah. Kemah besar itulah yang dalam bahasa Latin disebut Taber Nakel. Yaitu, ruang besar tempat diadakan upacara-upacara suci keagamaan.
Inilah modal bagi Bani Israil di bawah Daud untuk melaksanakan rencana yang lebih lanjut yaitu kembali ke Kanaan, tanah yang dijanjikan (al-ardh al-muqaddasah) dan direbutlah Yerussalem. Maka, Daud pun memilih salah sata bukit di tengah Yerusalem itu yang disebut Bukit Muria. Di bukit datar itulah dia mendirikan Taber Nakel-nya tadi. Miskan yang besar dan diletakkan Tabut. Maka, di sana mereka sembahyang.
Baca juga: Nenek Moyang Nabi Muhammad dan Keistimewaan Keluarganya
Lalu dipilih lagi satu bukit, di mana Daud mendirikan istananya. Itulah Bukit Zion atau Suhyun. Maka gerakan orang Yahudi untuk pindah ke Palestina itu disebut Zionisme. Artinya kerinduan kepada Bukit Zion di mana dulu berdiri istana Nabi Daud. Dalam rangka mengembalikan kekuasaan Dinasti Daud. Karena orang Yahudi percaya bahwa sebelum kiamat ini terjadi, dunia akan dikuasai oleh anak keturunan Daud.
Ketika Nabi Sulaiman menggantikan Daud, kemah tadi itu diganti dengan bangunan yang besar, indah, dan mewah sekali. Itulah yang disebut Masgit dalam bahasa Ibraninya. Yaitu sebuah masjid yang orang-orang Makkah menyebutnya sebagai Masjidilaqsa. Karena jauh dari Makkah. Kadang- kadang juga disebut Haikal Sulaiman. Yang menjadi dasar bagi istilah Inggris Solomon Temple. Didirikan kira-kira 3000 tahun yang lalu. Berarti 1000 tahun lebih muda daripada Kabah di Makkah yang didirikan kembali oleh Ibrahim bersama putranya Ismail sekitar 4000 tahun yang lalu. Inilah yang dihancurkan oleh Nebukadnezar setelah berdiri sekitar 500 tahun.
Kemudian bangsa Yahudi diboyong ke Babilonia dan dijadikan budak. Lalu dibebaskan bangsa Persi di bawah Raja Darius yang menang perang dengan Babilonia. Orang Yahudi kemudian dibolehkan kembali ke Palestina dan mendirikan kembali masjid tadi. Masjid Yerussalem itulah yang dalam literatur Inggris biasa disebut The Second Temple.
Karena itulah tanah Palestina dengan tempat ibadahnya menjadi kota suci yang diyakini oleh tiga agama samawi, Yahudi, Nasrani, dan Islam. (#)
Disarikan dari buku khotbah jumat Nurcholis Madjid tentang Isra Mikraj.
Penulis Aji Damanuri Penyunting Mohammad Nurfatoni