Feature

Pekan Seni MI Mutwo Penuh Warna dan Cerita

×

Pekan Seni MI Mutwo Penuh Warna dan Cerita

Sebarkan artikel ini
Pekan Seni di MI Mutwo. Tari Sakera dari Madura (Tagar.co/Nurkhan)

Pekan Seni MI Muhammadiyah 2 Campurejo berlangsung meriah dengan menampilkan aneka kekayaan budaya Indonesia. Penuh warna dan cerita.

Tagar.co – Pada hari yang cerah, Kamis (7/11/2024), sebuah pekan seni sedang berlangsung di MI Muhammadiyah 2 (MI Mutwo) Campurejo, Panceng, Gresik.

Acara ini seperti pesta warna dan cerita dari seluruh penjuru Nusantara. Para siswa mengenakan kostum yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia.

Mereka sudah berjejer dengan rapi di halaman madrasah pukul 15.00 WIB. Ada yang berpakaian adat Betawi atau DKI Jakarta: laki-laki memakai sadariah dan peci, sedangkan perempuan memakai kebaya dengan rok panjang.

Ada pula yang memakai kostum jawi jangkep dan kebaya khas Jawa Tengah dan Jawa Timur—laki-laki memakai jawi jangkep lengkap dengan blangkon, sementara wanita mengenakan kebaya.

Tidak hanya itu, baju sakera pun ada di tengah mereka. Baju Ini adalah pakaian tradisional yang dikenakan pria khas Madura, tetapi juga populer di Lamongan dan daerah sekitarnya.

Baju sakera terdiri dari kaos berwarna merah dengan garis-garis putih, dipadukan dengan celana hitam longgar dan ikat kepala (udeng). Pakaian ini melambangkan keberanian dan keteguhan hati.

Pakaian Cak dan Ning Lamongan juga ikut mewarnai. Busana ini biasanya dipakai dalam acara-acara resmi di Kabupaten Lamongan. Untuk cak (pria) memakai beskap dengan sarung batik yang diikatkan di pinggang, sementara ning (wanita) memakai kebaya anggun yang dipadukan dengan kain batik khas

Bazar amal yang diadakan oleh Ikatan Wali Murid MI Mutwo (Ikwam-Two) menjadi latar yang sempurna dalam kegiatan ini. Pengunjung tidak hanya bisa membeli makanan, tapi juga menikmati pertunjukan tarian tradisional yang disajikan oleh murid-murid.

Baca berita terkait: Bazar Ikwamu-Two, Memanjakan Mata Menggugah Selera

Wakil Kepala Madrasah, Moh Zamroni S.Ag, dengan sapaan hangatnya menyambut dan mengarahkan para siswa ke tempat duduk mereka, mengelompokkan mereka sesuai dengan regu Hizbul Wathan.

“Kakak-kakak yang perempuan duduk di depan ya, dan adik-adik yang laki-laki di belakang. Silakan duduk berbaris sesuai regu masing-masing,” ucapnya dengan mikrofon di tangan.

Penampilan Tari Cublak-Cublak Suweng dengan kostum adat Jawa Tengah (Tagar.co/Nurkhan)

Penuh Warna dan Cerita

Pemandu acara, Uswatun Hasanah dan Nur Lailatul Hikmah, tampil dengan pakaian adat Jawa Tengah yang anggun.

Uswatun, Guru Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, menyapa dengan suara yang lembut, “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bagaimana kabarnya anak-anakku semua?”

Dengan respon yang penuh semangat dari para siswa, “Alhamdulillah, sehat semua.”

Dalam memandu acara Uswatun menggunakan bahasa Inggris dan arab dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

Untuk memberi semangat, Nur Lailatul Hikmah, Wali Kelas I, membawakan lagu Perahu Layar dengan suara yang merdu, diiringi oleh Uswatun yang juga ikut bernyanyi. Suara mereka mengalun, membangkitkan semangat di antara para penonton.

Setelah itu tampil para penari cilik. Mereka tidak hanya menampilkan gerakan yang indah tetapi juga menyampaikan cerita melalui setiap langkah dan busana mereka.

Kostum-kostum tersebut, dari tenun hingga brokat, dihiasi dengan simbol dan motif yang penuh makna, menceritakan tentang alam, kehidupan, dan spiritualitas.

Dengan setiap gerakan, mereka mengajak penonton untuk berlayar melalui budaya Indonesia yang luas dan beragam, dari Sabang hingga Merauke.

Ini bukan sekadar tarian, tapi perayaan identitas, sebuah penghormatan kepada warisan budaya yang kaya dan berwarna. (#)

Jurnalis Nurkhan Penyunting Mohammad Nurfatoni

Baca Juga:  Juara Lomba Pidato Bahasa Arab FFU 2024