Fenomena siklus tidak hanya berlaku bagi mekanisme pembaruan sumber daya alam. Banyak sisi sosial kehidupan kita, tak lepas dari proses siklus.
Opini oleh Mohammad Nurfatoni, Direktur Penerbit Kanzun Book.
Tagar.co- Siklus adalah salah satu fenomena alam yang sangat berharga. Salah satunya karena dengan siklus, sebagian sumber daya alam mengalami proses pembaruan, yang kita kenal dengan renewable natural resource (sumber daya alam yang dapat diperbarui).
Karena mengalami siklus, air tak pernah habis terpakai. Dia mengalami proses perputaran dan perpindahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Demikian pula dengan gas oksigen atau karbondioksida. Juga unsur-unsur alam lainnya.
Siklus Sosial
Apa yang menarik dari siklus itu bagi kehidupan sosial kita? Ternyata fenomena siklus tidak hanya berlaku bagi mekanisme pembaruan sumber daya alam. Banyak sisi sosial kehidupan kita, tak lepas dari proses siklus.
Siklus terbesar dan terpenting adalah siklus kehidupan manusia. Diawali dari mati, menjadi hidup, kemudian mati, dan hidup lagi (Al-Bagarah/2:28).
Dalam kehidupan yang kedua pun (dunia), terjadi siklus. Lahir sebagai bayi, manusia tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak, remaja, pemuda, menuju dewasa (sebagai puncak pertumbuhan), dan akhirnya berubah tua.
Baca juga: Disiplin
Secara biologis, kondisi manusia tua adalah akhir dari pertumbuhan, yang berarti awal bagi penyusutan-penyusutan materi. Gigi tanggal, kulit menjadi keriput, rambut ubanan. Para ahli psikologi, menjelaskan bahwa kondisi psikologi orang tua, (kembali) seperti anak-anak.
Siklus Manajemen
Perusahaan yang manajemennya memperlakukan karyawan dengan buruk, maka para karyawannya akan memberikan pelayanan yang buruk pula. Jika eksekutif top memperlakukan manajer kelas menengah dengan kasar tanpa rasa hormat, maka manajer kelas menengah akan meniru sang eksekutif dengan bertindak sama terhadap bawahannya.
Proses ini terus berlangsung sampai pada orang terakhir dalam rantai organisasi perusahaan tersebut. Inilah yang disebut siklus dalam manajemen.
Lantas kepada siapa orang terakhir dalam perusahaan tersebut meneruskan siklus buruk itu; sebab tak ada lagi seorang pun di perusahan yang bisa ditindasnya? Siapa lagi kalau bukan konsumen.
Ya, akhirnya konsumen yang menjadi korban. Jika para karyawan mendapat perlakuan acuk tak acuh dari manajemen, maka mereka tak akan ambil pusing terhadap keluhan konsumen.
Baca juga: Kambing Hitam
Dan konsumen? Tentu, perlakuan buruk yang diterimanya akan menjadi bahan pertimbangan untuk tidak lagi memakai jasa perusahaan tersebut.. Atau malah meneruskan cerita perlakuan buruk itu pada konsumen lain.
Lantas, mengapa kita tidak membuat siklus dengan nilai-nilai positip. Para manajer yang berkeinginan untuk memperbaiki pelayanan perusahaannya, mereka mesti memperlakukan karyawannya secara sama dengan cara yang mereka kehendaki diambil oleh para karyawannya dalam memperlakukan konsumen.
Mereka harus memberikan pelayanan kepada karyawan secara bersahabat, positif, menolong dan efisien, yang pada proses selanjutnya, akan membuat karyawan mampu melayani pelanggan secara lebih haik.
Dalam pada itu, gaji yang layak juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Charlie O Trevor dan John Boudreau, peneliti dari Universitas Cornell, bersama Barry Gerhart dari Universitas Vanderbilt dalam Journal of Applied Psychology edisi Pebruari 1997, seperti dikutip Kompas (22/2/1997) memaparkan bahwa kunci untuk membuat betah karyawan berkinerja tinggi dalam sebuah perusahaan ternyata sederhana saja: bayarlah mereka dengan gaji yang selayak-layaknya.
Gaji yang tinggi, ternyata membantu membuat karyawan dari yang berkinerja rendah sampai yang berkinerja tinggi bertahan. Karena mereka yang berkinerja tinggi dapat dengan mudah mencari pekerjaan alternatif, kepindahan mereka ke perusahaan lain sangat bergantung pada kepuasan dan situasi pekerjaan mereka dan kuncinya justru pada gaji yang selayak-layaknya tadi.
Unsur apapun yang bernilai positif, akan membentuk siklus yang positif. Peningkatan kinerja karyawan akan berpengaruh pada peningkatan kinerja perusahaan. Dan keuntungan yang diperoleh dari peningkatan kinerja itu, akan berpengaruh terhadap penetapan struktur gaji yang selayak-layaknya. Terus begitu. Inilah siklus. (#)