Belajar tak mengenal tanggal merah. Meski hari Ahad, empat guru asal Kota Mojokerto semangat mempelajari Mushaf Al-Qur’an Isyarat Indonesia. Salah satu tim penyusun mushaf isyarat itu pun dengan senang hati membimbing.
Tagar.co – Empat peserta duduk di kursi yang tersusun persegi (13/10/2024). Peserta perempuan duduk di kursi sisi timur, sedangkan laki-laki di sisi barat.
Peserta perempuan terdiri dari Ketua Ranting Muslimat NU Prajuritkulon Siti Chuslikah dan Anggota Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Mojokerto Raminten. Sehari-harinya Likha dan Raminten sama-sama aktif mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ).
Adapun peserta laki-laki terdiri dari Guru SLB ACD Pertiwi Abdul Manaf, S.Pd. dan Guru SLB B Pertiwi Kota Mojokerto Isbat Nasrin, S.Pd. Keempatnya diutus Baznas Kota Mojokerto untuk berguru langsung kepada Ketua Yayasan Baitul Insan Nur Innik Hikmatin, S.Pd., M.Pd.I asal Kabupaten Gresik.
Sejak 2021, Innik dipercaya Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia menjadi tim penyusun Pedoman Mushaf Membaca Al-Qur’an bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW). Hingga kini, terbitlah pedoman tersebut beserta Juz Amma Isyarat Metode Kitabah dan Al-Qur’an Isyarat.
Kesempatan belajar langsung secara privat dengan Innik yang kini juga menjabat Ketua PDA Kabupaten Gresik sungguh-sungguh mereka manfaatkan dengan antuasias. Sejak pukul 8.45 WIB, mereka duduk melingkar di ruang rapat lantai 3 Gedung Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Gresik.
Di dalam ruang itu, Innik juga menghadirkan enam PDSRW sebagai fasilitator. Mereka duduk di kursi sisi utara. Ada Achmad Solichul Amri, Mohamat Rizky Khoyrudin, Aisyah Gresseeta Az Zahra, dan Muhammad Dani Ikbar.
Keempat mahasiswa tuli Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) itu binaan Innik sejak masih menjadi Kepala UPT LP ABK Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik. Mereka kini sudah cukup mahir membaca Al-Qur’an Isyarat Indonesia.
Adapula Aisyah Syerviyah yang kini bekerja berjualan membantu ibunya. Juga Zahra Najwa Falsinah. Keduanya sangat lancar membaca Al-Qur’an isyarat.
Baca juga: Mengekalkan Inspirasi dengan Menulis Profil Sekolah
Teman Tuli Perlu Baca Al-Qur’an
Mengapa ada Al-Quran isyarat? Innik menekankan surat Al-Ankabut ayat 45.
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Artinya: “Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Merujuk ayat di atas, Innik menekankan, “Walau mereka tidak mendengar, kita berusaha bagaimana anak dengan gangguan pendengaran bisa mengaji.”
Menurut Innik, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan agama Islam. “Sejak 1994, saya berpikir harus ada metode untuk mereka belajar membaca Al-Qur’an. Lalu saya menyusun Amakasa. Dari SIBI disesuaikan artikulasinya,” kenangnya.
Di samping itu, ia meyakini Al-Qur’an itu obat. Innik menegaskan, bina wicara Al-Qur’an isyarat itu termasuk terapi. Gerr pun pecah ketika peserta ada yang kesulitan mencoba menekuk jarinya sesuai ketentuan.
Baca juga: Peserta Berebut Ruang dan Kursi, UMM Autism Summit 2024 Seru!
Belajar Jilid 1-7
Layaknya belajar mengaji dasar, pelatihan dimulai dari mengaji isyarat jilid 1. Innik mengenalkan Huruf Hijaiyah isyarat satu per satu. Para peserta langsung mengikuti gerakan tangan kanannya.
Usai mengikuti gerakan Innik, peserta diminta menunjukkan Huruf Hijaiyah isyarat berdasarkan kartu Huruf Hijaiyah yang Innik buat. Kata Innik, pada praktiknya, kartu tersebut sangat membantu teman tuli belajar karena mereka tidak mendengar atau pendengarannya terbatas.
Setelah cukup lancar mengenal Huruf Hijaiyah isyarat, mereka lanjut belajar jilid 2. Yakni terkait harakat fathah, kasrah, dan dammah. Berulang kali Innik memastikan gerakan mereka tepat. Perihal membaca Al-Qur’an, huruf Hijaiyah wajib diisyaratkan dengan tepat.
Proses belajar kemudian berlanjut pada jilid 3, tanda baca mati, qalqalah, dan tasydid. Ada bahasa isyaratnya sendiri untuk masing-masing huruf Hijaiyah dengan kondisi ini.
Baca juga: Meriah, Milad Ke-27 IGABA Ngawi
Karena mereka sudah bisa membaca Al-Qur’an, maka jilid 4 tentang Hijaiyah sambung dilewati. Mereka sudah lancar membaca Hijaiyah sambung. Pasalnya, tidak ada perbedaan gerakan isyarat untuk sambung ini.
Peserta diajak langsung belajar jilid 5 tentang bacaan mad dan panjang. Di sini tingkat kesulitan kian bertambah. Ada isyarat tambahan yang Innik ajarkan. Kombinasi isyarat bertambah.
Innik pun mengenalkan perbedaan metode Kitabah dan Tilawah. “Metode Kitabah, semua huruf diisyaratkan untuk membantu teman tuli. Misal huruf Alif di awal kata. Kalau Metode Tilawah, kita hanya mengisyaratkan sesuai dengan bunyi bacaannya,” jelasnya.
Kemudian, mereka belajar jilid 6 tentang huruf muqatta’ah di awal surat dan terakhir jilid 7 tentang tajwid. Perhatian mereka bergantian tertuju kepada Innik maupun layar smart Tv di sisi Innik.
Baca juga: Unik, Kajian Ayah di Warung Kopi
Jadikan Generasi Berkemajuan
Manaf menyatakan sangat tertarik belajar Al-Qur’an isyarat. “Saya kira ini terobosan yang bagus. Terima kasih atas sambutan dan ilmunya. Saya berjanji mengamalkannya,” ujarnya.
Adapun Isbat berharap, “Semoga dengan kita ke sini bisa mendapat ilmu berkah. Kita sampaikan ke murid dan pihak yang membutuhkan.”
Sejalan dengannya, Likha berterima kasih atas sesi belajar dari pagi sampai sore itu. “Alhamdulillah sangat bermanfaat. Ya Allah saya pengin sekali menambah ilmu. Jadi kalau ada anak seperti ini di sana saya bisa mengajarkannya. Insyaallah saya pelajari lagi di rumah,” ungkapnya.
Di ujung sesi Diklat itu, Raminten mewakili PDA Kota Mojokerto mengucapkan terima kasih atas ilmu yang baru ia terima. Ia juga bersyukur, bisa bertemu langsung dengan anak-anak istimewa sehingga bisa menyerap ilmu dari mereka. “Terima kasih atas jamuan semewah ini,” imbuhnya.
“Ke depan semoga bisa bermanfaat di Aisyiyah, menjadikan anak-anak generasi berkemajuan. Meski berkebutuhan khusus, tidak kalah dengan anak lainnya!” harapnya.
Mendengar kesan para peserta, Innik menutup pertemuan sore itu dengan doa, “Semoga hingga ajal menjemput kita terus membaca Al-Qur’an.”
Tak hanya ilmu, para peserta pulang dengan membawa Juz Amma Isyarat Metode Kitabah. (#)
Jurnalis Sayyidah Nuriyah Penyunting Mohammad Nurfatoni