Feature

Outing Class Unik SMK Matig, Mengikuti Festival Seni Berskala Internasional

×

Outing Class Unik SMK Matig, Mengikuti Festival Seni Berskala Internasional

Sebarkan artikel ini
Outing Class SMK Matiq tak biasa. Para siswa mengikuti festival seni berskala internasional di Pacitan, Jawa Timur. Selain menerapkan ilmu sebagai sukarelawan, mereka juga menampilkan kreasi seni.
Siswa SMK MAtic bersama seniman dari Malaysia Rhitaudin Abdul Kadir (kedua dari kiri) (Tagar.co/Syamsul Arifin)

Outing Class SMK Matig tak biasa. Para siswa mengikuti festival seni berskala internasional di Pacitan, Jawa Timur. Selain menerapkan ilmu sebagai sukarelawan, mereka juga menampilkan kreasi seni.

Tagar.co – Seniman dari berbagai daerah hadir di Pelem Festival. Di antaranya dari Surabaya, Gresik, Bandung, Indramayu, Bali, Pacitan, Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, dan Jakarta. Bahkan seniman dari mancanegara juga tampak berpratisipasi. Yaitu dari Australia, Hongkong, dan Malaysia.

Acara dua tahunan yang kini menginjak edisi kelima itu digelar di Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, 23-27 Juli 2024. 

Baca juga: Lewat TikTok, Mahasiswa KKN Kenalkan Abon Ikan Tongkol Warga Desa

SMK Muhammadiyah 3 Cerme, Kabupaten Gresik, yang populer dengan julukan SMK Matig, tak menyia-nyiakan momentum istimewa itu. Mereka mengadakan kegiatan belajar yang dilakukan di luar kelas alias outing class di acara tersebut.

Dalam kegiatan itu para siswa bertugas sebagi volunteer sekaligus sebagai performance artist

Sebagai volunteer atau relawan mereka membantu kesuksesan beberapa workshop. Yaitu Tari Condong oleh Geviora (Bali), Tari Topeng Srimpen, pembuatan batu bata, masak oleh Aziz Amri (Master Chef 7). Serta tari oleh Bang Din (Malaysia), dan workshop lainnya. 

Tampilkan Teater

Adapun pada malam puncak Pelem Festival Ke-5, siswa SMK Matig menampilkan pertunjukan teater berjudul Alok karya Syamsul Arifin. Alok menceritakan tentang kasus bullying atau perundungan yang kerap terjadi di sekolah dan lingkungan mereka. 

Ini adalah kali kedua mereka menampilkan pertunjukan ini setelah sebelumnya ditampilkan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada peringatan Hari Teater Sedunia pada bulan April lalu. 

Outing class yang merupakan gabungan dari tiga mata pelajaran (maple) sekaligus. Yaitu Seni Budaya yang diampu oleh Syamsul Arifin, S.Pd.; Desaian Komunikasi Visual (DKV) diampu oleh Rahma Febrianti, S.Pd. Juga pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PKK) yang diampu oleh Yarkam, S.E..

Baca juga: Santri Ponpes Salimul Ummah Menjual Singkong Hasil Panen Sendiri

Menurut Kepala SMK Matig Hasan Abidin, M.Pd., keikutsertaan tiga gabungan maple itu bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa di bidang manajemen, seni, video, fotografi, dan usaha di bidang seni.

“Memang, itu semua di luar bidang ilmu kejuruan yang ditempuh anak didik. Namun dengan bakat-minat serta kemampuan anak-anak di bidang seni. Sangat sayang sekali jika dibiarkan begitu saja,” terangnya, Sabtu (24/8/2024). 

“Maka dari itu SMK Matig ingin terus mengembangkan potensi anak didiknya sesuai bakat-minat yang dimiliki, salah satunya di bidang seni,” tambahnya.

Siswa SMK Matiq menampilkan pertunjukan teater berjudul Alok karya Syamsul Arifin (Tagar.co/Syamsul Arifin)

Outing Class Unik

Hasan Abidin menerangkan, outing class menjadi media yang paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada teori tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung. 

Menurutnya, ini merupakan metode belajar yang menyenangkan dengan mengajarkan kepada siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan juga budaya yang ada dalam masyarakat.

Baca juga: Lazismu Plaosan Berderma, Senyum Mbah Salimah pun Merekah

Pembelajaran dalam program outing class, lanjutnya, merupakan salah satu program yang bertujuan memberikan ketrampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreativitas siswa.

Jika sekolah lainnya banyak yang melaksanakan outing class dengan outbound di bumi perkemahan (outbond), tempat bersejarah, industri dan lain sebagainya, tapi tidak dengan SMK Matig. 

“Kami memilih untuk mengirimkan anak didik mengikuti outing class dalam kegiatan festival seni,” ungkapnya tentang outing class unik itu.

Sebagian peseta festival menyusuri Sungai Janglot di Desa Palem (Tagar.co/Syamsul Arifin)

Antusiasme Siswa

Muhammad Dafa Aprilianto alias Dapa, siswa kelas XI Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL), mengaku sangat antusias sekali mengikuti dan terlibat langsung dalam Pelem Festival ini. 

Dia merasakan dapat belajar ilmu kelistrikan di luar kelas dan yang dipelajari tentang kelistrikan lampu untuk kebutuhan pertunjukan atau panggung. 

Menurutnya, hal itu sangat berbeda sekali dengan apa yang didapatnya di sekolah. Bersama Lighting Designer profesional dari Yogyakarta, Eko Sulkan, Dapa ikut andil dalam merangkai seluruh lighting yang dibutuhkan selama acara berlangsung. 

Baca juga: Sejarah Terukir, Anak Dusun Mencorek Jadi Anggota Paskibra 

Berbeda dengan Dapa, Alif Fachry Abdullah (Alif) siswa kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) mempunyai pengalaman tersendiri di bidang manajemen. 

“Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga buat diri saya baik dari hal-hal kecil maupun besar. Seperti memanage waktu dengan baik, menjalin komunikasi atau berkoordinasi dengan baik. Supaya tidak ada miskom dalam manajemen, mengerjakan sesuatu bersama-sama agar lebih cepat selesai,” jelasnya. 

Selain itu, lanjutnya, kami juga belajar tentang pelestarian kebudayaan kepada masyarakat dengan baik sampai pada mengemas acara berskala internasional dengan panitia yang rata-rata masih mahasiswa dan pelajar. 

“Dan, hal yang terindah adalah kita bisa punya teman baru di sana yang menganggap kami seperti keluarga mereka sendiri,” imbuhnya. 

Kesan indah juga disampaikan oleh Dwi Andika alias Suro dan Davin Ardiansyah atau Davin. Kedua siswa kelas XI Jurusan TITL ini mengaku sangat senang saat berada di Pacitan karena mendapat banyak kenalan dan teman baru. Terlebih mengenal langsung seniman nasional dan internasional seperti Tony Yap (Australia) dan Rithaudin Abdul Kadir (Malaysia). 

Jurnalis Syamsul Arifin Penyunting Mohammad Nurfatoni

Feature

Smamuga Tulangan juara II Futsal Sumpah Pemuda kategori putra se-Kabupaten Sidoarjo. Mereka mengalahkan SMKN 3 Buduran di semifinal. Sedang di final mereka harus mengakui keunggulan SMK Trisakti Tulangan