Rileks

Penuh Kejutan, Family Gathering Yayasan Sunan Giri

×

Penuh Kejutan, Family Gathering Yayasan Sunan Giri

Sebarkan artikel ini
Penuh kejutan saat Family Ghatering Yayasan Sunan Giri Gresik. Acara berlangsung di dua lokasi: Tulungagung dan Kediri. Kejutan masih meliputi hingga rombongan hendak tiba di Menganti.
Wisata Pantai Gemah Tulungagung (Tagar.co/Sujarwa)

Penuh kejutan mewarnai Family Gathering Yayasan Sunan Giri Gresik. Acara berlangsung di dua lokasi: Tulungagung dan Kediri. Kejutan masih meliputi hingga rombongan hendak tiba di Menganti, Gresik.

Tagar.co – Sabtu (24/8/2024) pagi halaman sekolah Yayasan Sunan Giri Menganti, Gresik, Jawa Timur, dipenuhi kegembiraan. Hari itu adalah waktu yang telah ditunggu-tunggu oleh keluarga besar yayasan. 

Guru, karyawan, serta anggota keluarga mereka, termasuk seluruh pengurus yayasan dan para pembina, bersiap untuk acara Family Gathering menuju Pantai Gemah, Tulungagung.

Para siswi diberi pengumuman pada hari sebelumnya, Jumat (23/8/2024), bahwa mereka diliburkan dan belajar di rumah di hari Sabtu, sehingga mereka tidak ikut serta dalam perjalanan ini. 

Meski seharusnya bus berangkat pada pukul 05.30, peserta baru mulai berkumpul sekitar pukul 06.45. Akibatnya, keberangkatan rombongan harus tertunda hingga pukul 07.00 WIB.

Baca juga: Telur-Telur Partai, Darurat Demokrasi, dan Kekuatan Netizen

Perjalanan panjang pun dimulai, dengan deretan bus yang mengangkut para peserta menyusuri tol. Di luar bus, pemandangan berganti dari kota hingga ke pedesaan, sementara di dalam bus, canda tawa dan cerita dari peserta dan keluarga yang di ajak turut serta  mengalir tanpa henti.

Sesaat kemudian, rombongan sempat berhenti di sebuah SPBU di Desa Kayen, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, untuk mengisi bahan bakar. Kesempatan ini digunakan oleh para penumpang untuk keperluan ke kamar kecil. 

Setelah istirahat sejenak, perjalanan pun dilanjutkan, tetapi tantangan berikutnya datang saat mereka terjebak macet karena karnaval di tengah Kota Tulungagung.

Bersyukurnya karnaval itu belum menutup jalan secara total, karena pengaturan jalan disiasati oleh pihak kepolisian dengan sistem buka tutup jalan. Dengan kebijakan seperti itu, rombongan akhirnya berhasil melanjutkan perjalanan.

Keindahan Pantai Gemah di Kabupaten Tuluangagung (Tagar.co/Sujarwa)

Keindahan Pantai Gemah

Tepat pukul 11.00, rombongan tiba di Pantai Gemah, Tulungagung. Keindahan pantai dengan pasir putih dan ombak yang tenang, ditambah angin pantai yang sepoi-sepoi, mampu menghapus kelelahan selama di perjalanan. 

Baca Juga:  Langgar Gipo, Wisata Sejarah di Kota Lama

Setelah itu, sejenak berkumpul dan duduk di tikar yang disewa sambil menikmati rujak yang dibawa dari rumah. Acara family gathering pun dimulai dengan berbagai permainan luar ruangan. 

Gelak tawa dan keceriaan segera mengisi udara Pantai Gemah. Para guru dan staf yang biasanya serius karena berbagai kegiatan yang harus ditunaikan, berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh tingkah lucu.

Baca juga: Makam Keramat, Kenali Sejarah yang Benar!

Acara yang semula dimulai dengan malu-malu, bisa berjalan dengan santai dan gayeng, berakhir dengan sorakan dan keceriaan bersama. Tepat pukul 12.00 siang, acara ditutup dengan makan siang sambal menikmati kebersamaan di bawah pepohonan pantai.

Usai makan siang kegiatan dilanjutkan dengan acara bebas bersama teman atau keluarga masing-masing dengan batas waktu dua jam. Namun, waktu bebas yang diberikan hingga pukul 14.00 molor hingga 15.30 karena banyak peserta tidak bisa dihubungi akibat sinyal handphone yang sulit di area pantai. Meski begitu, suasana kebersamaan tetap terjaga dengan indah dan baik.

Wisata Petik Belimbing di Desa Moyo Kethen, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung. Ternyata pengunjung dilarang petik buah langsung. (Tagar.co/Sujarwa)

Kejutan di Wisata Petik Belimbing

Setelah meninggalkan Pantai Gemah, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Wisata Petik Belimbing. Lokasinya di Desa Moyo Kethen, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung. 

Banyak peserta yang membayangkan betapa asyik dan serunya akan memetik buah belimbing langsung dari pohonnya tanpa ikut menanam. Kemudian membawanya ramai-ramai antre ke kasir untuk ditimbang dan dibayar.

Namun bayangan itu seketika lenyap. Rasa asyik pun hilang begitu tiba di lokasi. Rombongan terkejut melihat papan peringatan bertuliskan “Pengunjung Dilarang Memetik Buah Sendiri”.

Baca jugaLegenda Putri Sedudo dan Makna Kemerdekaan

Baca Juga:  Krisis Moral Anak Muda: Dosa Siapa?

Buah belimbing sudah disiapkan di outlet dan pengunjung tidak diperkenankan memetik langsung. Melihat tulisan itu mereka kecewa. Kenyataan ini tidak sesuai dengan apa yang diumumkan oleh tim Nila Tour Travel dan Outbond saat berada di perjalanan bus satukilometer menjelang sampai di tempat tujuan. 

Meskipun kecewa, peserta masih bisa menghibur diri dengan berjalan-jalan di kebun belimbing yang oleh pemiliknya tanpa dikenakan biaya.

Berburu Tahu Takwa di Kediri

Rombongan kemudian bergerak menuju outlet oleh-oleh khas Kediri bernama “Shinta”. Kota Kediri ini memang dari zaman penjajahan sudah terkenal dengan produk tahu pong dan tahu takwa.

Bahkan saat ini juga ada tambahan getuk pisang. Toko oleh-oleh semacam ini bertebaran di Kota Kediri termasuk toko oleh-oleh Shinta ini. Para peserta tak ingin ketinggalan kesempatan ini. Maka mereka memborong tahu dalam berbagai paket, dari kemasan ukuran kecil hingga jumbo.

Baca jugaMerdeka dari Rokok!

Namun, setibanya di rumah masing-masing, sebagian peserta merasa kecewa. Rasa tahu takwa yang mereka beli tidak seautentik yang diharapkan (baca: tidak asli dan tidak enak). 

Dengan harga sekitar Rp 4.000 per biji, rasa tahu tersebut dianggap tidak jauh berbeda dengan tahu biasa yang mereka temukan sehari-hari di Kabuten Gresik. Rombongan yang dibawa tim Nila Tour Travel dan Outbond ini, memiliki pengalaman belanja tidak nyaman di toko Shinta ini. Namun demikian mereka tidak bisa mengajukan keberatan apalagi protes.

Makan Malam Lezat di Prasmanan Titin

Saat malam tiba, rombongan yang sudah terlihat lelah itu, tiba di Rumah Makan Prasmanan Titin yang terletak di Desa Minggiran, Kayen Kidul, Kabupaten Kediri. Tempat ini menawarkan suasana yang eksotik, nyaman dengan masakan yang sangat lezat. 

Ada asem-asem lele, urap-urap, tahu, sambal bajak, mi goreng kediri, rendang ayam, dan masih banyak menu lain yang disajikan. Minuman walau hanya teh, tapi tehnya enak. Gulanya asli dan disajikan dalam dua bentuk: dingin dan hangat.

Baca Juga:  Legenda Putri Sedudo dan Makna Kemerdekaan

Baca juga: Buwuh

Pelayanan tempat makan ini tergolong ramah dan fasilitas seperti musala dan toilet sangat bersih. Bagi tamu yang membawa mobil pribadi atau moda transportasi umum seperti bus, disediakan tempat parkir yang luas dan aman. 

Terlihat semua peserta menikmati makan malam dengan santai dan perasaan puas setelah perjalanan panjang yang telah di tempuhnya.

Tantangan Terakhir

Pada pukul 19.50, rombongan perlahan dan beriringan memulai perjalanan pulang menuju ke sekolah di Kota Pudak Gresik. Namun demikian, saat rombongan berjalan kurang lebih 20 kilometer dari Rumah Makan Prasmanan Titin, kabar tak sedap datang kami terima.

Bahwa di Desa Menganti, Kecamatan Menganti, kurang lebih  0,5 kilometer dari sekolah kami berada, ada kegiatan check sound persiapan acara tegal desa atau  bersih desa dan peringatan HUT RI besok harinya. 

Kegiatan itu mengakibatkan kemacetan total di lokasi itu. Bersyukur dengan kesigapan anggota Satlantas dari Polsek Menganti, kemacetan berhasil diurai sebelum rombongan kami tiba.

Baca juga: Nikmatnya Asem-Asem Sembilang, Rasakan di Tiga Warung Populer Ini

Akhirnya, seluruh peserta tiba di sekolah dengan selamat, meski sedikit lelah. Rasa syukur dan kebahagiaan memenuhi hati setiap orang yang mengikuti perjalanan ini. Perjalanan panjang itu ditutup dengan penuh rasa syukur atas keselamatan dan kebersamaan yang telah mereka nikmati sepanjang hari.

Itulah cerita lengkap Family Gathering yang penuh kesan dari Yayasan Sunan Giri Menganti. Semoga perjalanan ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi semua peserta yang terlibatdan menjadi motivasi bagi semua elemen untuk berkarya baik di hari berikutnya. (#)

Jurnalis Sujarwa Penyunting Mohammad Nurfatoni