Telaah

Sembilan Kalimat Tayibah: Menghidupkan Iman, Menguatkan Hati

378
×

Sembilan Kalimat Tayibah: Menghidupkan Iman, Menguatkan Hati

Sebarkan artikel ini
Alhmadulillah (Ilustrasi freepik.com premium)

Di tengah dunia yang riuh, sembilan kalimat tayibah ini menjadi pelita batin. Mereka bukan hanya kata, melainkan zikir hidup yang membimbing jiwa menuju ketenangan, keikhlasan, dan kemurnian iman.

Oleh Muhammad Hidayatulloh Kepala Pesantren Kader Ulama Pondok Pesantren Islamic Center (PPIC) Elkisi Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur; Penulis buku Geprek! Anti Galau Rahasisa Resep Hidup Enjoy

Tagar.co – Kalimat-kalimat ini bukan sekadar ucapan. Mereka adalah napas spiritual yang mengalirkan kehidupan ke dalam jiwa. Ringan di lisan, tapi berat di timbangan. Bukan sekadar kata, tetapi bāqiyāt ṣāliḥāt—amal yang kekal.

1. Basmalah (بِسْمِ اللّٰهِ)

Bismillāh
Bukan hanya pembuka, tetapi penyerahan.
Ia bukan sekadar suara dari mulut, tapi gema dari hati yang berkata:
“Aku tak melangkah kecuali dengan izin-Mu.”
Allah hadir sejak kata pertama.

“Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Al-Muzzammil: 8)

2. Hamdalah (ٱلْـحَمْدُ لِلَّٰهِ)

Alhamdulillāh
Pujian ini bukan hanya untuk saat senang.
Ia keluar dari mulut orang yang kehilangan, tapi masih percaya.
Dari hati yang jatuh, tapi tetap bersyukur.
Ia adalah pengakuan:
“Apa pun yang terjadi, Engkau tetap layak dipuji.”

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitungnya.” (Ibrahim: 34)

Baca Juga:  Ikhtiar Ilmiah Santri eLKISI: Bedah Buku 10 Karya Menuju Khotbatul Wada bersama Wamendikdasmen

Baca juga: Bismillah: Jembatan Rohani antara Hamba dan Tuhan

3. Tahlil (لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ)

Lāilāhaillallāh
Bukan sekadar kalimat.
Ini adalah perisai. Pondasi. Harga diri ruhani.
Ia meruntuhkan berhala-berhala modern: ego, cinta palsu, dunia fana.
Ia adalah keputusan hidup.

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘Lā ilāha illallāh’, maka dia akan masuk surga.” (H.R. Abu Dawud)

4. Takbir (اللَّهُ أَكْبَر)

Allāhu akbar
Saat dunia terasa terlalu besar, kalimat ini mengkerdilkannya.
Saat ketakutan mendominasi, kalimat ini membebaskan.
Ia adalah pekik langit dari hati yang tak mau tunduk selain kepada-Nya.

“Dan agungkanlah Tuhanmu.” (Al-Muddatsir: 3)

5. Tasbih (سُبْحَانَ اللَّهِ)

Subhānallāh
Bukan hanya kekaguman pada keindahan.
Tapi pernyataan bahwa Tuhan tak pernah salah.
Saat hidup terasa tak adil, kalimat ini menjadi saksi bahwa kebijakan-Nya selalu benar.

“Mereka bertasbih kepada-Nya malam dan siang tanpa henti.” ( Al-Anbiya: 20)

6. Haukalah (لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ)

Lāḥawla walā quwwata illābillāh
Diucapkan bukan karena kuat, tetapi karena lemah.
Karena sudah tak tahu harus bagaimana, tapi masih ingin hidup dalam kuasa-Nya.
Kalimat ini keluar dari jiwa yang berserah, bukan menyerah.

Baca Juga:  Dua Pasang Hamdalah yang Membahagiakan Pemiliknya

“Perbanyaklah mengucapkan ‘Lā ḥawla wa lā quwwata illā billāh’, karena ia termasuk perbendaharaan surga.” (H.R. Bukhari)

7. Istigfar (أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ)

Astaghfirullāh
Tangisan tanpa air mata. Sujud tanpa suara.
Bisikan rindu untuk kembali pulang.
Dari hati yang pernah sombong, lupa, dan kini ingin kembali jadi hamba.

“Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, lalu bertobatlah kepada-Nya. Niscaya Dia akan memberi kenikmatan kepadamu.” (Hud: 3)

8. Tawakal (حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ)

Ḥasbunallāh wa ni‘mal-wakīl
Kalimat para pejuang.
Yang tak punya panggung, tak punya suara, tapi punya Tuhan.
Saat semua pintu tertutup, langit tetap terbuka.
Kalimat ini bukan untuk pengecut, tapi untuk yang tahu:
cukup Allah saja.

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran: 173)

9. Istirja (إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ)

Innālillāhi wainnāilaihi rāji‘ūn
Bukan hanya untuk kematian.
Ia adalah pengingat bahwa setiap kehilangan adalah bagian dari pemulangan.
Kita ini milik. Dan yang berhak mengambil hanya Dia.
Semoga kita kembali dalam keadaan utuh.

Baca Juga:  Menjadi Hamba Sejati di Padang Arafah

“Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.’” (Al-Baqarah: 155–156)

Kalimat yang Kekal

Kalimat-kalimat ini bukan sekadar untaian bunyi.
Mereka adalah napas abadi yang tetap hidup—bahkan saat kita mati.

Allah menyebutnya dalam Al-Qur’an: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal-amal yang kekal lagi saleh (al-bāqiyāt aṣ-ṣāliḥāt) lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik untuk menjadi harapan.”( Al-Kahfi: 46)

Para ulama menafsirkan al-bāqiyāt aṣ-ṣāliḥāt sebagai kalimat-kalimat mulia ini:
Basmalah, Hamdalah, Tahlil, Takbir, Tasbih, Istighfar, Hauqalah, Tawakal, dan Istirja’.

Mereka adalah warisan hati yang tak lekang.
Saat semua harta dan pengikut lenyap, yang tersisa adalah
“Lāilāhaillallāh” dan “Alhamdulillah” yang tertanam dalam jiwa. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni