Feature

Pengalaman Mengikuti Tes Petugas Haji, Suasana Hati yang Campur-aduk

×

Pengalaman Mengikuti Tes Petugas Haji, Suasana Hati yang Campur-aduk

Sebarkan artikel ini
Pengalaman Mengikuti Tes Petugas Haji: Suasana Seleksi Tahap I PPIH Arab Saudi dan PPIH Kloter Tahun 1446/2025 di MAN Surabaya (Tagar.co/TribEko Sulistiowati)

Pengalaman mengikuti tes petugas haji di Kemenag Kota Surabaya diungkapkan oleh Tri Eko Sulistiowati. Perasaannya campur aduk seperti rasa permen Nano-Nano.

Tagar.co – Persahabatan saya dengan Ahmad Bahruddin, dan Anisa Yuliani, yang bersemi sejak tahun 2010 telah membawa kami ke titik saling memberikan semangat untuk berbuat kebaikan.

Saat pengumuman rekrutmen petugas haji tahun 2025 (PPIH Arab Saudi dan PPIH Kloter Tahun 1446/2025) keluar, kami siap sedia untuk menjalani proses seleksi.

Tahap demi tahap kami lalui bersama: mulai dari mengurus kelengkapan administrasi, mengunggah dokumen, membuat akun di aplikasi Kementerian Agama (Kemenag), hingga verifikasi offline di Kantor Kemenag Kota Surabaya.

Syukurlah, saya dan Ahmad berhasil lolos verifikasi dan diundang untuk bergabung dalam WhatsApp group melalui link yang disebarkan oleh panitia, agar kami bisa mendapatkan informasi terbaru dan saling diskusi untuk persiapan seleksi berikutnya.

Baca juga: 153 Peserta di Surabaya Mengikuti Seleksi Petugas Haji

Setelahnya, peserta diwajibkan mengikuti tes CAT (computer assisted test) dalam Seleksi Tahap I PPIH Arab Saudi dan PPIH Kloter Tahun 1446/2025 tingkat kabupaten/kota, yang untuk Kota Surabaya, diselenggarakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya pada tanggal 21 November 2024. Persyaratannya adalah sudah mengunduh aplikasi petugas haji dan mencetak kartu peserta yang tersedia di akun Kemenag. Diskusi di WhatsApp group semakin ramai.

Baca Juga:  Hari Pertama Sekolah tanpa Bu Nur

“Kendalanya awalnya versi Android di bawah 12 tidak bisa konek dengan aplikasi petugas haji, tapi sekarang mungkin sudah di-update ke versi 1.6.8 yang bisa dipakai di semua versi Android. Alhamdulillah, versi 11 punya saya yang tadinya tidak bisa, sekarang setelah di-update dari pusat, jadi bisa instal dan sudah versi 1.6.8,” ujar Ahmad.

Tes CAT Petugas Haji

Smartphone saya berbunyi, Ahmad menanyakan keberadaan saya. Saya masih memberikan pelajaran Pendidikan Agama Islam kepada siswa saya, padahal pukul 07.30 WIB semua peserta sudah harus ada di aula MAN Surabaya untuk upacara pembukaan.

“Ya, saya akan segera berangkat,” jawab saya setelah memberi tugas dan meminta izin kepada wali kelas. Dengan cepat, saya menyalakan motor menuju lokasi tes CAT, dengan estimasi waktu sekitar 20 menit jika lalu lintas lancar.

Di WhatsApp group, Ahmad mengirimkan foto ID card cantik yang tergantung di kursi, menunjukkan nama, nomor peserta, dan layanan yang dipilih. Saya menjawab dengan ucapan terima kasih.

Dengan santai saya melangkah ke kursi tanpa harus mencari, karena dari posisi berdiri, saya sudah melihat ID card berukuran 10 x 14 cm tergantung dengan rapi.

Bayangkan saja, semua peserta sudah datang, sementara saya masih mengajar

Para peserta lainnya sibuk mencari kursi mereka.

Pukul 09.00 WIB, panitia mengumumkan nomor token untuk masuk ke sistem CAT, di mana peserta harus menjawab 100 soal pilihan ganda dalam waktu 90 menit. Beberapa peserta terlihat bingung dan kesulitan masuk, tapi petugas sudah siap membantu.

Baca Juga:  Agar Anak-Anak Putus Sekolah Kembali Belajar

Ketika mulai mengerjakan, hati says berdebar seperti naik roller coaster, tapi tiba-tiba aplikasi menghilang.

“Oh tidak, bagaimana ini? Padahal sudah mengerjakan 10 soal,” pikir saya.

Dengan inisiatif mengganti ponsel, ternyata ditolak oleh server karena sudah login di ponsel awal.

Panik? Tentu saja!

Akhirnya, saya mengangkat tangan sebagai tanda menyerah, dan bantuan datang. Ponsel yang semula kosong kini kembali normal, dan saya bisa melanjutkan tes dari soal ke-11 sampai ke-100 dalam 40 menit.

Sepertinya saya ingin berhenti dan menyelesaikan, tapi saya tidak yakin dengan semua jawaban. Ada soal hitungan dan undang-undang yang membuat saya ragu.

Antara yakin dan tidak, saya mengangkat tangan sekali lagi dan didekati panitia. Saya meminta arahan apakah harus menyelesaikan atau membetulkan jawaban. Panitia menyarankan untuk koreksi terlebih dahulu karena masih ada waktu 45 menit, “Mungkin bisa menambah nilai kalau ada yang diperbaiki,” kata panitia.

Saya mengikuti saran itu.

Namun, ketika mencoba mengklik nomor soal di bawah layar, bahkan dengan memukul layar, nomor tidak muncul. Frustrasi dan jengkel muncul, tapi saya ragu untuk mengangkat tangan lagi.

Tapi kemudian, tanpa sengaja, saya menggulir ke atas dan nomor soal muncul.

“Alhamdulillah,” bisik saya dengan suara kecil. Setelah beberapa kali ponsel saya blank lagi, saya memilih menyelesaikan tes meskipun panitia mengumumkan sisa waktu 20 menit.

Baca Juga:  Talkshow Inspiratif di Pengukuhan PDPM Kota Probolinggo

“Tidak mau mengambil risiko dengan jantung saya,” bisik saya dalam hati.

Hampir setengah peserta sudah pergi, tapi saya enggan beranjak, ingin menunggu Ahmad, satu-satunya orang yang saya kenal di ruang ujian itu. Ketika Ahmad akhirnya selesai, saya menghampirinya di masjid karena mobil Ahmad tidak bisa keluar dari area parkir.

Kami tertawa keras melihat hasil tes kami, mengetahui kelemahan dan kekuatan masing-masing.

Tidak lama kemudian, kami berpamitan karena saya harus kembali ke sekolah, tetapi dengan pikiran positif terhadap kadarullah. (*)

Penyunting Mohammad Nurfatoni