Ibu-ibu peserta Pengajian Ahad Pagi Masjid At-Taqwa Menganti Gresik dimotivasi masuk surga bersama keluarga.
Tagar.co – Pengajian Ahad Pagi di Masjid At-Taqwa Wisma Sidojangkung Indah, Menganti, Gresik, 6 Oktober 2024, benar-benar mencerahkan dan membahagiakan, sesuai moto kegiatan itu.
Suhadi Fadjaray, yang diundang sebagai narasumber kali ini berhasil membuat pengajian bulanan itu benar-benar membahagiakan, di samping, tentu saja, mencerahkan.
Sepanjang acara yang berlangsung satu jam itu, jemaah dibuat ‘berbahagia’. Buktinya tidak hanya senyum, tapi gelak tawa berkali-kali meledak memenuhi ruang masjid yang dindingnya bercat hijau muda itu.
Bayangkan di awal materi bertema: Harmoni Cinta Keluarga: Bahagia Sesurga, Ustaz Suhadi, sapaannya, langsung memancing ‘kegaduhan’ jemaah.
“Bu, nyuwun sewu, siapa yang ingin masuk surga sama-sama anak kandungnya?” tanyanya pada jemaah wanita yang mendominasi peserta pengajian.
Baca berita terkait: Obat Anti-Ngamuk
Mendapat pertanyaan itu, serempak mereka mengangkat tangan.
“Siapa yang minat juga masuk surga sama pasangan hidupnya, suaminya,” tanya Suhadi lagi. Pertanyaan ini pun dijawab oleh ibu-ibu dengan mengangkat tangan.
Meski kedua pertanyaan itu sama-ama dijawab dengan angkat tangan, tapi menurut sang ustaz, ada perbedaannya.
Dengan berseloroh dia mengatakan, “Masyaallah Bapak-Bapak, saya laporkan pada Jenengan semuanya sekarang, kenapa tadi saya tanya pada ibu-ibu.”
Menurutnya, ketika ditanya siapa yang ingin masuk surga bersama anak kandungnya, 100 persen ibu-ibu mengangkat tangan dengan penuh semangat.
“Tapi ketika ditanya siapa yang berminat masuk surga bersama anak mertua (maksudnya suami), angkat tangan ibu-ibu tidak seantusias saat menjawab pertanyaan pertama.
“Begitu pertanyaan kedua, siapa yang pengin masuk surga sama pasangannya atau suaminya, jawabnya begini,” kata Suhadi sambil memeragakan angkat tangan yang tingginya hanya sebatas bahu, padahal untuk pertanyaan pertama angkat tangan model penuh, sampai di atas kepala.
“Berarti ini ada sesuatu,” katanya, bercanda.
Dia pun melanjutkan pertanyaan, “Bu silakan dijawab sesuai dengan hati Panjenengan yang selama ini terjadi, mana yang lebih menguras hati, nggregetno ati, ngurus anak kandung atau ngurus anak mertua (maksudnya suami)?”
Pertanyaan itu langsung membuat suasana heboh. Lalu terdengar samar-sama beberapa ibu menjawabnya. “Ternyata ngurus anak mertua itu lebih menguras hati katanya,” Suhadi menyimpulkan dengan wajah penuh senyum. Jemaah pun gerr-gerran.
Pertanyaan-pertanyaan di awal tersebut ternyata menjadi pintu masuk bagi motivator nasional dan guru asal Sidoarjo itu untuk membeberkan tema yang diangkat.
“Mari hari ini kita akan bicarakan bagaimana caranya Panjenengan nanti bahagia bersama anak kandung dan anak mertua,” katanya.
Menurut dia, kebahagian sejati itu kalau bisa diraih bersama keluarga. Kalau diraih sendirian artinya bahagia yang pura-pura alias palsu.
Interaktif
Suhadi berhasil menunaikan janjinya. Sepanjang satu jam penyampaian materi dia berhasil membuat jemaah bahagia dan sukses memberi materi tentang menggapai kebahagiaan.
Penyampaian materi sangat interaktif. Bukan hanya melempar pertanyaan, dia juga menampilkan beberapa slide yang mendukung materinya. Ada statistik, kliping berita online, dan poin-poin materi.
Baca juga: Indonesia Tidak Baik-Baik Saja, Butuh Generasi Profetik
Interaksi yang cukup menarik adalah saat beberapa kali dia membuat kesimpulan materi dan berusaha menanamkan hal itu agar masuk ke alam bawah sadar peserta. Sehingga diharapkan menjadi habit alias kebiasaan hidup. Salah satu contohnya:
“Angkat tangan kanan, letakkan di pundak teman sebelah kanan dan ikuti kata-kata saya,” instruksinya.
“Dieling-eling, kalau salat keluargane diajak. Ojok diumbar wae anak-anake. Diurus, diajak ke masjid. Ojo turu wae,” ucapnya yang diikuti jemaah dengan gemuruh. Maksudnya: diingat-ingat, kalau salat berjemaah di masjid keluarga diajak. Jangan dibiarkan saja anak-anaknya. Jangan dibiarkan tidur.
Setelah itu dia meminta jemaah mengangkat tangan kiri dan meletakkan ke pundak teman sebelum kiri sambil mengikuti kata-katanya:
“Sampeyan yo ngono. Keluargane diurus. Diajak salat. Ojo diumbar.” Artinya: Anda juga begitu. Ajak keluarga salat ke masjid. Jangan dibiarkan saja.
Pengajian langsung berasa sebuah pelatihan. Hal itu mendapat respon positif dari jemaah. Seperti disampaikan Rokhana Oktiasari.
“Alhamdulillah materinya luar biasa. Sangat terinspirasi dan menyejukkan hati. Asyik penyampaiannya karena mungkin beliau seorang motivator, jadi sangat menyenangkan,” ujarnya.
Siti Fatimah, jemaah lainnya, berkomentar; “Sangat bermakna dan mencerahkan untuk masuk surga bersama keluarga.” (#)
Jurnalis Mohammad Nurfatoni