Rileks

Perjalanan Umrahku di Usia 19 Tahun: Sebuah Anugerah Terindah

542
×

Perjalanan Umrahku di Usia 19 Tahun: Sebuah Anugerah Terindah

Sebarkan artikel ini
Dhia Kesuma Qatrunnada Rinaldi bersama rombongan Samira Travel Umrah dan Haji.

Aku berangkat umrah seorang diri, meninggalkan ayah, ibu, dan kedua kakakku yang turut mengantar hingga Bandara Juanda. Perpisahan diwarnai haru biru. Ingin rasanya mengajak seluruh anggota keluarga untuk umrah bersama. Namun, Allah mengizinkan hanya aku yang berangkat saat itu.

Perjalanan Umrahku di Usia 19 Tahun: Sebuah Anugerah Terindah; Oleh Dhia Kesuma Qatrunnada Rinaldi; Mahasiswa Semester 3 Jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).

Tagar.co – Di usia yang masih terbilang muda, 19 tahun, aku, Dhia Kesuma Qatrunnada Rinaldi, putri ketiga dari pasangan Rinaldi dan Dian Rahayu Agustina, merasakan panggilan itu. Panggilan untuk menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci. Perjalanan spiritual yang kulaksanakan pada 27 Oktober hingga 7 November 2024 ini, menjadi sebuah pengalaman tak terlupakan dan penuh makna dalam hidupku.

Semua bermula dari keaktifan ibuku di berbagai kegiatan Samira Travel Umrah dan Haji. Aku pun sering ikut dan akhirnya tertarik untuk bergabung menjadi mitra Samira Travel. Di sana, aku disambut hangat dalam Tim Milenial dan Gen Z.

Keaktifanku membuahkan kepercayaan, aku didapuk menjadi panitia sekaligus MC bersama Farah Nabila Azzahra di acara manasik umrah yang dihadiri 200 calon jemaah pada 6 Oktober 2024 di Fave Hotel Sidoarjo, Jawa Timur.

Baca juga: Menuju Tanah Suci: Samira Tour and Travel Gelar Manasik Umrah Penuh Hikmah

Awalnya, aku berencana berangkat umrah pada September 2024. Namun, takdir berkata lain. Meski belum diizinkan berangkat pada bulan tersebut, aku tetap mempersiapkan diri dengan membuat paspor dan menjalani suntik vaksin meningitis.

Rencana Allah memang lebih baik, aku akhirnya dikabarkan akan berangkat pada 27 Oktober 2024. Mendengar kabar itu, air mataku tak terbendung. “Hati rasa tak percaya, hamba yang masih di usia muda ini Allah panggil dan izinkan untuk datang ke Baitullah,” ungkapku dalam hati, penuh rasa syukur. Dalam waktu singkat, hanya lima hari, semua persiapan dapat terpenuhi. Rezeki pun datang dari arah yang tak disangka-sangka.

Baca Juga:  Aisyiyah Sidoarjo Kaji Perilaku Hidup Sehat dan Pencegahan Stunting
Dhia Kesuma Qatrunnada Rinaldi (kanan) saat menjadi MC di acara manasik umra Samira Travel Umrah dan Haji

Hadiah Tak Terduga dan Amanah yang Kuemban

Sehari sebelum keberangkatan, aku bersama timku, Secilia, Yolanda, Amalia, dan Irsyad, meraih juara 2 lomba Inovasi Movie yang diadakan APSI PTMA di Universitas Muhammadiyah Bandung. Hadiah kemenangan diserahkan langsung oleh Ketua Prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Ghozali Rusyid Affandi, S.Psi., M.A. Sebuah hadiah yang semakin menambah semangatku.

Aku berangkat umrah seorang diri, meninggalkan ayah, ibu, dan kedua kakakku yang turut mengantar hingga Bandara Juanda. Perpisahan di Terminal 2 diwarnai haru biru. “Ingin rasanya mengajak seluruh anggota keluarga untuk umrah bersama. Namun, Allah mengizinkan hanya aku yang berangkat saat itu,” kenangku.

Ayah dan ibuku telah lebih dulu menunaikan ibadah ini, sementara kedua kakakku masih menyelesaikan tugas akhir. Aku berharap, kelak setelah kedua kakakku lulus, kami sekeluarga dapat bersama-sama kembali ke Baitullah.

Sebelum berangkat, aku diberi amanah oleh Ibu Anisa Syakira untuk membantunya menjadi asisten tour leader dan memimpin jemaah bus 404. Perjalanan panjang dengan Lion Air Airbus A330-900 terasa menyenangkan berkat teman sebangku yang ramah.

Setibanya di Jeddah, kami melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan bus. Seluruh jemaah Samira Travel mendapat hadiah ayam Albaik, kuliner khas yang sangat terkenal di kalangan jamaah umrah dan haji.

Baca Juga:  Semarak Isra Mikraj KB-TK Aisyiyah Jemundo: Vocatama Jadi Rumah Edukasi

“Dulu aku sempat ingin menitip ayam Albaik ke teman yang berangkat umrah, tapi harganya mahal, setara dengan harga buku Psikologi. Aku bilang, nanti saja aku beli sendiri kalau umrah. Alhamdulillah, Allah kabulkan keinginanku, bahkan aku dapat gratis dari Samira Travel,” ceritaku dengan gembira.

Dhia Kesuma Qatrunnada Rinaldi di Holy Quran Services Center Kota Madinah

Menyusuri Jejak Rasulullah di Kota Madinah

Setibanya di Madinah, kami beristirahat sejenak sebelum melaksanakan sholat tahajud dan subuh di Masjid Nabawi. Meski belum bisa bergabung salat di dalam masjid, aku tetap khusyuk merenung, berzikir, dan bersyukur di pelataran masjid. Ayat suci Al-Qur’an surah Ar-Rahman, “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan,” terngiang, menguatkan rasa syukur yang membuncah di dada.

Salah satu momen paling berkesan adalah saat aku berziarah ke Raudah, ‘taman surga’ di dalam Masjid Nabawi. “Bahagia tiada terkira kala kaki ini melangkah menuju Raudhah,” kenangku. Di tempat yang terletak di antara makam Rasulullah Saw dan mimbar tempat beliau berkhotbah itu, aku bersimpuh, memanjatkan doa, dan merasakan ketenangan yang luar biasa. Aku tahu, banyak yang ingin berada di posisiku saat itu, dan aku tak henti-hentinya bersyukur atas kesempatan ini.

Selama di Madinah, aku dan jemaah Bus 404 diajak city tour oleh Samira Travel untuk memaknai Kota Madinah yang dijuluki “Kota yang Bercahaya”. Kami mengunjungi Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun Rasulullah Saw, Kebun Kurma untuk berbelanja oleh-oleh, dan Jabal Uhud, tempat terjadinya perang besar dalam sejarah Islam. “Perang Uhud menjadi pelajaran bagi kaum Muslim agar selalu mematuhi perintah Rasulullah Saw,” jelasku pada diriku sendiri, merenungi sejarah yang terjadi di tempat itu.

Baca Juga:  Mabit Daycare Lansia Aisyiyah Sukodono: Dari Penguatan Fisik hingga Spiritual

Perjalanan dilanjutkan ke Percetakan Al-Qur’an “Majma Malik Fahd li Thibaah Mushaf Syarif” dan Jabal Magnet, di mana kendaraan bisa berjalan sendiri tanpa dinyalakan mesinnya. Di sana, kami juga bisa menikmati kuliner lokal dan berfoto bersama unta. Pengalaman yang sungguh unik dan tak terlupakan.

Menuju Makkah dan Menjalani Ibadah Umrah

Setelah menyelesaikan city tour di Madinah, tiba saatnya kami mengambil miqat di Masjid Bir ‘Ali, sekitar 11 km dari Masjid Nabawi. Di masjid yang berbentuk seperti benteng pertahanan ini, kami melaksanakan salat sunah ihram, mandi sunah ihram, memakai pakaian ihram, berniat ihram, dan ber-talbiah, sebelum melanjutkan perjalanan ke Masjidilharam di Makkah untuk melaksanakan ibadah umrah.

Umrah, yang sering disebut haji kecil, merupakan ibadah yang memiliki banyak hikmah. Aku merenungi dalam hati, betapa ibadah ini membersihkan jiwa dari dosa, meningkatkan iman dan takwa, serta memberikan pahala yang setara dengan jihad. Sholat di Masjidilharam juga memiliki keistimewaan, pahalanya dilipatgandakan hingga 100.000 kali lipat dibandingkan salat di masjid lain.

Perjalanan umrahku di usia muda ini menjadi bukti bahwa panggilan untuk beribadah ke Tanah Suci bisa datang kapan saja. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya keimananku, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang arti kesabaran, keikhlasan, dan rasa syukur. Semoga aku bisa terus menjaga semangat dan nilai-nilai yang kudapatkan selama perjalanan spiritual ini. (#)

Penyunting Mohammad Nurfatoni