FeatureUtama

Sepertiga Anak-Anak Indonesia Sekolah di Swasta

×

Sepertiga Anak-Anak Indonesia Sekolah di Swasta

Sebarkan artikel ini
Mendikdasmen Abdul Mu’ti wartawan usai mengikuti acara Membangun Sinergi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Bermutu untuk Semua. Sepertiga Anak-Anak Indonesia Sekolah di Swasta

Sepertiga dari anak-anak Indonesia saat ini belajar di swasta. Mendikdasmen Abdul Mu’ti mengungkapkan hal itu dalam acara Membangun Sinergi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Bermutu untuk Semua bersama ormas penyelenggara pendidikan.

Tagar.co – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyelenggarakan kegiatan Silaturahmi dan Diskusi Pendidikan antara Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) bersama Organisasi Masyarakat (Ormas) Penyelenggara Pendidikan dengan tajuk “Membangun Sinergi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Bermutu untuk Semua” di Jakarta, Senin (18/11/2024).

Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk membangun komunikasi antara Kemendikdasmen dengan organisasi masyarakat penyelenggara pendidikan, mengidentifikasi masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan, merumuskan rekomendasi kebijakan pendidikan yang dapat mendukung perkembangan pendidikan nasional, serta membangun kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan merata.

Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program Kemendikdasmen Mendengar.

Kemendikdasmen, ucap Mu’ti, berusaha untuk mendapatkan masukan dari berbagai pihak terkait dengan penyelenggaraan pendidikan nasional, khususnya dalam kaitan dengan kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat.

“Saya ingat sekali waktu acara di Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia, seorang bapak bertanya apa posisi kami menurut Kementerian, dan kami jawab bahwa swasta adalah mitra dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah,” kata Mu’ti dikutip dari siaran pers Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Sekjen Kemedikdasmen, yang diterima Tagar.co Selasa (19/11/2024) siang.

Baca Juga:  Pesantren Kauman Muhammadiyah Padang Panjang Butuh Pengembangan melalui Wakaf Uang

“Berdasarkan data, satu dari tiga murid itu belajar di swasta, berarti sepertiga dari anak-anak bangsa ini belajar di swasta. Sehingga kehidupan dan keberlangsungan pendidikan swasta ini akan sangat menentukan keberhasilan pendidikan nasional,” lanjutnya.

Baca juga: Indonesia Punya 53 Juta Murid, Hampir Separuh di SD

Mu’ti mengungkapkan, audiensi yang diajukan kepada Kemendikdasmen sangatlah banyak, sehingga tidak mungkin dapat menerimanya satu per satu. “Melalui kegiatan seperti sekarang ini, mudah-mudahan aspirasi yang selama ini mungkin belum tersampaikan dapat secara langsung disampaikan kepada kami,” ujarnya.

Dia berharap, masukan-masukan terkait dengan beberapa hal yang selama ini menjadi perhatian publik dan bagian dari persoalan yang memang harus dicari jalan keluarnya.

“Kami akan mendengar dan juga akan mengkaji dengan seksama masukan-masukan yang disampaikan oleh Bapak-Ibu sekalian. Tentu kami tidak akan memberikan jawaban dan tanggapan atas masukan Bapak-Ibu sekalian, tapi itu semuanya akan kami catat sebagai salah satu dari masukan-masukan yang memang juga kami minta dari masyarakat dan berbagai unsur yang lainnya,” tutur Mu’ti.

Mendikdasmen Abdul Mu’ti (kanan) bersama salah satu peserta Membangun Sinergi untuk Mewujudkan Pendidikan yang Bermutu untuk Semua.

Sepertiga Sekolah di Swasta

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, dalam laporannya menyampaikan bahwa berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sekitar sepertiga dari total siswa di sekolah formal (SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB) bersekolah di sekolah swasta. Angka ini setara dengan 10 juta siswa dari total 33 juta siswa.

Baca Juga:  Gerakan Kawal Putusan MK: Dari Tagar ke Pagar Berbeton

Lebih lanjut, Suharti mengatakan, bahwa data tersebut menunjukkan bahwa proporsi siswa berkebutuhan khusus (SLB) yang bersekolah di sekolah swasta tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan yang bersekolah di sekolah negeri. Sedangkan untuk tingkat SMA, jumlah sekolah swasta bahkan melebihi sekolah negeri sekitar 300 sekolah.

Data tersebut mengungkapkan bahwa jumlah sekolah SMK swasta mencapai tiga kali lipat dari jumlah sekolah SMK negeri, yakni sekitar 10.500 sekolah dibandingkan dengan 3.740 sekolah negeri. Sementara itu, untuk tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD), jumlah siswa yang dididik di lembaga swasta mencapai 3 juta anak, jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa di lembaga negeri yang hanya sekitar 20 ribu anak.

“Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peran sekolah swasta dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat signifikan. Sekolah swasta berkontribusi besar dalam upaya meningkatkan mutu dan aksesibilitas pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat,” imbuh Sesjen Suharti.

“Dengan mengundang Bapak/Ibu dari organisasi masyarakat penyelenggara pendidikan, kami ingin belajar dari praktik terbaik dalam mengelola satuan pendidikan swasta yang efisien dan efektif. Kami berharap melalui kolaborasi ini, kita dapat merumuskan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,” tutur Suharti.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Himpunan Sekolah dan Madrasah Islam Nusantara (Hisminu), Z. Arifin Junaidi, menyampaikan apresiasinya atas diselenggarakannya kegiatan ini karena telah melibatkan lembaga pendidikan swasta dan momen ini merupakan yang pertama kali dilakukan.

Baca Juga:  PR Muhammadiyah Magetan setelah Kelola Panti Asuhan Tahfizul Qur'an

Ketua Bidang Garapan Pendidikan Dasar dan Menengah Umum Persatuan Islam (Persis), Darwis, menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya telah dilibatkan dalam kegiatan ini. Ia berharap, kegiatan ini menjadi agenda rutin mempertemukan pemerintah dengan pihak swasta. “Mudah-mudahan lembaga pendidikan swasta dapat terlibat langsung dalam penyusunan kebijakan,” tutupnya.

Dalam kegiatan ini turut hadir Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat; Inspektur Jenderal, Chatarina Muliana Girsang; Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Iwan Syahril; Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan, Nunuk Suryani; Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin; dan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, Anindito Aditomo.

Penyunting Mohammad Nurfatoni