Pengepungan rumah Nabi Muhammad oleh belasan pemuda Quraisy terjadi di malam hari menjelang hijrah. Mereka kaget ternyata target pembunuhan berubah.
Tagar.co – Kaum muslimin Makkah sudah banyak yang hijrah ke Yatsrib. Tersisa Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Nabi Muhammad. Abu Bakar sudah minta izin berangkat hijrah tapi Nabi meminta bertahan sebentar.
Nabi berkata, ”Kamu jangan terburu-buru, mudah-mudahan Allah memberimu teman dalam hijrah.”
Abu Bakar berharap teman hijrah itu adalah Nabi Muhammad sendiri. Dia sudah menyiapkan dua unta dan perbekalan. Juga menyewa Abdullah bin Uraiqith sebagai penunjuk jalan.
Sementara Nabi Muhammad menugasi Ali bin Abu Thalib mengembalikan sejumlah barang dan harta orang-orang Quraisy yang dititipkan kepada Nabi.
Buku sejarah Islam Sirah Ibnu Hisyam menceritakan, saat itu suasana kota sedang tegang. Sebelas pemimpin kabilah berkumpul di Darun Nadwah. Mereka marah-marah melihat pengikut Nabi Muhammad pindah ke Yatsrib.
”Kondisi kita bisa tidak aman. Kalau sudah kuat mereka bakal menyerang kita. Sekarang waktunya kita bersepakat mengambil tindakan. Harus kita cegah dan hancurkan sebelum terjadi,” ujar seseorang.
Ada yang usul memenjarakan Nabi Muhammad. Tapi usul ditolak sebab dulu pernah sukunya diboikot ternyata gagal.
Abu Jahal berkata,”Kita bunuh saja Muhammad,” tegas dia.
”Haaah…?” semua orang terkejut.
”Siapa yang bersedia melakukan?” tanya mereka. ”Bani Abdi Manaf bakal menuntut darah,” kata yang lainnya.
Baca Juga Ibu Negara Ini Ternyata Kader Nasyiah
Abu Jahal menjelaskan, ”Kita pilih setiap kabilah satu pemuda yang tangguh. Dari keluarga bangsawan. Paling baik nasabnya. Kita beri pedang tajam. Lantas mereka mendatangi Muhammad, menebaskan pedangnya masing-masing hingga mati.”
”Dengan demikian darah Muhammad tercecer ke semua kabilah. Bani Abdi Manaf tidak sanggup memerangi semua kabilah untuk menuntut balas. Paling-paling mereka menuntut diyat, ganti rugi. Itu mudah bagi kita. Kita bayar saja ganti rugi itu. Selesai dan kita semua aman,” kata Abu Jahal lagi.
Semua orang sepakat dengan usul itu. Setiap kabilah segera memilih dan mengirimkan pemuda terbaiknya untuk menjadi algojo. Pelaksanaan eksekusi pada malam hari ini juga.
Pada saat sama di rumahnya Nabi Muhammad perasaannya waswas karena situasi makin memanas. Dia mendengar orang-orang bersiasat mencelakainya. Maka memutuskan sudah saatnya keluar Makkah.
Tengah hari itu diam-diam Nabi pergi ke rumah Abu Bakar. Kedatangannya itu mengagetkan Abu Bakar. Kebiasaan Nabi berkunjung waktu pagi atau sore.
Nabi Muhammad berkata, ”Sesungguhnya Allah ta’ala telah mengizinkan aku keluar dari Makkah.” Abu Bakar diminta menyiapkan kendaraan dan bekal untuk menemaninya hijrah.
Abu Bakar menangis gembira karena Nabi memilih dirinya sebagai teman hijrah. Dia menerangkan sudah menyiapkan dua unta, bekal, dan penunjuk jalan Abdullah bin Uraiqith.
Kemudian Abu Bakar memberi tugas kepada anak dan budaknya. Sore hari semua persiapan beres. Nabi berpamitan pulang dan berpesan sewaktu-waktu dia datang langsung berangkat.
Berita rencana pembunuhan Nabi di malam hari ternyata sudah merebak ke penjuru kota.
Malam itu Nabi meminta Ali tidur di ranjangnya dan berselimut kain hijau hadrami. Ali waswas juga hatinya.
”Jangan khawatir. Demi Allah, kamu tetap selamat. Rencana jahat mereka tidak bakal menimpahmu,” ujar Nabi meyakinkan.
Baca Juga Piagam Madinah, Perjanjian Menjadi Satu Umat
Tiba tengah malam Rasulullah tidak tidur. Masih terjaga dan waspada. Di luar rumah, samar-samar dalam gelap malam dia melihat belasan pemuda bergerombol. Di tangannya terhunus pedang.
Di antara mereka ada sosok yang sangat dikenalnya. Abu Jahal. Orang itu mengomando para pemuda itu menjalankan tugasnya jangan sampai gagal. Aksi pengepungan rumah Nabi dimulai.
Nabi Muhammad mendengar suara Abu Jahal saat pengepungan itu. ”Muhammad mengatakan, kalau kalian mengikutinya bakal jadi pemimpin, dibangkitkan setelah kematian, dan diberi surga seperti taman Yordan. Jika kalian tidak mengikuti, kalian disembelih, dibangkitkan setelah kematian, dan kalian mendapat neraka dan dibakar,” kata Abu Jahal.
”Itu semua bohong. Kalianlah malam ini bertugas mengakhiri kebohongan itu,” ujar Abu Jahal lagi.
Dia memerintahkan para pemuda mendekati rumah Nabi. Mengendap-endap lalu mencari celah dinding untuk mengintip situasi kamar. Kemudian mendekati pintu hendak menerobos masuk.
Sementara di dalam rumah, Nabi Muhammad memikirkan cara meloloskan diri dari pengepungan pemuda ini. Nabi berdoa meminta perlindungan kepada Allah. Lantas melangkah membuka pintu.
Diambilnya segenggam tanah. Kemudian disebarkan ke atas kepala para pemuda dan Abu Jahal yang sudah mengendap di depan pintu.
Baca Juga Hijrah Kontemporer di Tahun Baru
Rasulullah berkata seperti menjawab perkataan Abu Jahal tadi. ”Betul, aku memang pernah mengatakan seperti itu. Dan kamu (sambil menunjuk Abu Jahal) salah satu penghuni neraka.”
Nabi melewati mereka yang sudah tersirap. Sepertinya mereka tidak melihat Nabi melintas di depan matanya. Lolos dari pengepungan, Nabi cepat-cepat pergi dalam kegelapan malam menuju rumah Abu Bakar.
Tak lama berselang, datang seorang Quraisy mendekati pengepungan para pemuda di pintu rumah Nabi. ”Apa yang kalian tunggu di sini?” tanyanya yang menyadarkan para pemuda jagoan itu.
”Kami menunggu Muhammad,” jawab pemuda itu.
”Demi Allah, Muhammad sudah keluar dari rumahnya,” jawab orang itu. ”Dia tebarkan tanah di kepala kalian. Tidakkah kalian menyadari?” katanya lagi.
Para pemuda itu saling berpandangan. Meraba kepalanya yang kotor dengan tanah. Dengan rasa tak percaya mereka menerobos pintu rumah dan memasuki kamar.
Dalam keremangan lampu minyak di atas ranjang mereka menjumpai seseorang tidur memakai selimut hijau.
Mereka menduga yang tidur itu Nabi Muhammad. Ketika pedang-pedang terhunus, tubuh yang berbaring itu bangkit. Selimut tersingkap. Orang-orang yang berdiri di pinggir ranjang terkejut. Ternyata orang yang bangun itu Ali bin Abu Thalib.
Penulis/Penyunting Sugeng Purwanto