
Jutaan anak muda terhambat biaya, mimpi pendidikan tinggi terancam padam. Sarasehan Nasional Jaringan Beasiswa 2025 membuka harapan: sinergi ciptakan ekosistem beasiswa berkelanjutan, jembatan menuju Generasi Emas 2045.
Tagar.co – Pemerintah bersama berbagai pihak terus berupaya menciptakan ekosistem beasiswa yang tidak hanya memberikan akses pendidikan, tetapi juga memastikan dampak nyata bagi penerima dan pembangunan nasional.
Dalam Sarasehan Nasional Jaringan Beasiswa Indonesia yang digelar pada Rabu (26/2/25), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menegaskan pentingnya beasiswa dalam membentuk generasi unggul yang siap bersaing di tingkat global.
Baca juga: Mendukung Kesejahteraan Musisi, Kemenko PMK Perkuat Regulasi Royalti Hak Cipta
“Beasiswa dapat menjadi jembatan strategis dalam mencetak generasi unggul yang siap menghadapi tantangan global. Beasiswa adalah investasi kita untuk Generasi Indonesia Emas 2045,” ujar Pratikno, yang memberi sambutan secara daring.
Pentingnya ekosistem beasiswa yang berkelanjutan juga disampaikan oleh Dewan Kehormatan Forum Beasiswa Indonesia, Tantowi Yahya. Menurutnya, beasiswa tidak sekadar bantuan finansial, tetapi juga harus mencakup pembinaan karier, pengembangan kapasitas, serta jaringan profesional yang kuat.
“Ekosistem beasiswa yang berdampak membutuhkan sinergi multi-stakeholder untuk menciptakan program beasiswa yang efektif, berkelanjutan, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional,” tuturnya, dikutip dari siaran pers Kemenko PMK yang diterima Tagar.co, Rabu (26/2/25) malam.
Tidak hanya itu, Wakil Ketua Baznas, Mokhamad Mahdum, menegaskan bahwa pendidikan adalah hak setiap individu, dan tidak boleh ada anak yang terhalang untuk bersekolah hanya karena keterbatasan biaya.
“Beasiswa harus berkesinambungan dan terintegrasi, sehingga kita harus terus melakukan perbaikan SOP (standar operasional prosedur). Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan membuat proyek bersama, yang dirancang dan dikembangkan bersama untuk menghasilkan aksi nyata,” jelasnya.
Gagasan besar ini juga didukung oleh Chairman Indonesia Scholarship Center (ISC) Foundation, Didin N. Hidayat, yang menekankan pentingnya dialog dan kolaborasi dalam mengembangkan sistem beasiswa yang lebih baik.
Sementara itu, Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Pendidikan, Achmad Aditya, mengungkapkan bahwa setiap tahunnya sekitar 3,7 hingga 3,8 juta siswa lulus dari SMA/SMK, namun hanya sekitar 1,9 juta yang mampu melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Banyak dari mereka terhambat untuk melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu, beasiswa bukan hanya memberikan kesempatan pendidikan, tetapi juga memberikan harapan bagi generasi muda Indonesia,” ujarnya.
Deputi Kemenko PMK Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan, Ojat Darojat, menyoroti berbagai faktor yang menyebabkan sulitnya akses pendidikan tinggi, seperti kendala ekonomi dan geografis. Menurutnya, beasiswa adalah solusi nyata yang dapat membuka peluang lebih luas bagi anak muda Indonesia.
“Human capital merupakan modal dasar yang sangat penting dalam pembangunan di berbagai sektor. Pemerintah saat ini terus berupaya membangun hilirisasi dan hal ini baru dapat tercapai apabila Indonesia memiliki anak-anak bangsa yang cerdas, terampil, dan mendukung program pemerintah. Oleh karena itu, beasiswa menjadi solusi bagi bangsa untuk mencapai hal tersebut,” tegas Ojat.
Dengan kolaborasi berbagai pihak, ekosistem beasiswa yang inklusif dan berkelanjutan menjadi kunci bagi lahirnya generasi unggul yang siap membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni