
Menguatkan akidah, memperbaiki ibadah, dan membangun akhlak mulia. Tiga fondasi ini menjadi kunci membentuk kepribadian mukmin sejati, yang diilustrasikan sebagai pohon dalam Surah Ibrahim ayat 24-25.
Gresik — Dalam suasana hangat Rapat Koordinasi Majelis Dikdasmen PNF dan Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, Senin (28/4/2025) malam, para peserta mendapatkan siraman rohani yang menggugah.
Bertempat di Ruang Majeles Dikdasmen PNF Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Manyar yang berada di lantai 2 SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), Gresik, sesi pembukaan ini diwarnai ceramah iftitah dari Naf’an Abu Mansur.
Dalam kesempatan tersebut, anggota Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal (PNF) PDM Gresik itu mengajak seluruh hadirin merenungkan makna mendalam dari firman Allah dalam Surah Ibrahim 24-25:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
Ia menyampaikan bahwa Allah menggambarkan kalimatan tayibah—kalimat yang baik—sebagai pohon yang memiliki akar kokoh menancap di tanah, cabang-cabang yang menjulang tinggi ke langit, dan menghasilkan buah yang bermanfaat.
“Para mufasir menafsirkan kalimat yang baik ini sebagai Lailahaillallah. Dari gambaran pohon ini, kita belajar tentang profil ideal seorang mukmin,” ujarnya mengawali ceramah singkat.
Tiga Pilar Kepribadian Mukmin Sejati
Naf’an menjelaskan bahwa seorang mukmin yang baik harus membangun dirinya di atas tiga pilar utama: akidah yang kokoh, ibadah yang kuat, dan akhlak yang mulia.
1. Akidah yang Kokoh: Akar Kehidupan
Layaknya akar pohon yang kuat, akidah seorang mukmin harus tertancap kokoh dalam hati. Akidah yang bersih dari syirik ini akan menjaga keteguhan iman, meski diterpa ujian dan cobaan hidup.
“Seorang mukmin dengan akidah yang kuat tidak mudah goyah, meskipun dihadapkan pada berbagai persoalan,” tegasnya.
2. Ibadah yang Kuat: Batang Penopang
Setelah akidah, seorang mukmin harus memperkuat ibadahnya. Ibadah yang baik—seperti salat, sedekah, dan amal saleh lainnya—menjadi batang kehidupan yang mengokohkan keimanan.
“Batang pohon itu adalah ibadah kita. Salat yang baik, sedekah yang istiqamah, dan amal-amal kebaikan lainnya akan memperkuat diri kita di hadapan Allah,” kata Naf’an.
3. Akhlak Mulia: Buah Kehidupan
Buah dari akidah dan ibadah yang kokoh adalah akhlak mulia. Sebagaimana pohon menghasilkan buah yang bermanfaat, mukmin yang ideal akan memperlihatkan perilaku yang santun, jujur, dan penuh kasih sayang.
“Akhlak yang baik adalah cermin dari keimanan dan ibadah yang lurus,” ungkapnya.
Harapan untuk Pendidikan Muhammadiyah
Dalam konteks pendidikan, Naf’an menekankan bahwa pembinaan akidah, ibadah, dan akhlak ini juga harus menjadi roh dalam pendidikan Muhammadiyah.
“Kita berharap, melalui pendidikan yang berbasis akidah, ibadah, dan akhlak, anak-anak kita tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter mulia,” ujarnya.
Ceramah ini menjadi pengantar yang sarat makna sebelum peserta rapar melanjutkan agenda teknis persiapan lomba. Dengan memperkokoh spiritualitas dan karakter, diharapkan gerakan lingkungan sehat yang digagas Muhammadiyah benar-benar berakar kuat dalam nilai-nilai keislaman.
“Semoga Allah memudahkan langkah kita memperbaiki akidah, ibadah, dan akhlak kita, serta melahirkan generasi berakhlak mulia yang mampu menjaga bumi ini dengan penuh amanah,” pungkas Naf’an Abu Mansur, menutup iftitah. (#)
Jurnalis Mohammad Nurfatoni