FeatureUtama

Saat Presiden Prabowo Kagumi Peradaban Khilafah Usmaniyah

631
×

Saat Presiden Prabowo Kagumi Peradaban Khilafah Usmaniyah

Sebarkan artikel ini
Presiden Prabowo Subianto saat memberi sambutan di Tanwir Muhammadiyah Kupang dengan latar belakang slide gambar khalifah zaman Usmaniyah. (Tagar.co/Amirsyah Tambunan.

Presiden Prabowo mengagumi peradaban Khilafah Usmaniyah saat memberi sambutan di Tanwir Muhammadiyah Kupang.

Tagar.co – Pada sambutannya dalam pembukaan Tanwir dan Resepsi Ke-112 Milad Muhammadiyah di Kupang Nusa Tenggara Timur 4 Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan banyak pesan.

Tutup Banner untuk melanjutkan baca

Kekaguman Presiden pada kiprah Muhammadiyah disampaikan bersama tema-tema geopolitik global dan sebagainya.

Pada tema geopolitik global Presiden menyampaikan kekagumannya pada peradaban Islam Usmaniyah yang disebutnya sebagai negara adi kuasa pada zamannya.

Penyampaian atau pengakuan sangat berani dari seorang Presiden untuk peradaban khilafah yang dalam satu dekade terakhir mendapat cap miring bersama isu radikalisme dan terorisme.

Presiden menyebut salah satu kunci sukses Usmaniyah adalah adanya akademi gubernur.

Kata Presiden Prabowo, “Akademi gubernur itu sebetulnya inti pelajarannya yang saya tarik itu satu, satu paragraf yang bagi saya menarik. Dia ajarkan ke semua calon gubernur.”

“Jadi bupati-bupati yang disiapkan jadi gubernur masuk ke akademi ini dan pelajarannya sangat banyak tentunya, tapi ada satu yang sangat sederhana. Diajarkan di situ tidak ada negara tanpa tentara yang kuat. Karena ada kecenderungan pelajaran-pelajaran liberal seolah-olah mau dipisahkan antara sipil dan tentara, mau dipisahkan antara cendekiawan sama. Tidak bisa,” tambahnya.

Di samping peran sipil dan militer, Presiden juga menguraikan tentang kemakmuran, kewajiban pajak, dan pemerintahan yang bersih serta adil.

Sebagian pihak barangkali menganggap Presiden sedang berusaha mendirikan sistem khilafah, atau lebih “sadis” ingin mengganti dasar negara.

Jika wacana khilafah disampaikan pada periode pemerintahan sebelumnya arahnya selalu ke sana, anti-Pancasila, anti-UUD 1945, anti-NKRI, dan sejenisnya.

Padahal khilafah hanyalah sebuah bentuk atau wasilah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, tentara yang kuat, pemerintahan yang bersih serta berbagai bentuk kebaikan lainnya.

Peradaban khilafah Usmaniyah hakikatnya adalah lanjutan peradaban Madinah yang dirintis Rasulullah Muhammad Saw bersama sahabat Muhajirin dan Ansar.

Peradaban yang berkembang dari Madinah meluas ke jazirah Arab, Afrika, Eropa-Andalusia, Asia Tengah dan Asia Tenggara. Sepeninggal Rasulullah dan sahabat utama peradaban khilafah dalam bentuk monarki ditegakkan oleh dinasti-dinasti besar mulai dari Muawiyah, Abbasiyah hingga Usmaniyah.

Pasca-Usmaniyah

Setelah runtuhnya Usmaniyah tahun 1924, peradaban khilafah tidak bisa disebut tamat. Peradaban khilafah yang dimaksudkan menggunakan rujukan Al-Qur’an dan Sunnah dalam mengatur negara dan masyarakat serta sumber daya alam tetap eksis dengan beragam bentuk dan variasinya.

Dinasti Saud mengatur negara Arab Saudi menggunakan syariat Islam dengan bentuk monarki. Demikian juga Qatar, Uni Emirat Arab, Jordania, dan sebagainya.

Pakistan, Iran, Mesir, Palestina menjalankan negara berdasarkan Islam dengan bentuk Republik.

Sebagai Negara Kesatuan berbentuk Republik, Indonesia sangat unik, bukan monarki juga bukan Republik Islam. Cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia selaras dengan kejayaan Daulah Usmaniyah.

Untuk Indonesia, Muhammadiyah menawarkan Darul Ahdi wa Syahadah, bukan khilafah. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Presiden Prabowo Subianto: Din Syamsuddin Kawan Lama Saya