
Perjuangan liputan Halalbihalal Jatim 1446 tak selalu mudah. Macet, birokrasi, hingga drama barcode, semua dilalui dengan semangat demi menghadirkan berita terbaik untuk Anda.
Tagar.co – Di balik suksesnya liputan khusus Halalbihalal PWM Jawa Timur 1446 di Umsida, Sabtu (26/4/2025), ada kisah perjuangan yang mungkin luput dari perhatian. Sebagai salah satu jurnalis Tagar.co yang bertugas, saya ingin berbagi secuil cerita tentang betapa setiap berita yang Anda baca lahir dari dedikasi yang tak sederhana.
Perjuangan juga dialami Sugiran, rekan saya yang juga redaktur seniro Tagar.co, yang berangkat dari Situbondo pada Jumat (25/4/25) malam sekitar pukul 22.00 WIB. Demi memastikan tubuh tetap bugar untuk mengikuti rangkaian persiapan Iduladha bersama Lazismu Jatim, ia harus tidur semalaman di dalam mobil.
“Supaya tidak capek karena harus lanjut mengikuti kegiatan Lazismu Jatim untuk persiapan Iduladha,” katanya ringan, meski saya tahu itu butuh tenaga ekstra.
Sementara saya harus mengatur strategi sejak pagi. Sebelum berangkat, saya terlebih dahulu menyiapkan makanan untuk kedua anak di rumah. Rasanya hati sedikit berat meninggalkan mereka, tapi tugas menanti.
Baca hasil Liputan Tagar.co di Halalbihalal PWM Jatim
Karena belum pernah menginjakkan kaki di Umsida, saya memilih menggunakan layanan taksi daring. Saya sudah memesan sejak pukul 06.30 WIB, namun mobil yang dipesan tak kunjung bergerak dari titik koordinatnya.
Dengan sedikit panik, saya membatalkan pesanan dan mencari kendaraan lain. Syukurlah, pukul 06.50 WIB saya akhirnya mendapatkan driver baru.
“Acaranya jam berapa, Bu?” tanya sang sopir.
“Jam delapan, Pak,” jawab saya. Mendengar itu, ia optimistis kami akan sampai tepat waktu.
Perjalanan sempat terhambat. Kami harus singgah sejenak mengisi bahan bakar—beruntung tidak ada antrean panjang. Namun, setelah itu kami terjebak kemacetan di flyover Waru, Sidoarjo. Ternyata, ada beberapa pengendara motor yang jatuh akibat oli tercecer di sepanjang jalan layang itu. Lalu lintas merayap. Hati saya mulai gelisah.
“Sabar ya, Bu. Di depan sudah lancar kok,” kata sopir mencoba menenangkan.

Tepat pukul 08.00 WIB, kami tiba di Umsida. Namun tantangan belum usai. Saya tidak bisa langsung masuk ke auditorium karena tidak memiliki barcode yang menjadi syarat utama masuk ruangan.
“Maaf Bu, tanpa barcode, ibu tidak diperkenankan masuk. Silakan ditanyakan dulu ke gedung sebelah kanan,” kata petugas dengan sopan.
Dengan langkah cepat saya menuju gedung yang ditunjuk. Tapi, saya kembali dibuat bingung karena nama dan nomor kontak saya tidak tercantum dalam daftar peserta. Rasanya seperti terhenti di tengah jalan—tugas sudah di depan mata, tapi pintu tertutup rapat.
Tidak mau menyerah, saya segera menghubungi redaktur Tagar.co, melaporkan situasi yang saya alami. Respons cepat pun datang. Sang redaktur langsung berkoordinasi. Dia mengaku bahwa sebelumnya sudah meminta izin agar Tagar.co bisa meliput acara tersebut.
Tak lama, sebuah forwad pesan WhatsApp dari Sekretaris PWM Jawa Timur, Dr. Biyanto, M.Ag., menjadi penyelamat saya. Berbekal WA “sakti” itu, seorang petugas keamanan segera menjemput dan mengawal saya masuk ke arena acara, membuat saya merasa sangat istimewa.
Berbekal kegigihan, dukungan rekan setim, dan sedikit keajaiban teknologi, saya akhirnya bisa melaksanakan tugas: menghadirkan 12 berita Halalbihalal PWM Jatim 1446 yang dapat dinikmati pembaca Tagar.co.
Karena sesungguhnya, di balik setiap berita, ada perjuangan yang mungkin tak semua orang tahu. (#)
Jurnalis Nadhirotul Mawaddah Penyunting Mohammad Nurfatoni