
Buku Panduan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indoneia Hebat resmi diluncurkan Mendikdasmen Abdul Mu’ti. Panduan ini menguatkan pendidikan karakter sejak dini lewat sinergi sekolah, orang tua, masyarakat, dan media massa.
Tagar.co — Dalam suasana penuh semangat pendidikan karakter, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, hadir di SMP Negeri 41 Jakarta, Jumat (11/4/25), untuk meluncurkan Buku Panduan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Sebuah buku yang tak hanya berisi panduan teknis, tetapi juga menjadi penanda arah perjalanan panjang menuju cita-cita besar: Indonesia Emas 2045.
Peluncuran buku ini menjadi titik pijak strategis bagi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dalam menggerakkan nilai-nilai karakter positif di kalangan anak-anak bangsa sejak dini. Di hadapan para siswa, guru, dan pemangku kepentingan pendidikan, Mendikdasmen menegaskan bahwa pendidikan karakter bukan sekadar tambahan, tetapi adalah inti dari pendidikan itu sendiri.
“Ini adalah bagian dari kebijakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang kita harapkan dapat membentuk anak Indonesia menjadi anak-anak yang hebat, cerdas, sehat, berkarakter, berakhlak mulia, terampil, dan memiliki dedikasi kepada bangsa dan negara. Mereka adalah generasi yang nanti akan memimpin Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Mendikdasmen dalam sambutannya.
Dalam penjelasannya, Mendikdasmen menyebut bahwa buku ini dirancang untuk dapat diimplementasikan melalui empat pusat pendidikan atau Catur Pusat Pendidikan: sekolah, keluarga, masyarakat, dan media. Sinergi antara guru, orang tua, masyarakat luas, dan media menjadi kunci keberhasilan gerakan ini. Setiap elemen memiliki peran yang saling menguatkan dalam membentuk kebiasaan baik yang konsisten.
“Diluncurkannya Buku Panduan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya untuk membangun budaya hidup sehat, budaya belajar yang konstruktif, dan membentuk generasi bangsa yang berkarakter, berkepribadian Indonesia, serta memiliki akhlak yang mulia,” tegasnya.

Suasana peluncuran terasa lebih hidup ketika Kepala SMP Negeri 41 Jakarta, Metrin Evivi, menceritakan bagaimana gerakan ini telah menjadi bagian dari denyut nadi keseharian di sekolahnya. Ia menyebutkan bahwa pembiasaan dilakukan tidak hanya melalui program besar, tetapi juga melalui kebiasaan kecil yang konsisten dan bermakna.
“Kami membuat banner yang ditempel di kelas, untuk mengingatkan anak-anak tentang gerakan ini. Di awal semester genap, kami mengadakan rapat dengan orang tua murid dan menyampaikan terkait 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat sebagai hal yang harus dibiasakan untuk anak-anak kita. Ketika mengajar di kelas, Bapak/Ibu guru pun selalu melakukan refleksi kebiasaan itu kepada anak-anak,” jelas Metrin.
Unduh Buku Panduan Gerakan 7 Kebiasaan:
Beberapa kegiatan pembiasaan yang diterapkan di SMP Negeri 41 Jakarta antara lain budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), upacara Senin, ibadah pagi pada Selasa dan Kamis, serta program Pagi Ceria setiap Rabu. Semua kegiatan ini dirancang untuk membentuk karakter siswa secara menyeluruh, tidak hanya di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sosial mereka.
Salah satu siswa, Jasmin Bintang Maharani, turut menyampaikan kesan pribadinya tentang dampak dari gerakan ini. Baginya, perubahan yang dirasakan bukan hal kecil.
“Menurut saya, dampaknya sangat positif dan besar, karena dengan kegiatan-kegiatan sekolah yang seperti itu, membuat kita merasa nyaman dan senang berada di sekolah, serta lebih akrab dengan teman-teman yang lain,” ungkap Jasmin dengan mata berbinar.
Buku Panduan Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat ini tidak hanya ditujukan untuk jenjang SMP, melainkan juga tersedia bagi PAUD, SD, SMA/SMK, serta dilengkapi dengan panduan khusus untuk orang tua. Semua versi buku ini dapat diakses secara daring melalui laman resmi: cerdasberkarakter.kemendikdasmen.go.id/gerakan7kebiasaan.
Dengan semangat kolaboratif dan tekad kuat dari seluruh ekosistem pendidikan, gerakan ini diharapkan menjadi bahan bakar perubahan menuju sistem pendidikan yang lebih manusiawi, mendidik dengan hati, dan membentuk generasi penerus bangsa yang siap memimpin dengan karakter kuat dan akhlak mulia. (#)
Penyunting Mohammad Nurfatoni