
Siswa Mugeb School diajak menghindari perilaku flexing. Hal ini terjadi ketika siswa Spemdalas menyampaikan Kalimah, kajian keputrian tiap Jumat.
Tagar.co – Jarum jam menunjukkan pukul 11.30 WIB. Seorang siswi berjas Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) melangkah memasuki ruang Perpustakaan Al Hikmah Library SD Muhammadiyah 1 GKB (Mugeb School) Gresik yang sudah dipenuhi siswi kelas III dan IV.
Ialah Anisa Faizah Rahmah Triyasmin, siswi kelas IX SMP Muhammadiyah 12 (Spemdalas) GKB Gresik. Anisa sedang menjalankan tugas berdakwah di program keputrian keliling yang biasa dikenal “Kalimah”.
Di hadapan siswi yang sudah memakai mukenah dan membentuk saf, Anisa menjelaskan tentang flexing.
“Flexing itu perilaku pamer berlebihan baik di medsos maupun di kehidupan sehari-hari. Kalau flexing, mendapat dosa,” ujarnya, Jumat (7/2/2025).
Ia kemudian mencontohkan perilaku flexing. Seperti memamerkan foto atau video saldo rekening atau harta kekayaan lainnya.
Guru pendamping dari Mugeb School, Septemdira Intan Sari, M.Pd., kemudian menambahkan. “Kemarin aku habis beli kue enak banget, lho! Aku lho habis juara I! Ini model terbaru guys, keren banget, kan?” contohnya.

Pamer Aurat
Ustazah Sari, panggilan akrabnya, menyadari, tujuan anak-anak cerita begitu mungkin berbagi kegembiraan setelah dibelikan gadget baru oleh orangtuanya. Namun ia memperingatkan, “Hati-hati, tidak semua teman kita bisa ikut senang dengan kesenangan yang kita miliki.”
Guru berkacamata ini juga menegaskan, flexing termasuk memamerkan aurat. “Aurat dari kata awira, hilang rasa. Maksudnya hilang rasa malu. Padahal kita harus punya rasa malu supaya kita terlindung dari pikiran buruk orang lain tentang kita,” jelas Sari.
Menceritakan berlebihan kenapa tidak baik? Sari mengungkap, karena bisa memicu perasaan iri atau hasad. Akhirnya, bisa menimbulkan penyakit ain. “Siapa yang pernah dengar penyakit ain?” Anak-anak banyak yang menyangka tangan kanannya.
Kata Sari, penyakit ain itu bisa dialami seseorang bukan karena dosa atau gaya hidup kurang sehat, tapi karena ada orang lain yang sakit hati. Maka harus berhati-hati dalam menceritakan kebahagiaan yang mereka peroleh.
Pertanyaan berikutnya, mengapa kita tidak pantas melakukan flexing? “Karena kita cuma makhluk. Kita nggak punya kekuatan apa-apa selain dari Allah. Allah yang maha tinggi. Mau pamer kekayaan? Allah jauh lebih kaya. Allah sebagai pemilik rezeki kita,” jelasnya.
Sari menekankan, ini sebagaimana zikir, “Laa haula walaa quwwata illa billah. Artinya, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah.”

Cara Hindari Flexing
Dengan percaya diri, Anisa mengungkap dalil yang tercantum dalam surat Luqman ayat 18.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Kata Anisa, penyebab flexing ialah rendahnya percaya diri dan ingin lebih dari orang lain. Adapun dampak buruk flexing ialah membuat orang di sekitarnya kurang percaya diri dan memunculkan kecemburuan sosial.
Anisa lantas membagikan empat cara menghindari flexing. Pertama, meningkatkan percaya diri. Kedua, selalu bersyukur kepada Allah Swt. Ketiga, fokus dengan diri sendiri. Keempat, berhenti mencari pengakuan atau pujian dari orang lain.
Terakhir, ia menyarankan, “Kalau ada teman flexing, kasih tahu jangan flexing. Kalau masih flexing, biarkan saja karena dia akan capai sendiri.”
Kajian siang itu berakhir ketika azan duhur berkumandang. Suasana perpustakaan sunyi karena siswa maupun guru fokus mendengar dan menjawab azan. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni