Telaah

Salat Tarawih dari Masa Nabi hingga Sahabat

308
×

Salat Tarawih dari Masa Nabi hingga Sahabat

Sebarkan artikel ini
Salat Tarawih satu ibadah khusus di bulan Ramadan. Termasuk qiyamul-lail (salat malam) yang dianjurkan. Dalam pelaksanaannya tidak memberikan batasan jumlah rakaatnya.
Salat berjamaah di Masjid Nabawi.

Di zaman Khalifah Umar bin Khattab, kaum muslimin melaksanakan salat Tarawih berjamaah dengan 20 rakaat.

Tagar.co – Salat Tarawih satu ibadah khusus di bulan Ramadan. Termasuk qiyamul-lail (salat malam) yang dianjurkan. Dalam pelaksanaannya tidak memberikan batasan jumlah rakaatnya.

Hadis dari Aisyah ra menceritakan

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ (رواه البخاري ومسلم)

Dari Aisyah Ummil Mukminin radliyallahu anha, sesungguhnya Rasulullah pada suatu malam salat di masjid, lalu banyak orang salat mengikutinya. Pada hari ketiga atau keempat, jamaah sudah berkumpul  tapi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak keluar menemui mereka. Pagi harinya Rasulullah berkata,”Sunguh aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid karena aku takut sekali bila salat ini diwajibkan pada kalian.” Aisyah berkata,”Hal itu terjadi pada bulan Ramadan.”

Baca Juga:  10 Hari Terakhir Ramadan: Momen Emas Menuju Ampunan dan Kemuliaan

Kemudian dalam hadis riwayat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ ﷺ عَنْ صَلَاةِ اللَّيْلِ، فَقَالَ: “صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى، فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى

Dari Abdullah bin Umar, bahwa ada seseorang bertanya kepada Nabi ﷺ tentang salat malam, maka Nabi bersabda,”Salat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir akan masuk waktu Subuh, hendaklah ia mengerjakan satu rakaat sebagai witir dari salat yang telah ia lakukan.” (HR Bukhari no. 990, Muslim no. 749)

Hadis ini menunjukkan salat malam, termasuk salat Tarawih, boleh dilakukan dengan kelipatan dua rakaat, tanpa batasan tertentu.

Seseorang bisa melaksanakannya dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, dan seterusnya sesuai kemampuan.

Zaman Umar

Sayyidah Aisyah radhiyallahu anha pernah ditanya tentang bagaimana kebiasaan salat malam Rasulullah ﷺ. Ia menjawab:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: “مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً، يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا، فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا.”

Baca Juga:  Benarkah Takdir Diperbarui tiap Bulan Syakban?

Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah ﷺ tidak pernah menambah jumlah salat malam di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan lebih dari sebelas rakaat. Nabi salat empat rakaat, dan jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian salat empat rakaat lagi, dan jangan ditanya tentang bagus dan panjangnya. Lalu salat tiga rakaat (witir). (HR Bukhari no. 1147, Muslim no. 738)

Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ sering mengerjakan salat malam sebanyak 11 rakaat (8 rakaat qiyamul-lail + 3 rakaat witir). Namun ini bukan pembatasan, karena dalam hadis lain juga menjelaskan bahwa salat malam bisa dilakukan tanpa jumlah tertentu, seperti disebutkan dalam hadis Ibnu Umar sebelumnya.

Di zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, kaum muslimin melaksanakan salat Tarawih berjamaah dengan 20 rakaat, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut. Di zaman Umar ini muncul sebutan salat Tarawih.

عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ، قَالَ: “كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَانِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ بِثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً”

Dari Yazid bin Ruman, ia berkata: Di zaman Umar bin Khattab, orang-orang melaksanakan salat malam di bulan Ramadan dengan 23 rakaat (termasuk witir). (Al-Muwaththa’ no. 250)

Baca Juga:  Sunyi yang Tak Diucapkan: Mengapa Istri Sering Malu Mengajak Suami Lebih Dulu

Di beberapa tempat ada yang melaksanakan 36 rakaat, sebagaimana dipraktikkan di Madinah pada masa tabiin. Semua ini menunjukkan kelonggaran dalam jumlah rakaat Tarawih dan tidak ada batasan yang mengikat.

Keikhlasan dan Konsistensi

Paling utama dalam salat Tarawih bukanlah jumlah rakaatnya, melainkan keikhlasan, kekhusyukan, dan konsistensi dalam menjalankannya. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa mendirikan salat malam di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari no. 37, Muslim no. 759)

Jadi  berapapun jumlah rakaatnya yang penting adalah kesungguhan dalam ibadah serta harapan mendapat rida dan ampunan Allah.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh keikhlasan dan istikamah.

اَللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

Ya Allah Yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu.

Wallahu a’lam bish-shawab. (#)

Penulis Dwi Taufan Hidayat Penyunting Sugeng Purwanto